Ini lanjutan dari cerita sebelumnya Certa dan Derita. Jangan lupa beri komentarnya ya. Enjoy It!
Setiap sore hari, Resi selalu berkeliling untuk menjajakan roti dagangannya ke setiap desa dan kompleks perumahan. Walaupun roti buatannya kurang enak, tapi penduduk desa Cattermole selalu menunggu kedatangan van Resi’s Bakery. Keheranan melandanya ketika dia melewati sebuah rumah kecil kumuh dengan pekarangan liar. Dia mendengar gelak tawa nyaring beberapa orang dalam rumah itu. Dia belum tahu kalau sudah ada pemilik baru yang menempati rumah tersebut. Pemilik rumah saat ini, pastilah orang yang memiliki tipe pemalas, karena semenjak pindah tidak merapikan ataupun mengurus pekarangannya yang seperti hutan liar. Tidak seperti pemilik sebelumnya yang kebetulan pelanggan tetap rotinya, yang rajin mengurus rumah dan pekarangannya, tapi sayang lima tahun lalu keluarga pemilik rumah tersebut tewas dalam kecelakaan pesawat. Beritanya terus menerus disiarkan di televisi.
”Sudah ada yang mengisi rumah itu ya?” kata Resi kepada seorang wanita tua yang ingin membeli rotinya.
”Entahlah” sahut wanita tua itu sambil terus melihat roti-roti dalam van Resi’s Bakery. ”Kami tak tahu kapan mereka datang. Tiba-tiba saja pas kami bangun, rumah itu sudah terdengar suara. Tapi ada hal yang aneh.” Wanita itu menatap Resi.
”Wah, apa itu Madam Haney?” kata Resi bingung.
”Suara ledakan kecil sering terdengar dari dalam sana. Seperti suara petasan. Kami tidak ada yang berani untuk mendekat, sekedar bertamu ataupun memeriksa. Yah kami takut apa yang sedang mereka buat.” kata Haney dengan bisikan nyaring.
”Wah, jangan-jangan mereka teroris.” kata Resi takut.
”Itu juga yang kupikirkan. Suamiku sudah melaporkan ini ke Kepala Desa. Dan tadi siang mereka sudah melaporkan ke Kantor Polisi. Kita tinggal menunggu mereka datang untuk memeriksa. Katanya mereka kan datang malam ini.” kata Haney dengan semangat.
”Wah kita harap saja mereka berhasil menangkapnya. Teroris pantas di penjara” seru Resi.
Sementara itu di dalam rumah kumuh kecil, Berixius, Nara dan Ahmarisius sudah kembali dari perjalanan mereka. Mereka terus bergelak tertawa kalau sedang menceritakan aksi mereka pagi tadi. Elyana, dan Acturus Biel yang sudah sadar dari pingsannya, ikut tertawa mendengar aksi Berixius merubah si muggle Ririez Yurie menjadi sebuah vas bunga.
”Apakah Kementrian akan tahu apa yang telah kalian lakukan?” kata Acturus sambil mengelap air matanya karena menahan tawa.
”Cepat atau lambat pasti mata juling Kementrian akan tahu” kata Berixius. Terdengar ledakan tawa dari yang lainnya.
”Mungkin mereka perlu mengendus rumah muggle itu agar tahu apa yang telah terjadi disana” sambung Nara. Acturus memukul tempat tidurnya sangking senangnya.
Perlu beberapa menit sebelum Acturus kembali diam dan mengelap air matanya.
”Diamlah kalian.” kata Elyana tenang. ”Muggle akan tahu kehadiran kita kalau kalian terus tertawa seperti itu.”
”Biarkan mereka tahu. Mungkin kita perlu membuat vas bunga lainnya.” kata Nara.
Kembali terdengar ledakan tawa. Elyana mendelik memandang Nara dan terdiam seketika. Berangsur-angsur rumah kecil kumuh kembali tenang.
”Sudah cukup tertawanya.” kata Elyana dengan tampang sangar. Dia kemudian menatap Berixius. ”Jadi kau ingin menggunakan benda-benda itu untuk melanjutkan tugas dari Pangeran Kegelapan?”
Berixius menatapnya. ”Muggle itu memberiku inspirasi. Dia membuka otakku. Secara tidak langsung Harry Potter menggunakan benda-benda Deathly Hallows untuk mengalahkan Pangeran Kegelapan. Dan dia berhasil. Aku akan mengumpulkan kembali benda-benda Deathly Hallows untuk mengalahkan apapun. Termasuk menjatuhkan Kementrian maupun memurnikan Dunia Sihir dari virus dan parasit, seperti mimpi Pangeran Kegelapan selama ini. Untuk kebaikan yang lebih besar, seperti kata-kata Gellert Grindelwald sebelum dia dikalahkan temannya Albus Dumbledore.”
”Ide yang sangat berbahaya, tapi layak dicoba.” kata Nara. Wajahnya memerah bersemangat.”
Elyana menarik napas. ”Kita harus segera memberi tahu Rudy akan rencanamu.” Berixius mengangguk. ”Tapi kita belum tahu kabar bagaimana nasib mereka dan dimana mereka sekarang. Sudah berkali-kali aku mengirim sinyal melalui tanda dimtanganku akan keberadaan kita. Tapi tak ada yang membalas.” Elyana menatap kekasihnya Acturus. ”Kau yakin tidak apa-apa? Kau tampak berbeda. Kau belum menceritakan padaku apa yang telah mereka lakukan terhadap mu.”
Berixius, Nara dan Ahmarisius menatap Acturus Biel yang mendadak wajahnya memucat. Semenjak mereka kembali dan mendapati Acturus sudah sadar dari pingsannya, Acturus belum menyampaikan sesuatu apapun tentang apa yang terjadi pada dirinya saat para auror menawannya.
”Kau tidak mempercayaiku sayang?” kata Acturus manja pada Elyana yang membisu. ”Baiklah akan aku katakan. Saat aku ditangkap, aku di interogasi dan di kurung dalam penjara dekat ruang pengadilan di lantai sembilan dekat Departemen Misteri. Aku di interogasi mereka, ditanyai segala apapun tentang kelompok kita, seperti dimana markas kita dan siapa yang mendirikan kembali pelahap maut semenjak Pangeran Kegelapan jatuh. Awalnya aku berhasil mengunci mulutku karena mereka melakukannya dengan suci. Tapi tak berlangsung lama ketika banyak auror yang menyerah dan kemudian datang Adie Flamel si sialan itu. Dia memaksaku memberi informasi di bawah kutukan cruciatus. Aku tak menyangka dia akan melakukan itu.” kata Acturus.
”Aku tak heran kalau dia melakukan itu.” kata Berixius. ”Dia pasti berusaha membalas atas kematian teman akrabnya, si Jhojo Black.”
”Lantas kenapa kau bisa pingsan selama ini?” kata Nara lugu.
Acturus Biel membuang napas dalam. ”Kalau teori Berry benar, mereka pastilah menuang terlalu berlebihan veritaserum ke dalam minumanku. Lagi pula aku terus di bawah kutukan cruciatus kan? Yang dilancarkannya diam-diam oleh Flamel di belakang Harry Potter?” Acturus Biel memejam matanya seakan mengingat kembali peristiwa yang dialaminya.
Nara menepuk punggung Acturus Biel dan Elyana gemetar, lalu memeluk kekasihnya. Berixius mengalihkan pandangannya ketika terdengar suara letusan dari arah ruang tamu. Tak lama kemudian, Draxillia Lestrange masuk ke kamar, tergesa-gesa. Di tangannya membawa gulungan koran lusuh.
”Wajah kalian sudah disebarkan ke pelosok negeri.” kata Draxillia. ”Mereka juga menyebarkannya di koran muggle.” dan dia memberikan salah satu koran yang dibawanya kepada Berixius.
Berixius membuka korannya dan langsung terlihat puluhan wajah-wajah orang yang dikenalnya, termasuk wajahnya di urutan paling atas. Foto-foto itu tidak bergerak karena koran yang ada padanya pastilah koran para muggle. Judul besar di atas foto-foto berbunyi: TERORIS PALING DICARI. Wajah seluruh keluarganya terpampang di koran itu, kecuali wajah adik perempuan terakhirnya, Draxillia Lestrange.
“Mereka pastinya tak sempat melihatku dalam perkelahian itu.” Kata Draxillia menjelaskan. “Itu berarti aku ada kesempatan untuk bertugas di rumah sakit Hogwarts menggantikan Poppy Pomprey.” Katanya tersenyum puas.
Berixius kembali memandang seluruh foto orang yang paling dicari itu sampai ke halaman empat. Foto-foto yang terpampang dalam koran menandakan bahwa orang dalam foto itu selamat dari pertempuran dan pastinya sekarang dalam persembunyian.
“Foto ayahku tidak ada disini?” kata Nara di sebelah Berixius. Nara sedang membolak-balik koran Dialy Prophet di tangannya, mencari wajah ayahnya.
Berixius mengerling memandang kembali koran muggle di tangannya dan mencari-cari wajah Slyther. Sampai foto terakhir di halaman empat, dia tidak menemukannya.
”Maaf Nara, disana diberitahukan mereka berhasil mengalahkan ayahmu. Slyther tewas dalam pertempuran kemarin malam bersama empat orang lainnya.” kata Draxillia dengan pelan.
Seperti disiram air dingin, Nara terdiam, duduk lesu memandang halaman di korannya dengan wajah pucat. Kemudian dia meremas korannya dan mendadak wajahnya merah padam.
”Dari mana saja kau!” raung Nara pada Draxillia, tongkat digenggamannya mengeluarkan bunga api. ”Kenapa kau tidak segera memberitahuku setelah mendapatkan kabar ini!”
Seakan terpicu kemarahan Nara, Draxillia meraung tak kalah nyaringnya sambil mendelik Nara. Wanita itu turut mencabut tongkatnya dan mengayunkan mengancam.
”Asal kau tahu saja! Aku segera pulang setelah merebut koran ini dari pemiliknya! Kau tak tahu aku berjuang keras untuk bisa mendapat koran ini, hah!. Mereka menyebarkan wajah kalian di seluruh kota muggle. Mereka menugaskan auror dan Regu Penyerang Tepat Sasaran di jalan-jalan. Mendelik dan menghentikan langkah orang yang mereka curigai. Kau harus tahu itu!” dada Draxillia naik turun menahan amarah.
Nara terdiam dan memilih keluar dari kamar. Tongkat di tangannya, digenggam erat. Meninggalkan yang lainnya dan masuk ke kamar di sebelah mereka. Acturus hanya memiringkan kepalanya menatap yang lainnya. Dia kemudian memungut Daily Prophet yang dijatuhkan Nara, sementara itu Draxillia duduk di sudut kamar. Napasnya tersengal-sengal menahan amarah.
Acturus membolak-balik koran di tangannya. ”Selain menampilkan wajah-wajah imut kita, apalagi yang mereka tampilkan disini?” kata Acturus berusaha mendinginkan suasana. Draxillia di sudut tidak menunjukkan mendengarkan.
”Oh ternyata kalian salah mengenai nasib teman muggle kita ini.” katanya cekikikan. ”Dengar ini, ketika Mr. Ivan Lovegood berjalan-jalan mengendarai sapu terbang barunya, dia hampir terjatuh dari sapunya ketika hampir menabrak bayangan tengkorak dan ular hijau di langit tepat di atas sebuah rumah di pemukiman muggle. Mr. Lovegood segera melaporkan hal ini ke pihak Kementrian. Bukannya untung yang dia dapatkan, malah denda lima puluh galleon oleh Kementrian, karena berdasarkan ceritanya, Mr Lovegood telah melanggar Undang-Undang Kerahasiaan Dunia Sihir karena terbang dengan sapu terlalu rendah di atas pemukiman muggle. Sementara itu. Petugas Pembalikan Sihir Tidak Pada Tempatnya segera tahu apa yang telah dilakukan pelahap maut di rumah tersebut. Seorang muggle wanita bernama Ririez Yurie telah ditransformasi kembali setelah menjadi vas bunga oleh pelahap maut. Madam Midha yang telah berhasil mengubah kembali Miss Yurie, mengkorfirmasikan ke pihak Dialy Prophet kalau mereka tidak berhasil menanyakan kenapa Miss Yurie bisa berjumpa dengan pelahap maut, karena Miss Yurie sangat takut akan keberadaan mereka setelah melihat jubah yang mereka pakai. Tak ada pilihan mereka harus men-jampi memori pikirannya. Tetapi sesudah itu, Miss Yurie sangat senang melihat keberadaan para auror dan Petugas Pembalikan Sihir Tidak Pada Tempatnya dalam rumahnya dan sempat menyebut mereka HPF. Tapi saat mereka menanyakan kembali kenapa dia bisa berjumpa dengan pelahap maut, dia tidak tahu apa-apa dan malah menertawakan mereka.” kata Acturus sambil tertawa terbahak-bahak. Ahmarisius, Elyana dan Berixius ikut tertawa. Draxillia di sudut masih tetap diam.
Ahmarisius mengambil Daily Prophet dari tangan Acturus. Membolak balik koran mencari sesuatu.
“Lihat ini” kata Ahmarisius. Wajahnya mendadak waspada. Berixius dan yang lainnya mendengarkan dalam diam. ”Setelah kejadian di rumah keluarga Lestrange yang dijadikan sebagai markas Pelahap Maut generasi kedua. Auror yang dipimpin langsung oleh Harry Potter berhasil masuk ke markas tersebut yang ditempati puluhan pelahap maut yang berbahaya. Auror berhasil menangkap selusin pelahap maut dan melumpuhkan lima pelahap maut lainnya. Karena keberhasilan ini, Harry Potter mulai saat ini diangkat menjadi Menteri Sihir mengalahkan saingannya yang juga teman akrabnya Hermione Weasley yang sekarang menjabat sebagai Chief Warlock Wizengamot. Harry Potter menggantikan Menteri Sihir sebelumnya yang fisiknya tidak sanggup lagi memimpin Kementrian, Kingsley Shackelbolt. Sementara itu, Kepala Auror dipimpin oleh Adie Flamel, si auror ambisius.” terdengar keluhan dari Acturus Biel. ”Dan yang membuat banyak staf Kementrian lain heran adalah, Harry Potter mengangkat Ronald Weasley sebagai Asisten Senior Menteri Sihir. Dan juga Markas Auror kehilangan Ai dan Frans dalam pertempuran tersebut.” kata Ahmarisius mengakhiri. Dia menatap Berixius yang tenang mendengarkan.
”Jelas sekali masih adanya monopoli dalam politik” komentar Berixius sambil tersenyum pahit.
Ahmarisius kembali membolak-balik korannya. Sampai di halaman terakhir, dia mengeluh dan melipat koran itu dan meletakkannya ke tempat tidur Acturus Biel.
”Mereka tidak ada menyebut sedikitpun kalau Departemen Misteri telah kebobolan, bahkan mayat Angel Batz pun tak ada disebutkan disana.”
Setelah mendengar pernyataan ini, Berixius mendadak menyadari sesuatu.
”Aku lupa menanyakan ini, akan digunakan untuk apa Jam Pembalik Waktu oleh Rudy?”
Diam sejenak. Acturus Biel tenang mendengarkan. ”Rudy akan menggunakannya untuk bisa kembali ke masa lalu” Elyana yang menjawab. ”Dia ingin menyelamatkan istrinya Bellatrix dan merubah semuanya yang telah terjadi”
”Apa?!” pekik Berixius kaget. Dia sampai berdiri saat mendengarnya. ”Apa dia gila? Dia ingin bermain waktu hanya untuk itu? Bodoh sekali dia! Tak akan bisa. Apakah dia tidak tahu, perlu berapa putaran untuk bisa kembali ke puluhan tahun lalu? Jam itu tak kan sanggup berputar sebanyak itu. Dia takkan bisa kembali.”
”Paman Rudy tak memiliki jam itu lagi” Draxillia Lestrange bangkit dan perlahan menghampiri mereka. Berixius dan lainnya mengerutkan alis kebingungan.
”Jam itu jatuh dari pegangan Paman Rudy dan sebelum sempat dia memungutnya, jam itu hancur saat terkena mantra yang meleset.” lanjut Draxillia.
”Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Berixius bingung.
Draxillia terdiam, mendengar suara deruman rendah di luar rumah. Draxillia memandang satu persatu wajah mereka sebelum menjawab. ”Aku berjumpa dengan Riska, keponakan Angel Batz di Knockturn Alley tadi siang.”
”Kenapa kau tak segera memberitahu kami?” sembur Berixius.
Draxillia mundur sedikit ketika Berixius mengguncang tubuhnya. Suara deruman mesin kembali terdengar di luar rumah.
”Aku akan segera menceritakannya tadi. Tapi aku lupa gara-gara dia” Draxillia mendelik memberitahu keberadaan Nara di kamar sebelah. Berixius hanya bisa menggelengkan kepala tak percaya.
”Riska ada memberitahumu dimana yang lainnya sekarang?” kata Berixius.
”Mereka tinggal di rumah Bertha yang sekarang dijadikan markas. Dia juga mengatakan akan ada pertemuan malam ini disana.” kata Draxillia takut-takut.
Elyana Lestrange bangkit. ”Bertha? Maksudmu nenek kalian yang satu lagi? Bertha Bulstrode, Ibunya ibu kalian.” Draxillia mengangguk. ”Aku belum pernah ke rumah kalian yang di sana.” Elyana melanjutkan.
”Apakah dia wanita yang baik?” kata Acturus sambil tersenyum. Tapi tak ada yang menjawab. Berixius dan lainnya terdiam mendengarkan suara deruman rendah yang terdengar ketiga kalinya dalam rumah itu. Mereka tak pernah merasakan adanya mobil yang pernah melewati jalan di depan rumah semenjak mereka menempati rumah kecil itu.
”Apakah hanya perasaanku saja kalau rumah ini mendadak ramai?” Ahmarisius berkomentar.
Sebelum mereka menyadari sesuatu dan bangkit menghampiri celah di jendela untuk mengintip kondisi di luar, pintu kamar menjeblak terbuka, menggetarkan dinding dibelakangnya dan rombongan pria berjaket hitam masuk sambil mengangkat senjata yang mereka ketahui sebagai senjata para muggle.
”Angkat tangan! Kalian sudah dikepung!” teriak salah satu pria yang memakai helm logam. Berixius dan lainnya tak sempat meraih tongkat dan tak ada pilihan selain mengikuti perintah pendatang tersebut. Salah satu polisi menodong Acturus Biel dengan pistolnya. Acturus Biel hanya bisa tertawa. Berixius menyipitkan mata menghitung jumlah rombongan itu. Ada sepuluh orang yang memakai jaket hitam dan helm logam.
”Lihat si gila ini!” teriak polisi yang menodongkan pistol ke dada Acturus Biel. ”Dia salah satu teroris yang dicari. Pasti mereka juga.” Polisi itu menunjuk Berixius, Elyana, Ahmarisius dan Draxillia. ”Kami berhasil menyudutkan mereka. Kami akan segera menggiring mereka keluar.” polisi itu berbicara melalui walkie talkie. ”Mereka berjumlah lima orang, dua wanita dan tiga pria.”
Tiba-tiba saja, polisi itu rubuh ketika pancaran sinar hijau menghantam dadanya. Berixius menyusuri arah datangnya mantra dan melihat Nara berdiri di dekat pintu sambil mengacungkan tongkatnya ke polisi lainnya. Tanpa perlu dikomando, tiga polisi mengarahkan senjatanya ke Nara. Tapi sebelum salah satu dari mereka sempat menarik pelatuknya, Elyana lebih dahulu mencabut tongkatnya dan melancarkan mantra pelindung diantara mereka, membuat tiga peluru memental ke dinding. Melihat ini, Nara mengalihkan tongkatnya dan melancarkan sinar hijau ke arah salah satu tiga polisi yang akan menembaknya. Sementara itu Elyana menghabisi yang lainnya. Polisi di dekat jendela mengangkat walkie-talkie nya untuk meminta bantuan, tapi sebelum dia mengatakan sepatah katapun, Draxillia merebut walkie-talkie itu dengan mantra panggil. Polisi itu ketakutan dan kabur tapi Draxillia segera mengejarnya. Berixius sedang mengejar dua polisi yang mundur dan bersembunyi di balik meja. Salah satu dari mereka menembakkan pistolnya dan Berixius mengucapkan mantra pelindung. Peluru itu memental dan mengenai polisi yang dikejar Draxillia.
”Confringo” desis Berixius, mengarahkan ke meja tempat dua polisi itu bersembunyi. Meja itu meledak dan membuat polisi yang bersembunyi dibaliknya terpental ke udara.
Di tempat lain, Acturus melucuti senjata yang dibawa salah satu polisi, yang membuat polisi itu kebingungan. Lalu Acturus mengeluarkan seutas tali dari tongkatnya dan langsung melilit polisi itu. Polisi itu menjerit keras ketika Acturus Biel menjentikkan tongkatnya dan tali itu terbakar. Ahmarisius berhasil membuat polisi incarannya terpental ke atap dan tak kembali jatuh. Sementara Draxillia, mengubah senjata yang dipegang polisi terakhir menjadi pisang, membuat polisi muggle itu lari ketakutan sebelum Draxillia melancarkan kutukan yang membuat torehan dalam pada punggungnya dan ambruk ke lantai. Tak sampai lima belas menit, pertempuran tersebut selesai dan mendapati sepuluh sosok terkapar di lantai.
”Gila mereka berani melawan kita” kata Ahmarisius, memandangi korban-korban yang bergeletakan di lantai.
Berixius menghampiri jendela dan mengintip melalui celahnya. Tak dia sangka, begitu banyaknya orang berkumpul di luar rumah, berdiri di jalan-jalan. Diantara polisi yang waspada menunggu di pekarangan, tampak puluhan warga yang setia menonton sambil mengenakan pakaian tidur mereka.
”Banyak muggle di luar sana.” kata Berixius. ”Aku tak melihat adanya auror ataupun orang Kementrian di luar sana. Itu berarti mereka belum diberitahu. Tapi tak lama lagi”
”Bagaimana para muggle ini bisa tahu?” tanya Nara.
Berixius menghampiri yang lainnya, melangkahi sesosok tubuh di lantai. “Mereka tidak bodoh.” jawabnya singkat. ”Kalian pergilah duluan ke Markas baru. Ahmar dan Lia tahu jalan kesana. Aku akan memberi mereka sedikit pelajaran.”
Nara mengangguk. Kemudian dia memegang tangan Ahamarisius dan ber-disapparate.
”Jangan beri ampun.” kata Draxillia. Dia meraih tangan Elyana dan Elyana meraih tangan Acturus. Terdengar letusan dan mereka menghilang.
Berixius diam sejenak memandang tempat Draxillia dan lainnya berdiri sebelum ber-disapparate. Dia menengadah menatap atap yang berlubang besar akibat salah satu polisi muggle terpental ke atap dan tak kembali jatuh. Langit malam penuh bintang tampak indah dari lubang besar itu.
”MORSMORDE!”
Berixius melancarkan sinar hijau melewati lubang di atap. Terdengar pekik ketakutan ketika para muggle di pekarangan dan di jalan-jalan melihat bayangan tengkorak dan ular hijau menghiasi langit malam berbintang. Langkah kaki terdengar nyaring_terburu-buru_di pekarangan dan langkahnya semakin jelas terdengar saat para polisi berebutan masuk melalui pintu depan. Berixius mengayunkan tongkatnya dan sebuah topeng muncul dari udara dan jatuh ke tangannya. Dia mengenakan topeng itu dan dengan mantap dia melangkah menuju pintu depan. Menangkis, mengayun dan memelintir, dia lakukan dengan tongkat sihirnya saat berjumpa dengan polisi-polisi muggle yang menghalangi langkahnya menuju pintu depan. Tubuh-tubuh berseragam hitam terjungkal, terlempar ke udara maupun tak bergerak di lantai. Banyak orang yang memekik saat melihat Berixius dengan mulus muncul di depan pintu. Dari celah mata di topengnya, dia dapat melihat kaget dan ketakutan terukir di wajah para muggle yang berdiri di sana. Para polisi yang tersisa membuat barikade dan mengarahkan senjata mereka ke tubuh Berixius. Berixius dapat melihat senjata di tangan mereka bergetar karena ketakutan. Dengan ayunan mulus, Berixius meledakkan sebuah mobil polisi dan mobil itu terpental ke udara sebelum jatuh menimpa mobil polisi lainnya dan membuat para muggle, baik warga biasa maupun polisi berlari serabutan. Berixius kemudian melompat ke udara, terbang mengitari rumah kumuh kecil dengan menyelubungi tubuhnya dengan asap hitam tebal. Dia meliuk-liuk di udara, menyaksikan muggle di bawahnya menjerit ketakutan.
”EXPULSO!”
Berixius mengarahkan tongkatnya ke arah rumah kumuh kecil dan rumah itu meledak dalam kobaran api besar. Cahaya apinya menerangi desa Cattermole. Meliuk-liuk terbang di bawah Tanda Kegelapan dan asap hitam tebal, Berixius ber-disapparate meninggalkan rumah kecil kumuh yang terbakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar