Dan pada akhirnya....
Berixius Lestrange jatuh dalam pusaran warna saat dirinya masuk ke dalam perapian sang Menteri Sihir. Udara panas dan abu perapian menyelimutinya selama dirinya terantuk-antuk batu lorong perapian. Setelah beberapa menit berpusar dalam perapian yang membuat mual, Berixius Lestrange terjerembab keluar dari perapian di sebuah ruangan yang mengeluarkan suara klik-klik aneh.
Perapian Menteri Sihir sepertinya hanya memiliki satu hubungan. Perapian itu adalah milik kantor Kepala Sekolah Hogwarts. Berixius bangkit dari lantai sambil mengibaskan jubah hitamnya dari belanga yang menempel. Kantor Kepala Sekolah Hogwarts kosong dan terlihat sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Hanya pigura persegi yang menambah lukisan-lukisan Kepala Sekolah yang pernah menjabat. Di samping pigura Albus Dumbledore yang sedang tertidur, terdapat pigura persegi milik Minerva McGonagall. Tapi penghuni pigura tersebut sedang tidak di tempat. Sementara itu, Kepala Sekolah yang lain sepertinya tidak menyadari kehadiran Berixius Lestrange karena masih tertidur dalam mimpi kosong mereka.
Diantara suara klik-klik metalik yang berasal dari peralatan perak di kantor itu, terdengar suara langkah kaki dan batuk. Berixius mendengarnya dan segera bersembunyi di balik lemari penuh peralatan perak.
”Harry, itu kau?” terdengar suara wanita. ”Aku mendapat kabar kalau Pelahap Maut baru saja menyerang Kementrian.”
Pintu terbuka dan terlihat wanita separuh baya memakai piama memasuki ruangan. Kerut di wajahnya tampak terlihat jelas saat cahaya lilin menyinarinya.
”Harry? Dimana kau?” Rizka sang Kepala Sekolah memperhatikan seluruh tempat.
Lalu terdengar suara dari salah satu lukisan. ”Dia bukan Harry Potter, profesor ku. Dia Yang Paling Dicari”
Rizka Wildman langsung menyiapkan tongkatnya sambil terus waspada. Melirik kesana kemari. Sementara itu di balik lemari, jantung Berixius mencelos. Dia mengeluarkan tongkat dan Jubah Gaibnya. Tapi saat akan menyelimuti dirinya dengan Jubah Gaib, tangannya tersingkap dan Berixius segera melompat menghindar saat sinar merah menerjang dan melubangi dinding di belakangnya.
”BERIXIUS LESTRANGE! BERANINYA KAU DATANG KESINI!”
Rizka mengayunkan tongkatnya, dan Berixius mengucapkan mantra pelindung. Kuatnya mantra yang beradu di udara membuat Berixius oleng dan melompat ke bawah meja ketika sinar kedua meluncur ke arahnya, membuat Jubah Gaib di tangannya terlepas. Berixius segera keluar dari bawah meja dan merintangi mantra yang dikirim bertubi-tubi dari sang Kepala Sekolah. Banyak mantra yang terpental dan menghantam dinding dan pernak-pernik yang ada di kantor itu. Ketika Berixius meledakkan lemari antik di samping meja, Rizka berteriak sambil terus mengayunkan tongkatnya.
”NGAPAIN KAU KESINI? MAU MEMBEBASKAN ADIKMU?”
Berixius tertegun sejenak. ”DIMANA LIA?” pekik Berixius mengatasi suara keributan. ”APA YANG KALIAN LAKUKAN?!”
”DASAR PENJAHAT! KAU PIKIR KAMI AKAN MEMBIARKANNYA SETELAH DIA HAMPIR MERACUNI KAMI? SEMOGA DIA MATI KETAKUTAN DI PUNCAK MENARA UTARA.”
Rizka mengirimkan sinar merah untuk kesekian kalinya dan Berixius mengirimkan sinar hijau. Ledakan sinar panas menjilati lantai dan meja, membuat terbakar. Kepala-kepala sekolah yang telah bangun dari tidur pura-pura mereka menjerit histeris dan keluar dari pigura kecuali Albus Dumbledore, yang meneriakkan instruksi-instruksi ke Kepala Sekolah yang sekarang. Diantara suara kegaduhan itu, terdengar suara teriakan wanita lain yang tak kalah keras berasal dari Minerva McGonagall yang telah kembali ke piguranya.
”TANGKAP DIA PROFESOR! DIA TELAH MEMBUNUH HARRY POTTER. AKU MENYAKSIKANNYA DI KANTOR MENTERI!”
Minerva McGonagall yang memakai jubah bermotif kotak-kotak kemudian menjerit histeris. Albus Dumbledore tampak shock dan kemudian keluar dari piguranya menghampiri McGonagall untuk menenangkannya.
”KAU MEMBUNUH HARRY POTTER! DASAR SETAN! RASAKAN INI!”
Rizka menebas udara dan Berixius berlindung dengan tameng tak kelihatan. Rizka tampak tersengal kelelahan dan Berixius mencuri kesempatan dengan meledakkan meja tulis di depan Rizka Wildman. Sang Kepala Sekolah terpental ke udara dan Berixius berlari meraih Jubah Gaibnya yang terjatuh lalu keluar melalui pintu. Menuruni tangga batu spiral, dan saat di undakan terakhir, Berixius meledakkan patung gargoyle yang menjaga pintu keluarnya.
Hogwarts sangat sepi ketika Berixius Lestrange berlari sepanjang lorong dan koridor. Semua penghuni Hogwarts pastilah sedang liburan Natal dan karena situasi yang berlangsung akhir-akhir ini, semua murid lebih memilih berlibur bersama keluarga mereka dibanding menginap di sekolah. Hogwarts saat ini hanya dihuni oleh staff-staff pengajar.
Ketika berbelok di simpang selanjutnya, Berixius berjumpa dengan Patronus berbentuk babi hutan yang sedang berbicara dengan Argus Filch, si penjaga sekolah. Dan ketika berbalik dia menemukan empat babi perak lainnya dan berpencar ke segala jurusan.
”ADA PELAHAP MAUT!” seru Filch sambil berlari mundur. ”PEEVES, DIMANA---” Filch tak melanjutkan teriakannya karena Berixius mengirimkan mantra kepadanya.
Berixius Lestrange lanjut berlari dan tak lama kemudian melihat sebuah lemari penuh sapu. Ini yang sedang di carinya, cara cepat untuk ke Menara Utara dibanding berlari di sepanjang koridor yang beresiko berjumpa dengan gurunya.
Mengambil salah satu sapu terbagus, Berixius melompat dari jendela dan terbang menggunakan sapu ke menara utara yang tak jauh dari tempatnya berada.
”BERRY” teriak Draxilia Lestrange ketika Berixius mendarat di atap Menara Utara.
”MUNDUR” teriak balik Berixius. Tongkatnya diayunkan dan menebas udara. Pintu sel yang terbuat dari besi terpental dan Draxilia bebas.
”Cari tongkatmu dan panggil yang lainnya ke sini. Aku akan mengatasi yang lainnya.”
Tanpa bertanya-tanya, Draxilia Lestrange dengan sigap menuruni tangga sementara Berixius Lestrange kembali menaiki sapunya dan terbang ke arah danau hitam. Malam sangat dingin dan lapangan di bawahnya diselimuti salju. Dari atas sapu dia dapat melihat pusara putih yang bersinar di dekat danau yang membeku. Akhirnya dia sampai juga ke tujuan akhirnya. Pusara putih itu masih terlihat sama saat terakhir kali dikunjunginya sewaktu sekolah.
Berixius Lestrange mengacungkan tongkatnya dan kembali membuat gerakan menebas udara. Pusara putih yang terbuat dari pualam itu terbelah dan terlihat jasad yang diselimuti kain kafan. Dengan tongkatnya, Berixius menyingkap kainnya dan menemukan benda yang dicarinya terkait di antara jari berbonggol-bonggol pria tua yang tampak awet sempurna. Pria tua yang sedang berbaring di batu pualam itu tampak sedang tersenyum tapi raut wajahnya tampak menyeramkan.
Berixus Lestrange menyimpan tongkat lama nya dan meraih perlahan-lahan tongkat barunya. Tongkat itu sudah bertahun-tahun tersimpan disana, tapi ketika tangannya menyentuh tongkat itu terasa hangat. Seperti tongkat yang baru selesai dibuat.
Tongkat Sihir Elder diacung tinggi-tinggi dan untuk perkenalan, Berixius meneriakkan, ”FIENDFYRE”
Gelombang api panas memancar dari ujung tongkat dan jatuh menyambar pohon-pohon terdekat. Meluluhkan salju yang menumpuk di tanah. Semakin lama api membesar dan berubah wujud menjadi monster-monster menyeramkan berbahaya. Chimaera, ular, naga, phoenix dalam wujud api, menggeliat membakar apa yang disentuhnya. Perlahan tapi pasti api menjalar ke arah Hutan Terlarang.
Akhirnya Berixius Lestrange memiliki semua Hallows, Batu Kebangkitan, Jubah Gaib dan Tongkat Sihir Elder. Semua Hallows itu sudah tersimpan aman di balik jubah Pelahap Mautnya.
’*****
Walaupun berkabut, cuaca tak menandakan akan turunnya hujan. Tapi baru saja terlihat petir menyambar di langit Hogwarts. Petir itu menggelegar dengan keras dan cahayanya sejenak menerangi halaman Hogwarts. Berixius tahu itu bukan petir sungguhan, melainkan sebuah mantra kuat yang berusaha untuk menghancurkan proteksi yang melindungi Hogwarts. Petir itu terjadi lagi dan terjadi lagi dan saat kelima kalinya petir itu menyambar langit, terjadi perubahan pada langit Hogwarts. Langit Hogwarts tampak merah menyala seperti terbakar dan petir itu tidak terdengar lagi. Sebagai gantinya, terdengar raungan dari balik tembok yang membatasi Hogwarts dan tak lama kemudian, tembok raksasa itu pun rubuh.
Pelahap Maut sudah sampai di Hogwarts. Ini seperti kejadian beberapa tahun yang lalu saat Hogwarts diserbu oleh Lord Voldemort dan Pelahap Mautnya beserta monster-monster bawaannya. Tapi kali ini, hanya Pelahap Maut yang datang karena monster-monster yang mereka dapatkan sedang beraksi di luar sana. Hogwarts sedang sepi, itulah sebabnya mereka hanya membawa teman-teman Pelahap Mautnya, tapi untuk menjaga-jaga, mereka membawa lebih banyak anggota Pelahap Maut.
Sejauh ini, rencana Berixius Lestrange berhasil. Monster-monster yang dikeluarkan dari Lemari Pelenyap Raksasa berhasil merepotkan Auror, Orde Phoenix dan penduduk biasa yang berani menentang Pelahap Maut. Mereka juga telah mengusai Azkaban, Gringots, Diagon Alley dan beberapa desa yang dihuni penyihir. Setelah berjuang keras menguasai Kementrian Sihir, saatnya mereka beraksi untuk merebut Sekolah Sihir Hogwarts.
Dari dekat danau, Berixius Lestrange dapat merasakan telah terjadi pertempuran di halaman Hogwarts. Dari jauh dia dapat melihat sinar warna–warni yang beterbangan. Berixius bergegas menuju medan pertempuran dan menemukan kelompok Pelahap Maut, Orde Phoenix dan Auror bertempur di lapangan. Rasanya cepat sekali informasi menyebar karena baru beberapa menit dia meninggalkan kastil, Hogwarts sudah ramai.
Tak jauh dari tempatnya, Berixius dapat melihat Nara Slyther sedang bertempur melawan Rifky. Di tanah yang penuh salju, Rifky mengelak dengan gesit mengatasi hujan mantra dari Nara. Setelah membuat salah satu Pelahap Maut tumbang, Uchal membantu Rifky melawan Nara. Tapi Uchal langsung mendapat lawan barunya. Terbang dengan asap hitam dari ujung lapangan, Riska meneriakkan mantra-mantra berbahaya ke arah Uchal dan Uchal berusaha merintangi mantra itu dengan mantra pelindung.
Beberapa rombongan yang tak dikenali Berixius sedang berusaha memadamkan api kutukan yang dilancarkan Berixius sebelumnya, yang kali ini membakar habis beberapa pohon di pinggir hutan terlarang. Jati diri Ghesti sepertinya sudah terbongkar, karena dia sekarang sedang melawan Adie Flamel dan Ron Weasley dengan raut wajah menyeramkan. Berixius bergegas membantu dan sesekali merunduk karena banyaknya mantra-mantra berseliweran.
”Halo, Berixius. Kita jumpa lagi” seru Ghesti ketika Berixius melawan Ron Weasley di sebelahnya.
Dengan Tongkat Sihir Elder di tangannya, Berixius mengucapkan mantra-mantra tempur sederhana tapi dengan hasil yang sangat maksimal.
”Stupefy”
Berixius berteriak dan Ron Weasley terlempar jauh. Baru sejenak memandangi dengan takjub hasil kerja tongkat barunya, sinar merah hampir saja mengenai tubuh Berixius kalau dia tidak cepat menghindar.
”Takjub dengan tongkat barumu, Berixius!” Hermione Weasley memburu Berixius dengan deretan mantra. ”Tongkat itu hanyalah tongkat biasa. Percayalah!”
Berixius membalas dengan mengirimkan kutukan berbahaya, tapi Hermione yang walaupun sudah berumur dapat mengelak dengan lihai.
”Kau akan merasakan tongkat ku ini seperti suami mu!” geram Berixius.
Tak jauh dari mereka, Siti Dumbledore sedang berduel melawan Raras Carrow dan Ahmarisius Lestrange. Jelas mereka berhasil kabur dari Kementrian karena Kementrian sudah jatuh ke tangan Pelahap Maut beberapa menit yang lalu. Eganda terbang menggunakan asap itam sambil melancarkan mantra-mantra dari udara ke kumpulan Auror di dekat kastil. Dan Denny Wallet melawan tak lebih melawan tiga Pelahap Maut di dekat Rixadealah Lestrange yang sedang melawan dua guru Hogwarts, dan salah satunya Neville Longbottom, guru Herbologi.
”CRUCIO”
Ghesti berhasil menjatuhkan Adie Flamel dan sekarang sedang menyiksa dengan kutukan Cruciatus. Adie Flamel berteriak sambil menggeliat di permukaan salju yang memerah akibat darahnya yang mengucur deras.
”Rasakan itu Flamel! Kutunjukkan siapa sekarang pemimpinnya.” celetuk Ghesti sambil terus menyiksa.
Pertempuran semakin memanas ketika Adie Flamel tampak tak bergerak lagi. Seperti di sulut api, Auror yang tersisa mengoptimalkan tenaganya memukul mundur Pelahap Maut. Titin di kejauhan, berhasil menjatuhkan Eganda yang sedang terbang. Eganda terperosok di permukan salju yang mengeras dan pingsan. Tongkat sihir Siti Dumbledore seperti hanya bayangan ketika tongkat itu diayunkan dan memelintir, membuat Ahmarisius terbang di udara dan pingsan. Sementara itu, Hermione Weasley yang menjadi lawan Berixius Lestrange tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan dan terus memborbardir dengan kutukan berbahaya.
”Mana kemampuan tongkat mu, Berixius!” pekik Hermione seperti orang gila. Rambutnya terurai mengerihkan dan bibirnya sedikit berdarah. ”Kau lihat aku masih bernapas kan?”
Berixius diam tak menanggapi. Salju yang tebal menyulitkannya bergerak gesit saat berduel. Sementara itu, mantra-mantra berbahaya terus bertabrakan diantara Berixius dan Hermione, membuat salju di sekitar mereka perlahan-lahan mencair.
Di dekat pondok Hagrid, terdengar sorak bahagia yang datang dari rombongan yang berusaha memadamkan api agar tidak membakar hutan terlarang.
”Api sialan itu sudah padam. Kerja bagus teman-teman.” kata Ivan Lovegood. ”Mari kita hajar Pelahap Maut!”
Kembali ke pertempuran Berixius dan Hermione. Berixius mengirimkan kutukan mematikan ke Hermione namun Hermione mengelak dan mantra itu tanpa sengaja menabrak Raras Carrow yang sedang berduel dengan Siti Dumbledore. Tampak dari gerakan lambat, Raras terjungkal ke depan dan ambruk tak bergerak.
” Sasaran yang buruk, Berixius ” ejek Hermione.
Berixius melompati salah satu tubuh yang tergeletak di salju dan mengirimkan mantra nya dari samping Hermione. Hermione tahu, dan berusaha melindungi dirinya dengan perisai tak kelihatan. Tapi Hermione tak menyadari akan mantra selanjutnya yang datang dari belakangnya. Membuat Hermione Granger pingsan di salju yang dingin. Sambil terengah-engah Berixius mencari siapa yang mengirimkan mantra dan dilihatnya neneknya Chaxill Lestrange terpincang-pincang menghampirinya.
”Jangan bermain-main dengan Darah Lumpur itu, nak”
’*****
Arloji Uchal menunjukkan pukul tiga pagi ketika akhirnya dia berhasil menjatuhkan tiga pelahap maut lainnya setelah Riska. Semakin lama pertarungan semakin sengit. Tak ada tanda-tanda kelelahan dari kedua belah pihak. Mayat-mayat berjatuhan di salju yang dingin yang sekarang warnanya kemerahan karena darah. Dia dapat melihat tubuh Rifky, salah satu auror tergelatak dekat tubuh Neville Longbottom. Wajah Rifky terdapat luka ledakan yang menganga lebar dan darahnya terus mengalir ke salju.
Centaurus dari Hutan Terlarang sudah bergabung dalam pertempuran. Mereka menghujankan ratusan anak panah ke arah kumpulan pelahap maut. Tapi tak sedikit dari mereka yang jatuh ketika anak panah mereka di balas dengan sinar hijau dari pelahap maut yang murka. Pelahap maut juga telah memanggil puluhan Dementor dan belasan Troll yang sebelumnya berjaga di Hogsmead. Tanpa ampun, Troll memukuli kepala-kepala di dekatnya, dengan pentungannya, tak membedakan pelahap maut dan lainnya. Sementara itu, Dementor menyedot jiwa-jiwa korban yang pingsan di salju, semampu mereka. Uchal berbalik dan mendapati Ghesti sudah berdiri dan dengan mantap mengacungkan tongkatnya. Tanpa basa-basi, Ghesti melancarkan kutukannya dan Uchal terjatuh tak berdaya.
”Jangan buang waktu! Rebut kastil! Serang!”
Suara Ghesti terdengar nyaring dengan bantuan tongkat sihirnya, namun Berixius merasakan ada yang berbeda dengan suara Ghesti. Suaranya seperti desisan yang melengking tinggi.
Sementara itu, rombongan Pelahap Maut yang terdiri dari Nuxzagetha Lestrange, Eganda, dan lima pelahap maut yang masih lengkap dengan topengnya, berlari ke arah kastil dipimpin Rixadealah Lestrange. Dari jendela-jendela Hogwarts, terlihat tangan-tangan yang mengirimkan mantra dari tongkatnya, berusaha menjatuhkan rombongan Pelahap Maut yang berusaha menaiki undakan depan.
Di undakan telah menunggu sang Kepala Sekolah, Rizka Wildman yang langsung berduel dengan Rixadealah Lestrange. Sepertinya, Rixadealah telah menemukan lawannya yang seimbang. Mereka berduel dengan gesit dan meluncurkan mantra-mantra yang berbahaya, sementara rambut mereka berkibar menyeramkan. Sementara itu, rombongan di belakang Rixadealah masuk ke dalam kasti sambil merunduk menghindari mantra. Tak jauh dari Rixadealah dan Rizka, Meutia Slyther sedang berduel dengan salah satu guru Hogwarts.
”Makan kembali kata-katamu, Yeptadian!” pekik Meutia.
”Tak akan, bodoh!” balas Yeptadian.
Yeptadian selama ini dikenal oleh khalayak umum karena berani terang-terangan menghina Pelahap Maut dan keluarga penyihir berdarah murni yang bekerja sampingan sebagai Pelahap Maut. Hinaannya itu tentu saja membuat murka Pelapap Maut dan menjadikan dirinya sebagai target. Yeptadian juga sering membocorkan keluarga-keluarga bangsawan yang bekerja untuk Lord Voldemort. Dia tahu akan hal ini karena dia sendiri seorang peyihir berdarah murni dari keluarga bangsawan.
Hagrid berhasil membuat pingsan salah satu pelahap maut yang mengeroyoknya sementara Ginny Potter berhasil memukul mundur tiga Dementor yang mengelilingi dua auror yang terluka di salju. Mereka tak lain Siti Dumbledore dan Ken Weasley.
Rixadealah dan Rizka Wildman cukup bertanggung jawab akan kerusakan undakan depan kastil yang sekarang hancur total karena terkena serempetan mantra-mantra. Kini dua wanita yang berbeda jauh umur itu melanjutkan duel di dalam Aula Depan tanpa ada yang berani mengusik mereka.
Berixius Lestrange berlindung di bawah jubah gaib dan meninggalkan pertempuran. Melompati tubuh-tubuh yang tergeletak dan memandangi pertempuran dari jauh. Hermione yang telah sadar bergabung dengan Ginny Weasley menyerang Chaxill Lestrange yang tak menunjukkan adanya kelelahan. Ron Weasley kembali bangkit dan melawan Nara Slyther yang wajahnya penuh luka. Tak jauh dari mereka, Hady Moody dan Denny Wallet berduel dengan Draxillia Lestrange dan dua pelahap maut bertubuh besar. Tiba-tiba terlihatnya seseorang yang duduk di batu besar di bawah menara. Sosok itu tampak lemah dan kesakitan. Berixius Lestrange menghampirinya dengan tergesa-gesa.
”Ayah, kau tak apa-apa? Tanya Berixius sambil menurunkan jubahnya.
”Ku tak apa-apa” jawab Zaeful dengan sedikit merintih. Dadanya mengujur darah dengan deras. Tampak sebuah anak panah menanjap di dadanya.
”Sini, biar ku lenyapkan panahnya.” pinta Berixius.
”Lakukan, Centaurus gila itu menyerangku saat ku berduel dengan wanita itu.” Zaeful menunjuk sosok wanita yang tergelatak tak jauh darinya.
Berixius mengerling dan melihat Titin menatapnya dengan pandangan kosong.
Berixius mengucapkan sebuah mantra dan anak panah yang menancap di tubuh ayahnya lenyap.
”Kerja bagus” Zaeful menyeringai lebar.
”Dimana Rodolphus? Dimana paman?”
Zaeful berdiri perlahan-lahan. “Dia menunggu di Three Broomsticks”
Berixius bangkit tergesa-gesa. “Apa?! Dia di—dia enak-enakkan menikmati Butterbeer hangat sementara kita berduel untuknya?” bunga api memercik dari tongkat sihir eldernya.
“Tenang, ku kan kesana dan memanggilnya, sudah saatnya dia tampil.” Zaeful melirik tongkat yang dipegang Berixius. ”Tongkat yang bagus. Gunakan sebaik-baiknya. Tunjukkan kepada mereka kekuatannya.”
Berixius Lestrange mengangguk singkat. Dengan terpincang-pincang, Zaeful Lestrange meninggalkan Berixius di bawah Menara. Tiba-tiba tanah bergetar, dan tak jauh dari Berixius, Troll paling gemuk sedang memukulkan pentungannya ke tanah, yang berusaha memukul penyihir-penyihir di bawahnya. Penyihir itu membalas dan mengirimkan mantra-mantra. Tapi mantra-mantra itu sepertinya hanya membuat Troll itu semakin marah. Mantra-mantra itu tak begitu mempan menyerang Troll karena kulit Troll keras dan susah di tembus mantra.
”Serang kepalanya, Ivan.” pekik Hagrid sambil memeluk tubuh Troll yang bau. Tinggi Hagrid tak lebih dari ketiak si Troll. ”Itu akan membuatnya pingsan.”
”Ku sedang berusaha Hagrid” gerutu Ivan sambil menjauh dari pentungan sang Troll yang mengayun-ayun liar. ”Oh, tidak! Mereka datang! Ku tak bisa mengusir mereka.” Ivan Lovegood tampak panik.
Berixius Lestrange melihatnya, dia juga dapat merasakan kehadiran mereka. Suasana semakin dingin mencekam. Es-es yang semula mencair mendadak mengkristal ketika beberapa dementor menghampiri Hagrid dan Ivan. Tak hanya mereka, sang Troll juga merasa ketakutan ketika dementor mendekat. Makhluk berotak kecil itu menciut seperti balon yang mengempis. Tapi tak lama kemudian, suasana lumayan hangat kembali ketika dua patronus berbentuk berang-berang dan anjing Terier yang datang dari pasangan Weasley, menerjang pergi para dementor. Sang Troll ikut kabur saat Dementor menjauh.
”Terima kasih Ron, Hermione” kata Hagrid bergetar. ”Makhluk yang mengerihkan mereka, eh” tiba-tiba Hagrid menelungkup di salju dan berteriak histeris.
”HARRY MATI” air mata besar-besar bergulir di mata kumbang hitam Hagrid ketika Ivan berusaha membantunya berdiri.
”Tenangkan dirimu Hagrid.” ucap Ron parau. Walaupun dia berusaha tegar, suaranya tidak dapat menyembunyikan kesedihan yang dialaminya karena kehilangan sahabat terbaiknya, Harry Potter.
Sementara itu, mata Hermione tampak sembab dan merah.
”Hagrid, kau melihat Berixius? Akan kubalas kematian Harry. Aku sumpah.” Bunga api memercik dari tongkat sihir Hermione.
Berixius Lestrange tak jauh berdiri dari kelompok itu dibawah jubah gaib. Memerhatikan setiap pembicaraan mereka. Tapi sesuatu mendadak terjadi dan tidak diketahui Berixius.
Sesosok tubuh terpental entah dari mana dan menabrak Berixius yang membuat jubah gaibnya tersentak. Rubeus Hagrid melihat kehebohan itu dan meraung marah.
”MAKHLUK JAHANAM!”
Dengan kekuatan luar biasa, Hagrid mengambil batu besar di salju dan melemparkannya ke arah Berixius. Berixius mengarahkan tongkatnya dan batu yang melayang itu berubah menjadi pecahan kaca yang diarahkannya ke Hagrid. Ivan dengan sigap menyihir pecahan kaca itu menjadi air dan Hagrid hanya dihujani air. Ron melompat dan mengirimkan cahaya merah dari tongkatnya. Dengan kesigapan luar biasa, Berixius menamengi dirinya dengan mantra perlindung. Ron tampak murka dan bersama istrinya, mereka menghujani mantra-mantra ke Berixius yang berusaha menangkisnya.
”SECTUMSEMPRA”
Berixius berteriak ke arah Ron tapi Ron mengelak dan mantra menghantam wajah Hagrid. Hagrid meraung dan jatuh pingsan. Darah kehitaman mengalir dari wajahnya.
Hermione melotot marah dan bersama Ivan dan suaminya, memojokkan Berixius ke arah menara. Berixius kewalahan dan terus mundur. Sambil berusaha menangkis dan mengirimkan mantra kepada tiga lawannya, dia melihat jubah gaib miliknya dan segera dipungutnya.
Dia harus kabur. Mengarahkan tongkatnya ke salju diantara musuh-musuhnya, Berixius mengirimkan mantra ledakan dan membuat ketiga musuhnya mundur. Melihat kesempatan ini, Berixius kembali bersembunyi dibawah jubah gaib dan mengendap-endap di sekeliling menara.
”Sialan!” pekik Ron.
”Dia menghilang.” sambung Ivan.
”Dia pasti bersembunyi di bawah jubah gaib. Dia belum pergi jauh. Aku sempat melihat kelebatan jubahnya dekat menara. Arahkan tongkat kalian kesana. Sama-sama. Satu....dua...”
”STUPEFY”
Tiga cahaya mantra merah meluncur ke arah tepat Berixius bersembunyi. Berixius merunduk dan mantra hanya menghantam dinding menara. Dia selamat, pikirnya bangga, tak menyadari seperempat detik kemudian, dinding menara meledak dan melontarkan batu bata. Berixius tepat dibawah menara dan tak sempat mengelak. Puluhan pecahan batu menghantam Berixius dan menimbun dirinya.
Berixius Lestrange menjerit kesakitan tapi dari mulutnya tak mengeluarkan apa-apa. Dia dapat merasakan dadanya nyeri hebat sekali. Kakinya sepertinya patah karena tidak bisa digerakkan. Dia juga dapat merasakan darah segar mengalir dari mulut dan hidungnya, kepalanya bahkan telinganya. Dan lebih buruknya, Berixius Lestrange masih tersembunyi di bawah jubah gaib ketika reruntuhan menara menimbunnya.
”Terus cari” samar-samar Berixius mendengar suara Hermione. ”Mungkin dia terkena mantra kita tadi” Penglihatan Berixius mulai kunang-kunang.
”Oh astaga. Lihat itu!” Berixius masih mendengar suara Ivan. Dan dari celah bebatuan yang menghantam kepalanya, dia melihat arah pandangan Ivan ke arah kastil, tepatnya menara yang dikenalinya sebagai menara Astronomi, menara paling tinggi di Hogwarts.
Empat sosok melayang terbalik di udara, menggeliat berusaha membebaskan diri seperti capung yang sayapnya di pegang. Sementara itu, empat sosok lain mengacungkan tongkat sihirnya ke masing-masing orang yang menggantung terbalik, jubah mereka merosot dan menunjukkan celana dalam mereka. Berixius mengenali salah satunya, Meutia Slyther, mengarahkan tongkatnya ke arah yang sepertinya Yeptadian Syari yang saat ini masih menjabat sebagai Kepala Asrama Slytherin.
Semua orang sepertinya ikut memperhatikan peristiwa yang sedang berlangsung karena suasana halaman mendadak sunyi senyap. Bahkan dementor dan troll ikut memperhatikan dan tidak mengganggu.
Eganda muncul dari bayang-bayang gelap Menara Astronomi dan dari mulutnya meneriakkan sesuatu. Cahaya hijau meluncur ke langit dan meledak di udara membentuk tengkorak dan ular hijau. Tanda Kegelapan di luncurkan. Bersamaan munculnya tanda kegelapan yang menghiasi langit subuh, empat sosok yang menggantung di udara tiba-tiba meluncur bebas ke tanah, seakan tali tak kasat mata yang mengikatnya putus. Banyak terdengar suara teriakkan, takut, marah dan tawa ketika ke empat sosok itu mendarat keras di tanah. Menimbulkan kemarahan baru para anggota Orde Phoenix dan penentang Pelahap Maut. Masing-masing dari mereka berteriak dan mencari pelahap maut di dekatnya dan kembali berduel. Tak sedikit yang berlari masuk ke kastil dan menghampiri pelahap maut di puncak menara. Pelahap maut lainnya tidak tinggal diam dan mereka berusaha memukul mundur lagi para lawannya. Dementor, troll dan centaurus kembali bertempur tanpa ampun.
”DIAAAAAMM.....”
Terdengar suara desisan tinggi melengking yang diperbesarkan di seluruh kastil. Mereka semuanya bergidik ketika merdengar suara itu. Suara itu mengingatkan mereka kepada penyihir hitam yang telah tiada belasan tahun yang lalu.
”Apakah dia kembali?”
”Tak mungkin, Ron. Dia sudah mati” desis Hermione.
Semua orang melihat ke segala arah mencari siapa yang berbicara tadi. Dan kemudian terlihat seseorang berjalan santai dari Aula Depan. Orang-orang yang hendak masuk ke kastil, terhenti dan melongok ketika Ghesti Demerlin berjalan menuruni undakan depan yang telah hancur total.
Dia berpaling ke segala arah seperti sedang mencari sesuatu, membiarkan semua orang yang memandangnya keheranan. Kemudian dilihatnya Hermione dan dia berjalan menghampirinya. Berixius dibawah reruntuhan juga melihatnya ketika Ghesti datang. Wajah Ghesti berubah aneh, seperti terhantam mantra kejut. Wajahnya yang dulu kencang kini bergelanyut seperti kulit nenek-nenek yang keriput, rambutnya yang dulunya lebat kini pendek dan berguguran.
”Semuanya tenang.” desis Ghesti. Suaranya bukan lagi seperti suaranya yang dulu. Tanpa memperhatikan yang lain, Ghesti berusaha menaiki reruntuhan batu yang menimpa Berixius Lestrange. Entah sengaja atau tidak, mata Ghesti sejenak menatap mata Berixius di balik batu dan sekilas tersenyum. Apakah Ghesti bisa melihatnya di bawah jubah gaib?
Ghesti duduk di salah satu tumpukan batu dan kemudian tersenyum lebar.
”Simpan tongkat kalian dan membungkuklah padaku.” desis Ghesti. ”Menyerahlah kalian dan serahkan kastil ini. Ku janji takkan menumpahkan lebih banyak darah penyihir yang agung.”
”Apa maksudmu, Ghesti?” tanya Hermione. Suaranya bergetar.
”Kudengar kau brilian. Walaupun kau tak sebrilian aku, ku jamin kau dapat mengerti, darah lumpur.” balas Ghesti.
”Jaga mulutmu penghianat” Ron mengacungkan tongkatnya, menggertak. Tapi Ghesti tersenyum dan mengarahkan tongkatnya ke Ron. Ron berteriak kesakitan dan berguling-guling di tanah.
Langsung suasana gaduh terjadi, banyak yang mengacungkan tongkat dan para pelahap maut ikut mengacungkan tongkat. Tapi kemudian terdengar suara Ghesti dan semuanya tidak bisa melakukan apa-apa selain memperhatikan. Mata Berixius terus terbelalak di bawah reruntuhan. Dadanya terus terasa nyeri dan sesak.
”Kubilang kalian tenang. Kalau kalian menyela aku, kutukan Cruciatus akan menghantam kalian. Nah...”
”Siapa yang memimpin disini, Ghesti? Beraninya kau!” Rodolphus Lestrange sang pemimpin Pelahap Maut telah muncul. Zaeful Lestrange, sepupunya, tertatih-tatih di belakangnya.
”Ah, sang Pemimpin telah datang diantara kita.” ucap Ghesti sinis. ”Kau akan merasakan kemarahanku, Rodolphus. Tak lama lagi.”
Wajah Rodolphus merah dan mengacungkan tongkatnya. Tapi saat itu juga terjadi sesuatu hal yang aneh pada Ghesti. Ghesti mendadak berdiri. Kulitnya yang kuning, bergelambir, mendadak kembali kencang dan berubah warna menjadi putih pucat. Jari-jarinya yang buntek berubah panjang dan kurus. Kepalanya yang dipenuhi rambut perlahan-lahan botak dan bibirnya menjadi tipis tak terbentuk. Hidungnya menyusut dan membentuk dua celah seperti hidung ular dan matanya mendadak merah dan pupil matanya seperti mata kucing.
”Aku, Lord Voldemort, telah kembali.”
Kemudian dirinya tertawa nyaring, suaranya membuat bulu roma tiap orang berdiri merinding. Terdengar astaga dari mulut Ron Weasley. Langsung saja, para pelahap maut membungkuk hormat, bahkan Rodolphus Lestrange yang mendadak ketakutan, sujud kepada tuannya. Sementara itu terjadi kegaduhan dan kepanikan dari penentang pelahap maut. Mereka terkepung, para pelahap maut bermunculan di belakang mereka dan mendorong-dorong ke depan.
”Jangan pergi dulu. Kalian tidak mau mendengarkan kisahku?” ucap Voldemort dingin.
Berixius baru kali ini melihat sosok Lord Voldemort yang ditakuti banyak orang. Dari bawah reruntuhan, dia menatap takjub dan membatin, pujaannya akan segera menolongnya.
”Bagaimana kau bisa hidup kembali?” Hermione memberanikan diri bertanya.
”Pertanyaan yang bagus, darah lumpur.” kata Voldemort tersenyum. ”Perlu diketahui otakmu, aku tak pernah mati. Aku belum pernah mati dan tak akan. Aku sungguh kecewa ketika aku dikubur dalam makam yang bersebelahan dengan jasad-jasad muggle---”
”Kami telah menghancurkan semua Horcruxmu, bagaimana---” penggal Ron.
”Jangan sela aku!” sambung Voldemort. Mata merahnya berkilat menyeramkan. ”Perlu aku ledakkan kepalamu agar kau mengerti?”
Semua orang terdiam.
”Saat perang berlangsung belasan tahun lalu, yang juga terjadi disini. Aku telah memikirkan hal buruk yang bakal terjadi. Aku memikirkan hari kematianku. Tapi aku selalu bisa menyiasati kematianku. Saat di Shrieking Shack, aku telah meminum darah Unicorn yang diberikan oleh Macnair.” terdengar keluhan jijik dari para pendengar. ”Darah itu akan menambah usiaku walau aku akan mati. Dan masalah horcrux, aku langsung menyadari bahwa Nagini ku tak lagi aman berjalan sendirian. Aku segera tahu bahwa kalian sedang mencari seluruh Horcrux ku dan berhasil menghancurkannya. Oleh sebab itu, aku yang cerdik ini, menukarkan Nagini dengan ular lain. Tak banyak yang tahu, kalau salah satu Abdi ku juga memelihara ular yang jenisnya sama. Aku sangat berterima kasih kepada Angel Batz karena mau menyerahkan ularnya kepada ku. Sementara itu, nagini ku pergi dengan aman ke rumah Angel Batz. Jadi, saat Longbottom memenggal ular di sampingku, dia tak tahu bahwa ular itu palsu dan Horcrux terakhir ku masih aman. Akhir ini kulihat, Nagini amat sehat bersembunyi di dalam ruang bawah tanah rumah keluarga Lestrange yang telah hancur. Aku menjemputnya dan dia kembali ke pangkuanku.”
”Bagaimana kau bisa hidup lagi ketika Harry menghajarmu yang membuat mantramu yang membalik? Aku merasakan sendiri kau tak bernapas.” tanya Hagrid.
”Dasar raksasa bodoh, itu cuma efek dari mantra itu. Aku dalam keadaan tidak mati sesungguhnya, aku bisa bangkit kembali kapan saja kalau aku masih mempunyai horcrux.”
”Bagaimana kau bisa memakai wujud Ghesti?” tanya Hady Moody.
”Kenapa Harry tidak bisa merasakan kehadiranmu?” tanya Ginny. Suaranya terdengar gemetar.
Voldemort turun dari reruntuhan dan mendekati mereka. Tapi banyak diantara mereka yang mundur ketakutan. Saat Voldemort turun, mata Voldemort kembali berhadapan dengan mata Berixius. Berixius memasang kode memohon agar ditolong tapi Voldemort tidak menghiraukannya.
”Aku tak yakin Ghesti nama aslinya. Aku yang membuat nama itu. Ketika aku bangkit dari kuburku, Ghesti ada di sana. Dia lari dan aku masih lemah. Untunglah aku tak kehilangan tubuhku berkat darah unicorn itu dan tongkat ku masih bersama ku. Aku sihir dia dan ku kontrol dia. Lalu aku berbisik kepada Nagini dan ku menjemputnya. Dia membantuku mengontrol Ghesti dan juga membantu Ghesti mencuri bahan-bahan ramuan Polyjuice. Ku tahu, ku takkan aman dalam wujud asliku. Itulah sebabnya ku gunakan sosok Ghesti. Aku kemudian memberanikan diri melamar menjadi Pelahap Maut, yang terkejutnya aku, di pimpin Rodolphus, temanku.”
“Kami senang anda kembali, tuan” ucap Rodolphus licin.
“Temanku yang licik.” Voldemort mengirmkan mantra ke Rodolphus yang membuatnya jatuh terjengkang. “Bukannya mencari tuannya, malah berambisi menjadi pemimpin yang seharusnya aku. Tapi aku suka dengan hasil kerjamu, temanku. Kau telah mendirikan kembali Pelahap Mautku, memberi pelajaran kepada para pengkianat. Dan merekrut banyak makhluk dan penyihir hitam luar.” Voldemort membantu Rodolphus yang masih takut, berdiri. “Terutama ide Lemari Pelenyap Raksasamu, aku suka itu”
“Terima kasih tuan.” Ucap Rodolphus ragu-ragu. “Itu semua tak lepas dari bantuan keponakan saya, Berixius.”
”Dimana Berixius?” celetuk Nuxzagetha tiba-tiba.
”Aku melihatnya tergeletak tak bernyawa di sana” bohong Voldemort. Nuxzagetha yang mendengarnya langsung berlinang airmata di bahu suaminya, Zaeful.
Di bawah reruntuhan, Berixius berusaha berteriak atau membuat suara apapun agar siapa saja dapat mengetahi bahwa dirinya masih hidup. Tapi mulutnya tidak bisa mengeluarkan suara dan tubuhnya tak bisa di gerakkan. Telah terjadi sesuatu dengan sarafnya dan pendengaran dan penglihatannya mulai berkurang.
”Aku mendapat tugas untuk menjadi mata-mata di Orde Phoenix. Aku khawatir tentunya, karena aku akan terus berdekatan dengan musuhku. Di sanalah aku mulai menjaga emosi ku agar Harry Potter tidak merasakan kehadiranku melalui luka di dahinya. Tapi aku tak yakin, Potter jujur tiap saat dengan kalian. Ada saat-saat ku tak bisa membendung kebahagiaanku, mungkin Potter dapat merasakannya tapi dia telah tak jujur.”
Sunyi senyap. Semua orang berusaha mencerna semua keterangan Lord Voldemort. Siti Dumbledore tampak berdiri miring di sebelah Ken Weasley, keduanya memegang tongkatnya dengan mantap.
”Mana Kepala Sekolah?” tanya Voldemort. ”Sudah tewas?”
”Dia ada disini, Yang Mulia”
Rixadealah Lestrange muncul dari gerombolan Pelahap Maut sambil memiting Rizka Wildman yang tampilannya sangat kacau.
“Kenapa kau mencariku?” dengus Rizka.
Rixadealah menendang tulang kering Rizka. ”Jaga sikapmu, nenek busuk!”
”Bebaskan dia, Rixa” pinta Voldemort. Rixadealah mengangguk dan mundur. ”Wildman, aku Lord Voldemort, secara tidak langsung, telah menguasai Gringgots, Azkaban, Desa-desa, bahkan untuk yang kedua kali, Kementrian Sihir. Aku meminta kepadamu dengan hormat agar menyerahkan kunci Hogwarts kepadaku. Dan kalian cukup menghormatiku, mengakui kehebatanku dan keluarga kalian akan aman.”
”Kau bisa saja merebut yang lain, tapi kau takkan kuijinkan merebut Hogwarts untuk kedua kalinya, Voldemort. Nyawa kami bukan di tanganmu!”
Terdengar suara gemuruh sorakan dari kumpulan di belakang Rizka Wildman. Bahkan diantaranya ada yang meluncurkan bunga-bunga api ke angkasa. Karena wajahnya tidak bisa meronah merah marah, wajah Voldemort hanya memucat dan mata merahnya menyala marah.
”Lord Voldemort tidak akan berbelas kasih lagi kepada kalian. Kalian secara tak langsung telah meyerahkan nyawa kalian ke tangan maut. Rasakan amarah Lord Voldemort!” suaranya berdesis menakutkan.
”AVADA KEDAVRA”
Lord Voldemort mengarahkan tongkatnya ke dada Rizka Wildman. Sang Kepala Sekolah terpental tak bernyawa dan menabrak orang-orang di belakangnya. Melihat ini, semua pendukungnya marah dan mencabut tongkatnya. Pelahap maut juga ikut mencabut tongkatnya dan pertempuran kembali terjadi.
Berixius hanya bisa berdiam di bawah reruntuhan menara. Tongkat sihir Elder tak ada di tangannya. Kakinya lumpuh dan matanya terus kabur. Dia merasakan ada sesuatu yang menekan dadanya dan ingat bahwa Batu Kebangkitan masih ada di saku jubahnya, perlahan-lahan sambil menahan sakit, Berixius mengeluarkan batu itu dan merasakan dinginnya di telapak tangannya.
Tiba-tiba terjadi sesuatu yang aneh, sosok-sosok putih bermunculan di sekelilingnya. Mereka seperti hantu tapi tak melayang. Wanita berpelupuk mata tebal di sebelah kirinya tersenyum memandangnya.
”Bibi Bella” bisik Berixius. Dia terkejut karena dia mendadak bisa bicara. Bellatrix Lestrange cuma tersenyum dan mengangguk. ”Aku berhasil membalas dendammu.”
Suara gaduh masih bisa di dengar Berixius Lestrange dan sayup-sayup, dia dapat mendengar teriakan Lord Voldemort yang diperkeras secara sihir.
”Hari ini kita membantai Darah Lumpur dan Darah Penghianat. Besok, kita membantai Muggle!”
Sosok lain muncul di sebelah kanan Berixius. Berixius sedikit tertegun ketika melihat wajah sosok itu yang memancarkan kehangatan. Wajah sosok itu tersenyum kecil dan Berixius membalas senyumannya.
”Yus” ucap Berixius.
Sosok hangat itu kembali tersenyum dan mengusap rambut Berixius, yang sejenak merasakan kehangatan, kemudian turun menyentuh tangan Berixius.
”Kau ingin tetap disini, atau terus bersama kami?”
”Aku---” ucap Berixius bimbang.
”Kau sudah terlalu lemah, sayang. Ikutlah bersama kami.” kata Bellatrix.
Bellatrix memberi tatapan memohon.
”Kau berhak memilih takdirmu” ucap sosok putih dengan manis di sebelah kanan Berixius.
Suara gaduh peperangan semakin tidak jelas terdengar, seolah dia sudah pindah ke tempat yang sangat jauh dari arena pertempuran. Berixius masih ingin menjalankan tugasnya sebagai pelahap maut tapi di belahan hati yang lain, dia ingin sekali ikut dengan sosok-sosok yang di cintainya ini, ada bibi nya yang dicintainya dan masa lalunya, tapi dia yakin masih ada orang yang mengharapkan dirinya dan mencintainya di luar sana. Sungguh berat dia memutuskan dalam kondisi seperti ini. Memutuskan sesuatu adalah hal yang sangat tak disukai Berixius Lestrange.
”Aku ikut kalian.” kata Berixius akhirnya.
Bellatrix membelai pipinya dan sosok di kanannya menggenggam tangannya. Saat tangannya di genggam, suasana langsung berubah. Suasana menjadi damai. Dirinya tiba-tiba sedang duduk-duduk di rumput di bawah pohon Ek di sebelah danau. Suasana perang langsung hilang tak terbekas dan sosok putih yang ada di sebelahnya berdiri tak jauh di belakangnya, menunggu. Berixius Lestrange bangkit dan mengikuti rombongan berjalan ke arah cahaya terang dan melanjutkan petualangan berikutnya.
*****
Lord Voldemort dan Pelahap Mautnya berhasil menguasai Sekolah Sihir Hogwarts. Di bawah pengaruh Lord Voldemort, Kementrian Sihir dipimpin oleh Rixadealah Lestrange dengan pemerintahannya yang rezim. Hampir seluruh posisi penting di Kementrian dipegang oleh Pelahap Maut. Terjadi korupsi dimana-mana. Bank Gringots masih dijaga oleh Goblin, tapi dibawah kontrol ketat Pelahap Maut. Pengajar di Hogwarts semuanya Pelahap Maut, dan Ilmu Hitam menjadi pelajaran utama di Hogwarts yang dikepala sekolahi Nara Slyther. Calon murid yang berasal dari keturunan muggle atau keluarga sihir yang bermasalah tidak mendapatkan undangan dari Hogwarts. Azkaban penuh berisi para pemberontak yang semuanya anggota Orde Phoenix. Dan dementor kembali menjaganya. Pembunuhan dan penculikan masih sering terjadi dimana-mana. Yang rata-rata sebabnya karena berusaha menentang pemerintahannya Rixadealah Lestrange. Jumlah populasi makhluk campuran seperti Duyung dan Centaurus dibatasi dengan ketat. Kementrian sihir juga mendirikan Departemen yang khusus menciptakan makhluk-makhluk berbahaya yang dipimpin Zaeful Lestrange. Semenjak Lord Voldemort berkuasa, dunia Muggle terus terjadi bencana alam dan tidak aman. Tapi untunglah, pemerintahan Rixadealah Lestrange hanya berlangsung satu tahun. Pemerintahan digulingkan oleh Orde Phoenix yang masih tersisa dengan bantuan dari Negera-negara lain. Hermione Weasley kini menjadi Menteri Sihir sementara suaminya, Ron Weasley menjadi pemimpin Orde Phoenix. Semua hukum-hukum yang diciptakan Pemerintahan Rixadealah Lestrange dihapuskan dan memfungsikan kembali hukum-hukum lama. Dan Lord Voldemort kembali menghilang bersama pelahap maut setianya. Menunggu untuk berkuasa lagi. Tapi diantara itu semua, tidak ada yang mengetahui dimana keberadaan Berixius Lestrange ataupun menemukan jasadnya. Tak ada yang tahu, di bawah reruntuhan menara yang tak dibangun kembali, terdapat jasad Berixius Lestrange yang tersembunyi di bawah jubah gaib dan juga menyembunyikan dua hallow lainnya, Batu Kebangkitan dan Tongkat Sihir Elder.
TAMAT ?
Catatan ini ku persembahkan buat teman-teman maya ku. Terutama teman Facebook. Mereka yang ada di seluruh kisah Berixius Lestrange. Kalian mewarnai kisah kelam Berixius yang gelap. Walaupun persahabatan kita hanya bisa di dunia nyata, tapi kasih kalian begitu nyata kurasakan di kehidupan ku. I Love You All...
dirapikan itu bang postingannya, diatur rata kiri kanan biar enak dipandang buat dibaca.
BalasHapus