Haloo semuanya, kali ini saya post kan cerita selanjutnya dari petualangan hitam Berixius Lestrange. Ini adalah sambungan cerita Putih Yang Menghitam. Oke ga perlu panjang lebar, selamat mengikuti dan jangan lupa komentarnya ya teman. Enjoy It!
Api perapian menyala lemah, merah dan panas. Menghangatkan suasana awal musim dingin hari itu. Walaupun demikian, tak juga bisa menghangatkan jiwa pria yang memunggungi perapian di kantor itu. Pria berambut putih panjang, sorotan matanya dingin dan raut wajahnya selalu kelam. Dia mengelus tanda hitam di tangan kirinya. Tengkorak dan ular meliuk-liuk di lengannya. Sudah tiga bulan lamanya, Berixius Lestrange bergabung bersama keluarga besarnya dalam kelompok onar yang paling ditakuti dan dicari, Pelahap Maut.
Selama itu juga, peristiwa besar telah terjadi. Sejauh ini dua pelahap maut tewas dalam pengejaran yang dilakukan Kementrian Sihir yang dibantu Orde Phoenix, kelompok yang dibentuk untuk mengalahkan Pelahap Maut. Mereka adalah Yaxley dan Todd. Tak hanya itu, mereka juga telah menangkap Acturus Biel dalam rumahnya. Membuat Elyana Lestrange kekasihnya, bersedih berkepanjangan. Bisa dikatakan, dalam tiga bulan ini, Pelahap Maut kalah telak.
Bara api melompat dari perapian, mendarat di karpet dan melubanginya. Perapian di ruangan itu seolah terbatuk, memuntahkan bara-bara panasnya. Berixius masih mengelus tandanya, berpikir, mengapa tanda di tangannya tiba-tiba terasa sakit seperti saat pertama kali dibuat. Tiba-tiba terdengar bisik-bisik dari arah perapian, membuat dirinya terlonjak.
”Berry! Kau tuli? Bagaimana lagi kami bisa memanggilmu? Kurang terasa panas kulitmu ketika dipanggil?” kata seorang wanita dengan kesal. Tampak sebuah kepala diselimuti api dalam perapian.
Berixius bangkit dengan wajah pucat dan marah, kemudian merunduk ke perapian.
”Sudah kukatakan, jangan tampakkan wujudmu di ruangan ini. Kau bisa ketahuan! Bagaimana kalau aku tadi sedang kedatangan tamu? Kalian bisa ditangkap.” sembur Berixius.
”Ayo pulang” kata wanita itu seperti tidak mengubris kata-kata Berixius. Wajahnya mendadak bergairah didalam api. ”Kami sudah menemukannya. Kau pasti suka melihatnya.”
”Siapa?” kata Berixius bingung.
”Teman lama. Ayo masuk!” wanita dalam perapian mengeluarkan tangannya. ”Cepat!”
”Tak bisa disini, Rixa” kata Berixius dan bangkit. ”Harus perapian diluar. Dari tadi pagi aku mengunci disini. Aku tak mau membuat mereka curiga, selalu menemukan kantor ini dalam keadaan kosong.”
”Terserah” kata Rixa. Dengan sekejap kepala wanita itu menghilang dari perapian.
Berixius merapikan jubahnya dan segera keluar dari kantornya. Markas auror selalu sibuk tiap harinya, apalagi dengan munculnya berita kelompok Pelahap Maut yang mulai kembali menampakkan diri ke pelosok dunia sihir. Tetapi setelah berhasilnya auror melumpuhkan beberapa pelahap maut, pelahap maut sepertinya memilih bersembunyi untuk sementara. Tidak menampakkan taji seperti sebelumnya. Walaupun begitu, Auror tidak memilih bersantai dalam kondisi ini. Secara diam-diam mereka tetap menjalankan misi berusaha menangkap kelompok onar tersebut.
Di dinding markas auror selalu dipenuhi poster-poster buronan. Dalam hal ini, poster wajah sebagian keluarga Berixius terpampang dan menyeringai ke semua orang yang lewat. Keluarga Lestrange menjadi prioritas utama sebagai yang paling dicari, mengingat sebagiannya yang bertanggung jawab akan keonaran ini. Berixius kewalahan akan pertanyaan dari rekan-rekannya yang pertanyaaannya selalu sama, dimana keluarga Lestrange bersembunyi. Ini membuatnya uring-uringan dan memilih menjauh. Berixius juga telah mendapat teguran kalau dia ketahuan berusaha menyembunyikan buronan akan dipecat dan dipenjara. Dan untuk mendapatkan terus kepercayaan dari rekan-rekannya, dia memberikan dan membantu menangkap pelahap maut di luar sana. Tapi sesungguhnya mereka menangkap mantan pelahap maut yang tidak mau diajak bergabung kembali dalam pimpinan yang baru.
”Hai Berixius, mau kemana?” sapa seorang wanita berjubah merah di pintu.
”Ada urusan sebentar, Ken. Selamat liburan” balasnya dan segera menjauh. Dia sedang terburu-buru karena tanda ditangannya terus terasa panas.
Berixius merasa wanita berjubah merah itu terus memandangnya sampai dia melewati pintu markas.
Berixius terus berjalan, tidak memedulikan semua orang yang memandangnya dan masuk ke dalam lift. Dia hanya berdua, bersama Adityo Longbottom yang pernah dilihatnya beberapa waktu lalu.
”Lantai delapan, Atrium” kata suara wanita tak kelihatan dalam lift.
Pintu lift menjeblak terbuka. Tampak tiga pria telah menunggu diluar pintu. Salah satunya sangat dikenali Berixius, pria besar yang memimpin penangkapan pelahap maut. Adie Flamel, auror senior. Yang lainnya, pria berkulit pucat dan berambut putih seperti dirinya. Wajahnya runcing dan penuh kesombongan. Namanya Draco Malfoy, bekerja di Departemen Kerja Sama Sihir Internasional. Semua orang mengenalnya sebagai Mantan Pelahap Maut. Pria yang terakhir, juga berkulit pucat, sangat pucat seperti keturunan Vampire, berwajah keras dan kelihatan tak ramah. Hady Moody. Mantan auror dan sekarang mengepalai Depertemen Permainan dan Olahraga Sihir. Tak ada sapaan maupun teguran. Berixius melangkahi pintu lift dan segera masuk ke dalam perapian dan muncul di toilet, pintu masuk dan keluar Kementrian Sihir.
’*****
”Lama sekali kau” kata seorang wanita ketika Berixius ber-apparate di dalam ruang makan neneknya.
”Ada apa sebenarnya” katanya bingung.
Rixa bangkit. ”Ayo, semua orang telah menunggumu di atas. Kau pasti suka melihat ini.”
Berixius mengikuti adiknya dengan wajah heran, bertanya dalam hati, apa yang telah mereka temukan. Ketika dia dan adiknya sampai di ruangan paling atas di rumah itu, jawaban pertanyaan itu terjawab. Tapi dia masih bingung. Ruangan itu dipenuhi orang dan semuanya memandangi wanita yang sedang bersandar di dinding. Lebih tepatnya wanita yang menempel di dinding seakan tubuhnya direkatkan dengan lem.
”Dia Tintin kan? Anggota Orde?” kata Berixius. Semua orang memandangnya dan tertawa. ”Ada informasi yang kalian dapatkan dari dia?”
”Menurutmu dia benar-benar Tintin anggota Orde itu?” kata seorang pria paling depan. ”Jangan yakin dulu Berry. Lia, tolong bangunkan dia”
Wanita muda berkulit coklat bangkit dari kursi. ”Baik paman Rudy” dia mengeluarkan tongkatnya dan mengarahkan ke wanita di dinding. Wanita di dinding terlonjak dari tidurnya, menatap ngeri ke bawah memandang orang-orang yang melihatnya.
”LEPASKAN AKU SIALAN” teriak wanita di dinding. Semua orang berjubah hitam dalam ruangan itu tertawa.
”Wah wah wah sungguh berani ya?” kata Rodolphus, menghampiri wanita itu.
”Aku akan segera menangkap kalian” kata wanita itu dengan wajah marah.
”Benarkah?” kata Rodolphus. ”Bagaimana kau bisa, kalau kami yang menangkapmu sekarang.”
”Bagaimana kau bisa lolos dari tebing itu?” kata Zaeful. Berixius terperanjat mendengarnya. Dia tidak tahu sebelumnya kalau Tintin pernah berhubungan dengan mereka. Semua orang bersemangat mendengarkan.
”Apa yang ayah katakan?” kata Berixius, menghampiri ayahnya. Semua orang kembali tertawa.
”Kau belum mengetahuinya juga Berry?” sambung Rodolphus. ”Ahmar, mana air itu? Ah, ini dia. Perhatikan Berry”
Rodolphus mengambil air dari dalam mangkuk, lalu menyiramkannya ke wanita di dinding. Secara lambat, kulit wanita itu meleleh seperti patung lilin yang dipanaskan. Detik berikutnya, seorang pria menggantikan wanita sebelumnya menempel di dinding. Memakai gaun persis gaun yang digunakan wanita sebelumnya. Ketika dia mengayunkan rambutnya yang menutupi wajahnya, kelihatan wajah yang tak asing bagi Berixius dan banyak dari mereka terperangah.
”Hai, Jhojo Black. Gaun yang bagus” kata Rodolphus sembari tersenyum.
”Hai Berry. Senang melihatku?” sapa Jhojo kepada Berixius yang terperangah, tidak mengacuhkan Rodolphus disampingnya.
Berixius maju menghampirinya. Wajahnya masih diliputi keheranan dan kengerian.
”Penghianat!” kata Berixius akhirnya.
Jhojo meludahi wajah Berixius dan langsung mendapat tamparan pedas di wajahnya dari Lia, wanita berkulit coklat.
”Beraninya kau meludah di tempat musuhmu!” katanya.
Jhojo mendelik ke wanita itu kemudian terbahak. ”Beraninya kau mengatakan diriku penghianat. Lantas dirimu apa Berixius? Membuang kepercayaan teman-temanmu yang percaya kau dipihak baik”
”Bukan urusanmu” kata Berixius pelan, mengelap wajahnya dengan lengan jubahnya. ”Bagaimana kau bisa lolos?”
”Maksudmu aksi heroik ku di tebing dekat Azkaban?” kata Jhojo dengan santai. ”Aku sudah sering bolak-balik ke Azkaban, memasukkan orang-orang seperti kalian. Aku sudah hapal kondisi Azkaban, luar dan dalam. Kau tak bisa terbang maupun berapparate – berdisapparate dekat Azkaban, tapi kau kan masih bisa berenang di lautnya. Berita keganasan lautnya ternyata membuat nyali kalian ciut ya?” dia kembali terbahak.
Terdengar bisik-bisik dari yang lainnya.
”Aksi yang bagus sekali.” kata Rodolphus. ”Melarikan diri dari kami dengan membahayakan diri terjun ke laut yang kami kira sangat berbahaya. Fantastik ”
”Aku dengar kisah heroik Kepala Aurormu, Harry Potter dituangkan ke dalam tujuh buku cerita ya?” sambung Rodolphus.
”Kenapa kau mendadak menanyakan itu?” kata Jhojo bingung.
”Tak ada. Hanya ingin tahu” jawab Rodolphus santai.
Jhojo kembali terbahak. ”Kalian pasti heran. Itu benar. Ditulis dan diceritakan kepada semua orang bahkan muggle.” katanya dramatis.
”Aku dengar yang menciptakan buku-buku itu adalah seorang muggle.” kata Rodolphus.”Benarkah?”
”Itu benar” jawab Jhojo pendek. Berita tentang kisah pahlawan para penyihir yang diceritakan bebas dalam lingkungan muggle membuat semua orang dalam ruangan itu tambah bersemangat mendengarkan.
”Sungguh menggelikan.” timpal Mrs. Batz. Wanita bertampang seram bangkit dari kursi. Wajahnya terlihat penuh bekas luka. ”Kementrian yang bertugas menyembunyikan komunitas sihir dari para muggle, malah setuju dan membebaskan seorang muggle menceritakan semua kegiatan sihir ke komunitasnya.”
”Memang aneh” sambung Rodolphus. ”Siapa nama muggle itu”
”Aku sudah tahu menuju kemana pembicaraaan ini.” kata Jhojo. Matanya menyipit. ”Aku tak kan memberitahukannya kepada kalian. Kalian ingin memburunya kan? Tak akan. Bunuh saja aku sekarang!” pintanya kasar.
”Oh begitu ya. Berry bisa tolong aku? Bantu dia berbicara” kata Rodolphus dengan manis.
Berixius yang dari tadi sibuk memperhatikan pembicaraan ini maju, dia sudah tahu, permintaan seperti ini akan selalu terjadi dalam pembicaraan apapun. Berixius mengeluarkan tongkat dari saku jubahnya, mengarahkannya ke Jhojo yang menempel di dinding.
”CRUCIO”
Pria di dinding berteriak keras, meliuk menahan sakit dan seperti ingin melepaskan diri. Rixadealah Lestrange sangat bersemangat memperhatikan ini seperti halnya dengan yang lainnya.
”Bagaimana? Sudah bisa berbicara sekarang?” teriak Rodolphus mengatasi teriakan Jhojo Black.
Jhojo Black terus berteriak, meliuk-liuk dan seluruh tubuhnya memerah.
”Baiklah, hentikan!” teriak jhojo.
Berixius menurunkan tongkatnya. Diam dan memperhatikan.
”Siapa muggle itu?” kata Rodolphus menang.
Jhojo Black tersengal-sengal. ”Namanya JK. Rowling. Tapi kalian tidak bisa menemukannya. Keberadaanya sekarang disembunyikan kementrian. Kalian tak kan bisa.”
”Tak masalah. Kami hanya perlu bukunya.” Rodolphus menghampiri jendela.
”Setahuku, buku-buku itu disimpan di perpustakaan Hogwarts. kalian tak kan ada celah mendapatkannya.”
”Kami sudah pernah masuk kesana, lambat atau cepat itu akan terjadi lagi.” kata Rodolphus, lebih kepada dirinya sendiri. Rodolphus Lestrange berbalik. Menghadapi semua orang yang ada di ruangan itu. Wajah kebingungan terlintas disemua orang.
“Zaeful, aku mengusulkan diri untuk memimpin Pelahap Maut, untuk misi selanjutnya dan selamanya.”
Gumam dan bisik-bisik langsung terdengar dan menjalar seperti daun kering yang terbakar. Zaeful Lestrange bangkit sembari memukul meja. Wajahnya merah penuh amarah.
”Kau keberatan cara memimpinku? Akulah yang mendirikan kembali perkumpulan ini sejak Pangeran Kegelapan tewas. Akulah yang mengajak yang lain untuk bergabung. Dan akulah yang mengusulkan untuk membebaskanmu dari Azkaban! Menyelamatkan nyawamu!”
”Aku tak keberatan. Tapi aku punya misi hebat yang mungkin tak akan terlintas di benakmu, mencari kelemahan Pangeran Kegelapan yang telah membuatnya kalah dari si Potter itu” katanya santai. Seluruh orang tampak bergairah. ”Bagaimana? Kau ingin aku memutuskan tali persaudaran kita gara-gara ini, Zizi?” kata Rodolphus santai.
Zaeful hanya terdiam. Dadanya naik turun menahan marah. Nuxzagetha, istrinya berusaha menurunkan amarah suaminya dengan mengelus bahunya.
”Aku anggap kau setuju” Rodolphus tersenyum puas. ”Dan apa yang harus kami lakukan terhadapmu” Rodolphus menghampiri Jhojo Black. Mata pria itu melebar.
”Kalian tak kan membunuhku kan? Aku sudah memberitahukan informasi kepada kalian” kata Jhojo dengan lemas dan penuh harap.
”Dasar penjilat. Tadi info yang bagus. Terimakasih. Kami tentu saja tak akan membunuhmu. Tapi sepertinya dementor akan senang melakukannya.” kata Rodolphus. Jhojo mendadak pucat.
”Biar aku saja yang memanggil mereka” kata Chaxill. ”Mereka akan senang. Mereka sudah mengeluhkan jiwa para muggle yang lemah.”
Wanita tua itu keluar dari ruangan. Semua orang sudah tak sabar ingin melihatnya. Menyaksikan secara langsung peristiwa pengecupan dementor yang tak ingin mereka lewati walaupun terlihat sadis. Suasana ruangan mendadak dingin, api perapian menyala tak berguna. Berixius mengeluarkan kucing perak dari tongkatnya, membuat ruangan itu diselimuti kehangatan. Tiga sosok tinggi besar melayang masuk ke ruangan. Dibelakang mereka, Chaxill berjalan santai penuh kemenangan dengan beruang perak di depannya. Tiga sosok dementor terus maju melayang, dengan wajahnya yang ditutupi kerudung melirik orang-orang yang berkumpul disudut dengan kucing perak di barisan depan. Sementara itu, Jhojo Black bergetar di dinding, menutup matanya saat tiga sosok berkerudung menghampirinya. Tiba-tiba lem yang merekatkan tubuhnya ke dinding lepas dan Jhojo segera berlari. Tapi tak semudah itu, salah satu dementor melayang cepat dan mencengkram bahunya. Dan yang lainnya memegang kedua tangannya. Salah satu dementor menurunkan kerudungnya dan mengarahkan mulutnya yang busuk ke mulut Jhojo Black. Jhojo berteriak sekerasnya dan lama kelamaan suaranya teredam saat mulut dementor memenuhi mulutnya. Sementara itu, orang-orang disudut ruangan termasuk Berixius tertawa puas memandang peristiwa ini, membuat kucing dan beruang perak bersinar terang menderang.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapuswah bagusnya,,, ga sabar baca lanjutannya ber
BalasHapus