Haloo Teman-teman. Saya lanjut ya cerita nya. Jangan lupa kasih komentar nya :) Enjoy It!
Sesosok hitam tampak hilir mudik di bawah naungan pohon Ek tua. Cahaya bulan purnama dengan jelas menyinari wajah wanita itu, menampakkan kegelisahan yang terpeta di kulit pucatnya. Sosok wanita itu menjerit kecil ketika sesosok yang lain muncul dari semak-semak dengan mantel berpergian. Sosok pendatang segera menghampirinya di bawah pohon Ek dan mengucapkan sesuatu dengan lembut.
Sesosok hitam tampak hilir mudik di bawah naungan pohon Ek tua. Cahaya bulan purnama dengan jelas menyinari wajah wanita itu, menampakkan kegelisahan yang terpeta di kulit pucatnya. Sosok wanita itu menjerit kecil ketika sesosok yang lain muncul dari semak-semak dengan mantel berpergian. Sosok pendatang segera menghampirinya di bawah pohon Ek dan mengucapkan sesuatu dengan lembut.
“Muffliato”
“Hermione, syukurlah” kata wanita pertama.
“Ada apa Ghesti? Kenapa harus ditempat seperti ini?” kata Hermione sambil menurunkan kerudungnya.
”Aku harus menyampaikan sesuatu yang penting. Aku ingin kau yang pertama mendengarkan ini.” keluh Ghesti. Wajahnya semakin pucat dan mulai tampak ketakutan.
”Kau punya tim, Ghesti. Tidakkah kau mempercayai tim mu?”
”Ini bukan masalah kepercayaan, Hermione. Ada sesuatu yang lebih penting.” kata Ghesti.
”Baiklah, dan apa hal penting itu? aku harus bangun besok pagi untuk mengepalai sidang Lestrange.” kata Hermione. Matanya mengawasi kayu lurus yang dicabut dari saku Ghesti.
Sinar terang mendadak menyinari daerah itu dan ketika sinar itu lenyap, mata Hermione tampak tak terfokus dan diam. Melihat ini, Ghesti tampak semakin bingung dan melambai-lambaikan tangannya di depan mata Hermione dan sedetik kemudian, rona wajah Ghesti tampak mengeras dan senyuman tersungging di mulutnya.
’*****
Di wilayah yang sedikit hangat di Tenggara, bumi bergetar hebat. Guncangannya begitu dahsyat hingga meruntuhkan gedung dan rumah-rumah di kota itu. Pria dan wanita, muda dan tua, berlarian ke segala arah untuk menyelamatkan diri. Batu-batu besar berjatuhan dari langit dan menghantam jalanan dan rumah-rumah, menggelinding di jalan raya dan melindas mobil-mobil yang lalu lalang dan apapun yang ada di depannya. Tapi tak ada satupun, ataupun yang ingin memperhatikan bahwa ada enam sosok besar menjulang sampai ke langit dengan kaki selebar dua kali mobil dan tubuh sebesar bukit, yang menjadi sumber malapetaka ini. Melemparkan batu-batu dan dua diantaranya merobohkan rumah-rumah dengan tinju mereka. Empat kelebatan asap hitam, melayang dan mengitari enam sosok raksasa sambil meneriakkan perintah dan mantra-mantra. Secara serentak, empat sosok dalam kelebatan asap hitam mendarat di jalanan yang penuh orang merintih dan kekacauan. Melepas topeng mereka dan memandang kekacauan dengan sumringah.
”Nara, ini sungguh menakjubkan. Apa yang harus kita lakukan setelah ini?” tanya seorang wanita.
”Mei, Carrow, Raras, bawa mereka kembali ke dalam hutan. Aku harus mencari sesuatu di kuburan di kota ini.” Jawab Nara.
“Perlukah kita membuat tanda?” tanya Raras.
“Tak perlu. Kita harus buat Kementrian Sihir hanya bisa menerka.” jawab Nara. Kemudian dia melesat terbang dalam kelebatan asap hitam.
’*****
Hari yang ditakutkan Berixius Lestrange akhirnya datang juga. Setelah seharian mendekam di ruangan gelapnya, pintu ruangan itu terbuka dan Rifky beserta Siti Dumbledore masuk dan melepaskan rantai sihir yang mengikat tangan Berixius. Di bawah mantra kutukan ikat tubuh sempurna, Berixius diangkat beberapa senti di atas lantai dan dibawa memasuki ruangan penuh pria-pria bertubuh tegap mengenakan seragam dan topi hitam. Lalu, para pria itu memegang setiap senti tubuhnya dan menggiring dirinya memasuki ruangan bundar tinggi dengan kursi-kursi tersusun rapi mengelilingi kursi berantai di tengah ruangan.
Pengaman yang mereka perbuat sudah keterlaluan baginya. Seluruh pengamanan yang dilakukan untuk menjaga Berixius Lestrange agar tetap aman terkendali sungguh menyesalkan. Di lain hal, Berixius Lestrange bangga, menganggap mereka takut akan dirinya sehingga mereka melakukan sesuatu sedetil mungkin agar tidak ada celah baginya untuk melakukan sesuatu bahkan untuk menggaruk pahanya yang mulai gatal.
Ruangan sidang dipenuhi orang-orang dengan tampang penting, menggunakan jubah-jubah mewah hitam gemerlap. Pria-pria berseragam hitam mendudukkan Berixius dengan paksa di kursi ditengah ruangan dan rantai besi yang mengikat kursi itu langsung mengikat lengan Berixius dengan ketat. Ketika dirinya menolehkan kepala ke kiri dan ke kanan, barulah dia menyadari bahwa bukan hanya dirinya yang duduk tersiksa di tengah ruangan dan diperhatikan orang-orang berlagak penting. Di kanan belakangnya, tampak adiknya, Rixadealah Lestrange berdiri di jeruji kecil berduri. Wajahnya lebam dan ada torehan luka, rambutnya awut-awutan tampak menyeramkan. Di sebelah kiri belakangnya, tampak Meutia Slyther berdiri dalam jeruji kecil yang lain dan wajahnya basah oleh air mata. Semua orang berbisik-bisik dan mendelik menatap mereka, mencibir dan membisikkan sesuatu ke teman disebelahnya. Ketika Hermione Weasley jalan memasuki ruangan diikuti Harry Potter dan suaminya sendiri, Ron Weasley, ruangan mendadak sunyi. Semua mata memandang mereka dan Hermione duduk di kursi paling tinggi dan tampak Harry Potter duduk di belakang di sebelah kanannya.
Hermione di tengah, mengenakan kaca mata dan mengambil kertas kuning dari sakunya. Harry Potter memandang Berixius dengan penuh kebencian dan kemudian mengalihkan pandangannya menatap langit-langit yang tak kelihatan. Ron Weasley menggaruk-garuk hidungnya dan memandang berkeliling dan kemudian dilihatnya Rixadealah menggeram, membuat dirinya bergidik jijik.
”Baiklah, karena sudah lengkap sidang dapat dimulai.” kata Hermione sambil memandang semua orang. ”Sidang pelanggaran Keamanan Wilayah dan Penduduk Sipil serta Undang-Undang Kerahasiaan Sihir Internasional pada tanggal tiga puluh satu Oktober oleh Berixius Alan Zaeful Lestrange, Rixadealah Cecil Zaeful Lestrange dan Meutia Ienaf Slyther.”
”Interogator, Hermione Jane Weasley : Kepala Departemen Pelaksaan Hukum Sihir, Harry James Potter : Menteri Sihir dan Ronald Bilius Weasley: Asisten Senior Menteri. Panitera Persidangan, Scorpius Malfoy.” Pria kurus pucat berambut putih di ujung ruangan membusungkan dadanya.
Hemione memandang bergantian dari Berixius ke Rixadelah kemudian Meutia. ”Apakah kalian bertiga menyadari bahwa diri kalian telah bergabung dalam kelompok yang seharusnya dijauhi? Pelahap Maut. Serta telah melakukan banyak pembunuhan, keonaran dan kegiatan terselubung yang bertujuan mengusik ketentraman Dunia Sihir?”
”Itu sebuah kebanggaan bagi kami, busuk” kata Rixadealah sambil menunjukkan tanda kegelapannya. Orang-orang yang mendengarnya kaget dan mengelus dada.
”Baikalah, karena kalian sudah mengaku bersalah dan terbukti berada di tempat kejadian perkara. Kami,...apa itu?!”
Baru saja terdengar ledakan besar yang sepertinya sesuatu meledak di atas lantai mereka. Suaranya memekakkan telinga membuat banyak penyihir terjungkal dari kursinya. Berixius berpaling melihat adiknya dengan wajah heran dan dibalas dengan seringai kepuasan, Meutia disebelah Rixadealah berhenti menangis dan mengelap air matanya, menatap langit-langit. Debu-debu berjatuhan dari langit-langit dan sebagian dinding retak. Harry Potter, Ron dan Hermione Weasley segera bangkit dari kursi dan mengacungkan tongkatnya, berjaga-jaga. Sementara itu para penyihir yang bertampang pengecut, tua dan sok penting, berteriak ketakutan dan sibuk meyelamatkan diri, keluar dari ruangan.
”TENANG!” teriak Harry, tongkatnya diacungkan ke lehernya. ”Semuanya harap tenang. Jangan panik. Tunjukkan wibawa kalian. Cabut tongkat kalian dan bukannya panik seperti pengecut, tuan dan nona-nona. Keamanan!” Serombongan penyihir berseragam serba hitam masuk ke ruang sidang dengan berbaris rapi.
”Amankan ketiga tahanan dan masukkan ke ruangan mereka semula. Sidang dibatalkan. Ayo semuanya keluar.” kata Harry.
Sebelum salah satu dari mereka ada yang keluar, seseorang bertubuh besar masuk dengan tergopoh-gopoh, jubahnya robek dan kepalanya berdarah.
”Apa yang telah terjadi Rifky?” kata Ron ketika Rifky berhenti didepannya dengan tersengal-sengal. Semua orang tak bergeming dan memandangnya dengan ketakutan.
”Kau tak apa-apa? Lihat lukamu, kau harus ke St. Mungo” kata Hermione ketika melihat kepala Rifky terus mengeluarkan banyak darah.
”Aku, aku, aku tak apa-apa.” sengal Rifky. ”Pak Menteri, anda harus tahu, pelahap maut ada disini, mereka telah meledakkan lift-lift dan juga menghancurkan air mancur persahabatan. Dan anda pasti tidak akan mempercayai ini, mereka juga membawa Troll Gunung!” raung Rifky. Semua orang yang mendengarnya terkejut dan nyaris pingsan. Rixadealah di kurungannya tertawa terbahak-bahak dan diikuti cengingisannya Meutia.
”Mereka akan menyelamatkan kami. Mampus kalian!” kata Rixadealah.
”Bagaimana Troll-troll itu dapat masuk kemari? Ini tidak mungkin.” kata Harry, tidak mengubris tertawaan mencelanya Rixadealah.
”Anda harus percaya. Banyak sekali. Mereka keluar begitu saja dari perapian. Mungkin ada tujuh.” kata Rifky. Hermione tampak shock dan Ron mendudukkannya di kursi.
”Bagaimana mungkin?” kata salah satu penyihir berseragam keamanan.
Sesaat itu terdengar ledakan lagi, langit-langit di atas mereka bergetar dan semakin banyak menjatuhkan debu-debu.
”Ayo segera pergi dari sini sebelum atap ruangan ini runtuh. Kalian!” kata Harry kepada pria berseragam keamanan. ”Jangan lupa buat perlindungan ketat di ruangan mereka sementara.”
”Baik Pak!” jawab mereka serentak. Lalu Harry Potter pergi dan diikuti yang lainnya.
Pria berseragam keamanan di depan Berixius Lestrange tanpa basa-basi langsung mengucapkan mantra bius sebelum melepaskan rantai-rantai yang mengikat lengannya.
”*****
”Ennervate!”
Berixius tersadar dari pingsannya. Kepalanya pusing seakan dia habis membentur sesuatu. Kemudian dia merasakan seseorang menarik rambutnya dengan paksa.
“Bangun kau, Lestrange!”
Berixius membuka matanya dan langsung memejamkannya lagi karena ruangannya yang biasanya gelap mendadak terang penuh cahaya. Tapi dia tak yakin apakah dirinya berada dalam ruangannya yang benar atau tidak karena dia sekilas melihat banyak orang yang mengerubunginya, bahkan ada diantara mereka yang mengacungkan tongkat sihir ke wajahnya.
“Ayo bangun pemalas!” terdengar suara berat.
Berixius kembali membuka matanya dan terlihat Adie Flamel sambil mengacungkan tongkat ke wajahnya dan hampir mengenai hidungnya. Dia juga dapat melihat Harry Potter, Ron dan Hermione Weasley, Siti Dumbledore diantara yang mengerubunginya. Berixius menolehkan kepalanya dan melihat kumpulan gelas antik di lemari hias bersandar di tembok bercat hijau.
”Dimana aku?” kata Berixius.
”Tak lama lagi kau juga kan tahu.” kata Adie kasar.
Berixius membetulkan duduknya dan langsung Ron mengacungkan tongkatnya. Ternyata bukan hanya mereka yang berada di ruangan penuh cahaya itu. Di dekat lemari antik, terdapat Ken Weasley yang sedang bersandar di tembok, Ginny Weasley yang berambut merah menyala sedang melirik Berixius penuh minat, disamping Rifky yang kepalanya berbalut perban, duduk seorang wanita tua berambut merah menyala juga seperti Ginny, wajahnya yang keriput juga mirip dengan Ginny. Dia dapat mengenalinya dari tubuhnya yang pendek. Dia adalah Molly Weasley yang telah membunuh bibi Bellatrix kesayangannya. Api kemarahan mendadak menyala dalam diri Berixius. Tapi dia tidak mengenali sesosok wanita yang sedang berdiri di pintu dan pada saat itu, Hermione memanggil nama wanita tersebut.
”Ghesti, tolong ambilkan Veritaserumnya.” Kata Hermione.
Berixius kembali lagi membetulkan duduknya di kursi empuk.
“Hermione, aku masih tidak percaya kau melakukan ini.” kata Harry. “Kau membawa pelahap maut ke markas kita. Dimana akal sehatmu Hermione? Bagaimana kalau orang lain di Kementrian sampai tahu?”
“Tenang Harry, aku ada ide cemerlang untuk mengatasi masalah kita selama ini.” Kata Hermione.
“Aku harap dapat diterima otak-otak seperti kami, sayang” kata Ron sambil tersenyum dan langsung terdiam karena Hermione mendelik kepadanya.
Ghesti telah kembali dari dapur dan membawa botol kecil berisi cairan bening dan diberikannya kepada Hermione.
“Terima kasih Ghesti.” Kata Hermione. ”Kau Lestrange,” katanya pada Berixius. ”Jawablah semua pertanyaan ini dengan jujur, Lestrange. Kalau kau ada berbohong, kami akan segera tahu dan kami takkan segan-segan menuangkan ini.” katanya sambil menunjukkan botol bening di tangannya. ”Kau pasti tahu apa ini.”
”Wah wah aku mencium bau pemerasan di ruangan ini.” balas Berixius sambil tersenyum sinis.
”Jangan samakan kami seperti kalian, Lestrange.” balas Hermione sambil menggertak.
”Baiklah” kata Berixius. ”Tapi aku minta suatu perjanjian pada kalian dan aku akan melakukan apapun seperti kalian pinta. Berjanjilah.”
”Perjanjian?” kata Siti.
”Jangan Hermione, kita tidak bisa mempercayainya.” timpal Harry.
”Jangan buat kesepakatan dengan pelahap maut, Hermione.” sambung Adie.
”Apalagi kalau kita tahu dia salah satu orang penting di kelompoknya.” kata Rifky.
”Aku yakin apa yang akan kulakukan teman-teman” kata Hermione menentramkan. ”Apa perjanjian itu, Lestrange.”
”Akan kuberitahu nanti. Berjanjilah dulu padaku.” Berixius menggertak.
Hermione terdiam dan tampak cemas.
”Gunakan hati dan akal sehatmu sayang.” kata Ron sambil mengelus punggung istrinya.
”Benar kata suamimu, nak” sambung Molly di sofa.
Hermione memandang semua temannya yang ada di ruangan itu dan tersenyum hangat. Kemudian dia kembali menatap Berixius dengan mantap.
”Oke. Aku janji.”
”Bagus. Janjimu ku terima” kata Berixius mencibir. ”Apa permintaanmu?”
”Sebelum aku meminta sesuatu padamu. Aku ingin tanya sesuatu. Siapa yang mendalangi Pelahap Maut sekarang? Siapa pemimpinmu?” tanya Hermione dengan perlahan.
”Jadi kalian belum tahu?” Berixius tertawa lebar. ”Hebat, hebat sekali. Bodoh sekali kalian. Dia adalah paman ku, suami Bellatrix Lestrange, Rodolphus Lestrange. Kemana saja kalian selama ini?”
”Kami hanya memastikan.” jawab Hermione datar. ” Akhir-akhir ini kalian banyak beraksi. Apa motif kalian?”
Berixius terdiam sejenak. Dia memandang semua orang dalam ruangan itu satu persatu dan semuanya membalas dengan pandangan mengancam kecuali sosok bernama Ghesti yang sepertinya dari tadi lebih sibuk memandang jam besar menyeramkan di dinding.
”Aku menunggu, Berixius Lestrange” kata Hermione sambil menggoyang-goyangkan botol kecil di tangannya.
”Menurut kalian, apa motifnya?.” Berixius berbalik bertanya.
”Jangan bertele-tele” kata Harry tidak sabar. ”Cepat katakan dan kami akan segera memenuhi permintaanmu!”
Berixius hanya tersenyum.
”Apakah Deathly Hallows ada hubungannya dengan ini?” kata Adie Flamel tiba-tiba. Semua orang memandangnya penasaran.
”Ah, teruskan” kata Berixius tetap tersenyum.
Adie Flamel sejenak memandang Harry Potter kemudian kembali menatap Berixius Lestrange.
”Kau pasti tahu insiden yang kalian lakukan di komplek perumahan muggle, saat kalian mengubah seorang muggle menjadi vas bunga.” kata Adie dengan tampang mengeras. ”Kami memeriksa memori Ririez Yurie dan kami semua tahu apa yang kalian cari, ke tujuh buku Harry Potter.” diliriknya Harry Potter. ”kau sedang mencari informasi tentang Deathly Hallows kan?”
”Untuk Kebaikan yang Lebih Besar” celetuk Berixius santai.
Semua orang yang ada di ruangan itu melirik tajam Berixius dan Berixius hanya membalas dengan senyuman tatapan dingin mereka.
”Apa maksudmu, Lestrange?” kata Ken Weasley tiba-tiba.
”Apa kalian semua banyak belum tahu?” kata Berixius dengan senyum menghina. ”Tanya saja Pak Menteri. Dia tahu segalanya karena dia tokoh utama di ceritanya kan?”
Ken Weasley menatap Harry Potter ingin tahu tapi Harry hanya diam saja dan menatap kedua temannya.
”Apa yang akan kalian lakukan dengan Deathly Hallows?, setahu ku Hallows bukan Horcrux.” kata Hermione. ”Ketiga benda itu digunakan untuk memerangi kejahatan Voldemort.” Berixius tampak berjengit. ”Ya, setidaknya secara tidak langsung, ya kan Harry?”
”Ketiga Hallows itu sama sekali tidak membantuku melawan Voldemort, Hermione” kata Harry.
”Sori?” sahut Hermione.
”Kau kan tahu, aku malah melawan salah satu dari mereka, Tongkat Sihir Elder.”
”Tapi kan dia tidak melawan mu sobat?” kata Ron. ” Dia malah menyerang balik Voldemort karena dia tahu kalau kau lah majikannya.”
”Aku tak yakin.” jawab Harry sambil melirik lantai. ”Kalau tongkat itu tahu kalau aku majikannya, kenapa dia berfungsi saat Voldemort menyerangku di Hutan Terlarang. Ingatkan?”
”Harry, mungkin saja dia hanya ingin membantu untuk menghancurkan sedikit jiwa Voldemort yang masih melekat dalam dirimu. Aku yakin itu.” kata Hermione.
”Kau mengatakan tongkat itu seakan tongkat itu bisa berpikir, Hermione.” kata Harry.
”Ya ampun, Harry.” kata Ron. ”Aku ingat sepertinya kaulah yang duluan menyebutkan kalau tongkat sihir bisa berpikir atau bertindak sendiri. Kau mengatakan itu begitu yakin bertahun-tahun yang lalu. Ada apa dengan mu sobat?”
Harry Potter hanya diam dan memainkan tongkat sihir di tangannya.
”Baiklah, apa yang akan kalian lakukan dengan Tiga Hallows?” tanya Hermione kepada Berixius tapi masih memandang Harry Potter.
Berixius Lestrange sekali lagi membetulkan duduknya dan kemudian diliriknya Molly Weasley yang memandangnya. Aura kebencian terasa menyesakkan didalam dirinya.
”Tidak adakah kalian yang menerka?” ucap Berixius kesal. ”Tentu saja untuk melanjutkan tugas mulia yang telah dilakukan Yang Mulia Pangeran Kegelapan. Membersihkan Dunia Sihir dari sampah-sampah yang tak patut ada. Menjadikan Darah Murni menjadi otoritas paling utama dari segala bidang.” Berixius mengelus-elus tanda kegelapan di lengannya.
”Hm, sungguh klasik” komentar pedas Molly.
”Kalian sungguh keji dan bodoh” sambung Rifky. ”Kalian ingin membuat peristiwa di abad pertengahan terulang lagi? Menculik orang-orang tak bersalah dan kemudian membunuhnya? Seperti yang telah kalian lakukan terhadap Jhojo Black, Rowl Scamander, Seamus,?!” katanya setengah berteriak. ”Kalian juga telah membuat Luna menjadi gila! Dia tidak bisa melakukan apa-apa selain berbaring di St. Mungo!”
Siti Dumbledore yang dari tadi berdiri disamping Rifky, mengelus-elus pundak Rifky yang gempal dan sesekali menggaruk rambut Rifky yang pirang kotor. Ken Weasley tampak mengeluarkan air mata dan Adie Flamel berusaha menghiburnya dengan memberikan pundaknya.
Berixius tertawa. ”Untuk kebaikan yang lebih besar. Untuk mencapai kebaikan itu tak perlu sungkan membuang hal-hal kecil yang menghambat jalan..”
”Kau kedengaran seperti Gellert Grindelwald” sambung Harry.
”Kenapa tidak kau maksudkan saja aku dengan Albus Dumbledore. Kita sama-sama tahu kalu dia tidak seputih jenggotnya sewaktu dia masih muda kan?”
”Jaga mulutmu!” sembur Molly. Berixius hanya mendengus.
”Sepertinya sudah cukup kami mendengar ceritamu.” kata Hermione beberapa saat kemudian. ”Kurang lebih kami tahu apa inti ceritamu. Ceritamu membuatku jijik. Apa yang...”
”Kapan giliranku?” sela Berixius. ”Aku sudah memberitahukan segalanya yang ingin kalian tahu dengan jujur”
”Jangan sela aku.” kata Hermione dingin. ”Aku takkan lupa. Apa yang kau inginkan?”
Tiba-tiba terdengar suara bel pintu nyaring dan kemudian terdengar suara jeritan wanita memekakkan telinga. Ron Weasley memaki dan segera mendatangi arah suara.
”Sudah dikatakan berkali-kali jangan memencet bel. Apa susahnya sih tinggal masuk saja. Harry, masih belum kau temukan mantra untuk mencabut lukisan wanita sinting itu?” Ron Weasley merepet diantara suara jeritan dan kemudian suaranya perlahan-lahan hilang.
Beberapa saat kemudian, Ron muncul kembali di dapur bersama dua pria. Pria pertama, Berixius mengenalinya sebagai Hady Moody dan dia tidak mengenali pria yang kedua yang lebih muda dan segar. Tetapi perhatian Berixius teralih kepada sesuatu yang sedang dibawa pria kedua. Sebuah kain hitam dan walaupun dia tidak memegangnya, dia dapat merasakan kalau permukaan kain itu licin seperti air. Tatapan aneh Berixius pada kain hitam itu tertangkap oleh Harry.
”James, bawa kemari jubah itu” kata Harry pada pria yang tidak dikenal Berixius.
Tatapan Berixius terus tertuju pada jubah itu dan terhenti saat Harry Potter meletakkan dipangkuannya..
”Ada apa Berixius? Kau menginginkan ini?” tanya Harry sambil melambaikan gulungan jubah itu.
”Baiklah, kau benar. Mungkin kau sudah menerka apa yang ku inginkan dari ceritaku.” kata Berixius. ”Aku menginginkan Hallows dan karena kau punya satu diantaranya, aku menginginkan jubah gaib itu.” Berixius mengulurkan tangannya.
Harry Potter tertawa terpaksa. ”Jangan gila, Berixius. Tentu saja tidak bisa.”
”Tapi kalian sudah berjanji.” Berixius bergegas berdiri. ”Kita sudah sepekat, ingat?”
”Jangan mimpi” kata Ron. ”Lain ceritanya kalau ternyata yang kau inginkan jubah itu. Mau apa kau?” Ron Weasley mengarahkan tongkatnya ke Berixius karena Berixius membuat gerakan mendadak. ”Duduk saja kau disitu. Kau tidak bisa berbuat apa-apa tanpa tongkatmu.”
”Aku merasa tertipu!” kata Berixius gusar. ”KAU!” teriaknya pada Hermione. ”Kau telah berjanji. Aku minta janjimu, Darah Lumpur!”
Ron dengan tiba-tiba mengacungkan tongkatnya. ”Jaga mulut mu Lestrange. Tapi Hermione hanya terdiam. Wajahnya pucat dan bulir-bulir keringat muncul di keningnya. Kemudian dia menatap Harry.
”Aku takkan memberikannya, Hermione.” kata Harry.
”Aku ingin bicara denganmu di loteng” kata Hermione sambil menarik lengan Harry. “Sebaiknya kau ikut juga Ron.”
Hermione bergegas keluar dari dapur dan diikuti suaminya yang kebingungan dan Harry Potter tampak kesal. Jubah gaib disimpan dibalik jubahnya. Berixius kembali duduk di kursinya dengan wajah merah. Pria muda yang bernama James, menghampiri Molly Weasley.
”Nek, kenapa dia ada disini? Bukannya dia lebih aman di Azkaban?”
“Bibimu membuat kesepakatan dengan Pelahap Maut itu” kata Molly. “Ntah dimana akal sehat Hermione? Kalau masih ada Arthur disini, pasti...”
“Gila, untuk apa buat kesepakatan dengan dia?” sela Hady. Ginny tampak merangkul ibunya yang mendadak sedih. ”Tidak tahukah Hermione kalau dia sungguh berbahaya. Dia seperti ular. Jangan dipercaya.”
“Aku sudah bersusah payah untuk jujur, Moody” celetuk Berixius sakit hati. “Aku takkan minta imbalan kalau aku tidak jujur.”
Hady Moody mendengus. “Baguslah kau ada disini. Aku sudah tak sabar ingin menghajarmu setelah apa yang telah dilakukan kelompokmu di Kementrian kemarin. Mungkin kau bisa mewakilkan kemarahanku.”
“Sebenarnya apa yang telah terjadi kemarin, Hady?” sambung Ginny. “Apa yang mereka cari?”
“Tak ada apa-apa” jawab Hady. “Pelahap maut cuma mengobrak-abrik Atrium. Membebaskan ketujuh Troll bodoh mereka. Untunglah tak ada korban serius.”
”Mungkin mereka hanya membuat kekacauan untuk mencari perhatian semua orang.” kata Ghesti seperti sedang ngelantur. ”Mungkin mereka sudah mencuri sesuatu di bawah saat kalian mengurus Troll nya.”
”Aku tahu maksudmu, Ghesti” kata Hady. ”Kami juga telah memeriksa Departemen Misteri dan kami tak menemukan apapun yang aneh disana. Ataupun kalau mereka membuat perhatian untuk berusaha membebaskan tiga teman mereka yang sedang di sidang,” Hady melirik Berixius. ”Kita tahu bahwa mereka bertiga sudah diamankan kan?”
Tiba-tiba saja terdengar suara marah dan diikuti pecahan porselen dari arah loteng. Harry dan Hermione sepertinya sedang bertengkar dan terdengar suara Ron berusaha menenangkan.
”Aku sebaiknya ke atas.” kata Ginny. ”Untuk memastikan tak terjadi apa-apa.”
Semua orang di ruangan itu mengangguk setuju dan Ginny kemudian meninggalkan dapur. Jubah hijaunya menghilang diantara kegelapan.
”Jadi, apa yang kalian lakukan dengan Trollnya?” kata James.
”Divisi Hewan telah mengatasinya.” kata Hady. ”Tapi sepertinya Kementrian Sihir Francis sedang kerepotan sekarang. Kalian sudah baca Daily Prophet hari ini? Kota muggle di daerah Tenggara Francis diserang kawanan Raksasa. Mereka yang selamat menyebutkan kalau kota mereka diserang gempa dan hujan Meteor. Yang membuat heran, mayat-mayat yang banyak berjatuhan saat peristiwa berlangsung mendadak hilang dan bahkan sejumlah kuburan baru di kota itu dalam keadaan kosong. Ada sesuatu yang telah mencuri mayatnya.”
Jantung Berixius mencelos. Molly, Ken dan Siti menutup mulutnya karena kaget. Adie Flamel merepet dan Rifky menggelengkan kepalanya.
”Apakah mereka berusaha membuat pasukan Inferi?” tanya Ken Weasley pada Berixius. Berixius Lestrange hanya terdiam.
”Bukan hanya itu?” kata James. ”Kita kehilangan Lucius dan Narcissa Malfoy tadi siang. Pelahap Maut telah membunuh mereka bahkan Malfoy Manor dibakar habis.”
”APA?!” teriak Ghesti di sudut. “Bagaimana nasib Draco dan keluarganya? Dia sahabat terbaikku di sekolah.”
“Mereka baik-baik saja. Kementrian memberikan perlindungan penuh ke keluarga Malfoy. Sungguh disayangkan, Scorpius sangat terpukul kehilangan kakek neneknya.”
Aura dapur mendadak menjadi kelabu. Banyak orang yang tampak terpukul dan para wanita terisak dalam sapu tangannya. Dan beberapa saat kemudian, terdengar suara langkah-langkah kaki dan Harry Potter bersama istrinya Ginny, muncul terlebih dahulu dan diikuti Hermione dengan suaminya Ron. Hermione tampak kacau.
“Apa keputusanmu?” tanya Berixius santai.
Sejenak Hermione memandang Harry Potter. ”Kami telah memutuskan, kau tidakkan mendapatkan Jubah Gaib itu, tapi tunggu dulu.” ucap Hermione buru-buru karena Berixius berusaha menyelanya. ”Kami akan memberikan Hallows yang lain.”
”Sssshht” desis Ron saat Adie dan Molly mengeluarkan suara.
”Tapi kami hanya memberikan lokasi dimana Hallows itu berada, karena benda itu tak ada bersama kami. Batu Kebangkitan tak sengaja jatuh di Hutan Terlarang, Harry menduga. ” Hermione kembali melirik Harry. ”Batu Kebangkitan jatuh di dekat sarang para Acromantula di Hutan Terlarang.”
”Ini tak sesuai dengan keinginanku tapi aku terima” kata Berixius.
”Tapi kami meminta sesuatu padamu agar perjanjian kita ini menguntungkan satu sama lain. Kami menduga, pertanyaan-pertanyaan tadi tak sesuai dengan harga Batu Kebangkitan. Kami meminta yang lebih.”
Semua orang dalam ruangan itu tampak menahan napas.
”Apa itu?” ucap Berixius.
”Kami menginginkan Tuanmu yang baru. Rodolphus Lestrange. Karena dialah yang sangat bertanggung jawab akan aksi kalian selama ini. Bagaimana?”
Berixius terdiam, keringat dingin bermunculan saat dia akan memutuskan apa.
”Kalau kau tidak setuju, bersiaplah kau masuk ke Azkaban. Tapi kalau kita bisa kerja sama. Kau akan bebas dari tuduhanmu. Tapi kau akan dikurung disini. Lebih baik dikurung disini dari pada di Azkaban kan? Kau akan dapat makanan yang lebih layak disini. Tapi jangan berharap tongkatmu kami kembalikan. Bagaimana? Setuju atau tidak?”
Tanpa berpikir panjang-panjang, Berixius meraih tangan Hermione dan berseru ”Setuju”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar