Selamat Datang di Blog saya. Semoga hari anda menyenangkan dan Terima Kasih sudah mampir :)

Minggu, 20 November 2011

AWAL SEBUAH RENCANA

Kisah semakin seru, penuh intrik. ayo lanjut baca ceritanya. Ini adalah cerita lanjutan dari Akhir Sang Agen Ganda. Selamat membaca ya. Enjoy It!


Malam Desember terasa dingin seperti malam Desember tahun-tahun sebelumnya. Tapi sudah sepekan ini, udara malam terasa sangat dingin. Dinginnya terasa mencekam seakan ada sosok-sosok lain yang turut serta mendinginkan udara malam. Tak sulit mengetahui apa yang telah membuat udara semakin dingin. Membuat perasaan tiap orang menjadi suram dan hanya seperti diliputi kesedihan yang mendalam.
Dementor dimana-mana. Peristiwa ini membuat semua orang kembali mengingat peristiwa berpuluh-puluh tahun yang lalu saat Dia Yang Tak Boleh Disebut Namanya kembali. Semua orang sudah menyadari ada sesuatu yang buruk sedang terjadi, sesuatu yang jahat. Di Natal kali ini, banyak orang memilih untuk menetap di rumah yang nyaman dan menghabiskan waktu dengan keluarga mereka. Kejadian-kejadian tragis terus terjadi, baik di komunitas penyihir maupun muggle. Peristiwa yang masih segar diingat semua orang adalah saat kawanan Manusia Srigala menyerang desa penyihir di daerah selatan Inggris. Semua penduduknya tewas dan di langit desa terlihat jelas Tanda Kegelapan berwarna hijau menerangi langit yang diterangi bulan purnama..

Belum lagi saat sebuah perabotan seperti lemari berukuran raksasa muncul dari udara kosong dimana-mana. Kementrian Sihir mencatat, ada tiga puluh tiga lemari yang mereka temukan di seluruh Inggris dan mereka mengucapkan syukur karena lemari-lemari tersebut hanya muncul di daerah pemukiman penyihir seperti di desa Godric’s Hallow, Hogsmead, Diagon Alley dan desa-desa lainnya. Bahkan lemari itu muncul di Kementrian Sihir, Azkaban dan di areal hutan Sekolah Sihir Hogwarts. Bayangkan kalau lemari-lemari itu muncul di desa-desa muggle, pihak Kementrian Sihir pasti akan kerepotan menjelaskan kepada Perdana Menteri Muggle akan kemunculan lemari-lemari raksasa yang mengejutkan.
Selama kemunculan lemari-lemari itu, Harry Potter sang Menteri Sihir hanya bisa menjelaskan bahwa lemari itu bukan lemari biasa. Sebuah lemari pelenyap berukuran raksasa, sebesar pondok.
“Lemari ini seperti lemari yang digunakan Pelahap Maut saat perang dulu.” kata Harry Potter dalam tajuk utama Daily Prophet. ”Lemari ini bisa memindahkan mereka ke tempat lain dan semua lemari yang kita jumpai hanyalah kembaran lemari yang asli.”
Harry Potter telah memerintahkan untuk menghancurkan lemari itu, tapi tak ada yang berhasil. Lemari itu telah dilindungi mantra perlindungan yang kuat sehingga tidak mempan terhadap mantra maupun kapak. Oleh sebab itu, di setiap lemari yang mereka temukan, dijaga dua atau tiga auror terlatih untuk mencegah sesuatu yang bakal keluar dari sana.
“Aku sudah bosan menjaga lemari ini” kata seorang pria di dalam hutan. Tiga meter dari tempat api unggun, berdiri lemari raksasa yang kokoh. “Mereka bahkan tak memberi uang lembur untuk kita.”
“Dimana loyalitas mu, Imannuel?” ucap si wanita. “Ini sudah tugas kita untuk menjaga keselamatan semua orang.”
Pria bernama Imannuel tertawa terbahak-bahak. “Kau terlalu lugu, Yulia. Untuk apa pelahap maut sialan itu meletakkan lemari ini di hutan terlarang. Kalau mereka mau menyerang Hogwarts lagi, kenapa meletakkannya begitu jauh dari sana?” Pria itu mendekati Yulia.
”Kau sudah dengar apa yang dikatakan Profesor Wildman, lemari itu mungkin dikirim ke salah satu ruangan di Hogwarts, tapi Hogwarts punya proteksi sehingga lemari itu hanya bisa muncul jauh di hutan terlarang.”
”Aku tak peduli.” Immanuel keras kepala. ”Aku mau pulang. Disini dingin sekali. Untunglah salju disini tak sampai jatuh ke tanah. Kau mau ikut tidak? Tenang saja, mereka takkan tahu...Apa?!”
Hampir sepuluh detik, Yulia terus menarik pakaian Immanuel sambil melihat ke sekelilingnya.
”Aku mendengar sesuatu.”
”Aku tidak mendengar apa-apa. Itu hanya pikiranmu saja. Mungkin hanya kawanan Centaurus seperti kemarin” kata Imannuel, ikut memperhatikan keadaan sekelilingnya karena perlahan-lahan dia juga mendengar sesuatu.
Tak lama kemudian, Yulia kembali menarik pakaian Imannuel karena dia melihat sesuatu yang menjadi sember suara aneh yang didengarnya. Yulia memaksa Imannuel memperhatikan lemari yang berdiri di dekat pohon Ek. Pegangan pintunya berderik berputar, mengeluarkan suara janggal di hutan itu. Detik berikutnya terdengar suara klik dan pintu lemari itu terbuka perlahan-lahan. Gumpalan asap hitam keluar dari celah pintu yang terbuka, hitamnya lebih pekat dari kegelapan paling gelap di hutan itu. Yulia dan Immanuel mengacungkan tongkat sihirnya, bersiap-siap dari apa yang akan keluar dari lemari itu.
Sesosok hitam berkerudung mengenakan topeng muncul dari balik lemari. Yulia menggumamkan sesuatu, tapi terlambat. Pelahap Maut itu mengirimkan cahaya hijau dan membuat Yulia terpental jauh tak bernyawa. Immanuel panik, dia mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi dan siap untuk meluncurkan kutukannya, tapi tak terjadi, karena dia terkejut akan sosok- sosok bertopeng lain yang muncul dari balik lemari. Imannuel berputar di tempat, bersiap berdisapparate tapi tak ada yang terjadi. Cahaya hijau kembali menerangi Hutan Terlarang dan Immanuel sudah kehilangan nyawanya.
Sembilan sosok bertopeng mengerubungi kedua korbannya yang tergeletak tak bernyawa di tanah. Salah satu dari Pelahap Maut tertawa lebar sambil memainkan tubuh-tubuh di tanah dengan mantranya.
“Cukup Raras” kata seorang pria dibalik topeng. Pria itu membuka topengnya dan sosok-sosok yang lain mengikuti. Wajah Berixius Lestrange diliputi kemenangan. ”Ambil tongkat mereka. Jangan sia-siakan.”
Sosok berkerudung bernama Raras, mengutip tongkat yang jatuh tak jauh dari tubuh tuannya dan memberikannya kepada Berixius Lestrange.
”Mantra yang melindungi lemari ini bekerja dengan baik. Tak ada yang menyadari, jarak lima belas meter dari lemari takkan bisa disapparate.” kata Berixius.
Pelahap Maut lainnya mengangguk setuju.
”Aku kagum dengan rencana mu, Eganda Carrow.” ucap Berixius. Wanita di dekat Raras menyeringai. ”Kita akan berhasil. Ayo kita cari batu itu. Tapi hati-hati, di sekitar sini ada sarang Acromantula. Dan tetaplah didekatku, paman!” Pria dibelakang Berixius mengangguk dan kembali diam.
Sosok-sosok lain mengikuti Berixius Lestrange yang berjalan didepan. Berjalan diantara semak-semak dan akar-akar pohon raksasa. Sekeliling hutan gelap total dan penerangan hanya datang dari kesembilan tongkat. Sesuai informasi, mereka harus menemukan Batu Kebangkitan di dekat sarang Acromantula di Hutan Terlarang. Batu Kebangkitan yang dijanjikan Harry Potter berwarna hitam yang menambah kesusahan dalam mencarinya di hutan yang gelap gulita.
”Accio Batu Kebangkitan!”
”Sudah kukatakan, Riska. Batu itu mengandung sihir yang kuat dan pasti takkan bisa bisa dipanggil dengan accio” teriak Berixius di ujung.
”Patut di coba kan?” Riska balik berteriak di salah satu pohon.
Sudah sejauh ini mereka belum menemukan sarang Acromantula, padahal mereka sudah cukup jauh dengan posisi lemari tempat mereka muncul. Lemari Raksasa di belakang mereka memang sengaja dimaksudkan muncul di Hutan Terlarang agar memudahkan mereka mencapai sarang Acromantula yang tak jauh dari tempat Batu Kebangkitan pernah jatuh. Mereka terus berjalan menembus semak-semak berduri dan menaiki tanah menanjak dan ketika di puncaknya, mereka melihat sebuah lahan tanpa semak ataupun rumput di bawah mereka. Pohon-pohon tumbuh jarang dan didekat salah satu pohon, terdapat sebuah lubang besar dan lubang itu ditutupi jaring-jaring benang. Mereka sudah ditempat yang benar. Sarang Acromantula yang dimaksud. Ketika mereka melihat ke sekitar, banyak ditemukan benang-benang sutera bergelantungan di pohon-pohon dan mereka juga menyadari ada yang bersembunyi di balik pohon-pohon itu.
”Ayo kita turun dan hati-hati.” kata Berixius.
Mereka melompat ke tanah di bawah mereka dan mulai mencari di seluruh tempat dengan diterangi cahaya tongkat mereka. Beberapa dari mereka mencari di bawah akar-akar dan yang lainnya membongkar lumut-lumut yang tebal. Mereka juga mencari di lubang-lubang di tanah dan terus menghindari kontak dengan lubang sarang Acromantula. Mereka takut sesuatu akan menarik mereka ke dalam lubang jika terlalu dekat. Waktu sudah lama berjalan dan itu tak bagus, dalam pikiran Berixius. Mereka belum menemukan apa-apa dan mereka terus merasakan sedang diawasi.
”Kau dan kau! Cari di dekat lubang itu!” Berixius menunjuk Rixadealah dan Meutia palsu untuk mencari di dekat lubang sarang.
Di hari sebelumnya, saat Ken Weasley dan Titin Goldstein ketahuan dalam penyamarannya sebagai Rixadealah dan Meutia palsu. Pelahap Maut sepakat untuk menghilangkan memori mereka agar melupakan adegan saat Berixius membocorkan informasi bahwa dirinya disuruh untuk menjebak Rodolphus Lestrange saat akan mencari Batu Kebangkitan. Saat ini, Rixadealah dan Meutia palsu hanya menyadari kalau yang mereka lakukan sekarang telah sesuai dengan rencana yang disepakati Orde Phoenix. Dan Pelahap Maut berpura-pura tidak menyadari kalau Rixadealah dan Meutia yang bersama mereka adalah palsu. Berixius tidak menginginkan rencana yang telah dipersiapkannya gagal total. Dan dia berharap semua itu akan berjalan lancar malam ini.
Tiba-tiba terdengar suara jeritan panjang dan Berixius bersiaga, menoleh mencari asal suara. Di ujung dekat pohon Ek yang ditutupi benang halus laba-laba, Raras Crabbe ditarik oleh sesuatu seperti capit besar dan tubuhnya dibawa ke atas pohon yang ketika dilihat ke puncaknya dipenuhi laba-laba raksasa.
Eganda Carrow yang paling dekat dengan Raras, segera mengirimkan cahaya hijau ke laba-laba yang membawa Raras tapi meleset dan mengenai laba-laba lainnya. Laba-laba itu mati dan jatuh, hampir mengenai Eganda di bawahnya. Di atas pohon, Raras terus menjerit ketakutan dan dirinya terus dibawa melompati pohon-pohon lain dan tak lama kemudian suara jeritannya menghilang. Delapan Pelahap Maut tersisa berkumpul ditengah dan saling beradu punggung. Meneriakkan mantra-mantra mematikan ke arah para laba-laba raksasa yang mendadak banyak bermunculan dibalik pohon dan semak-semak dan banyak lagi yang bergelantungan di pohon-pohon. Mei Chan menggumamkan sesuatu ke arah laba-laba yang melompat ke arah Pelahap Maut, dan laba-laba itu meledak dan cairan hijau lengket muncrat kemana-mana. Dan banyak lagi mantra yang diteriakkan, berusaha memukul mundur laba-laba yang mendekat. Namun saat Nuxzagetha membelah jadi dua laba-laba sebesar kambing, terdengar suara geram dan berat dari arah lubang sarang.
”Tahan anak-anak ku” terdengar suara seperti gesekan perut dari arah lubang. ”Siapa itu?”
Sepasang kaki laba-laba besar muncul dari mulut lubang, warnanya hitam dan dipenuhi duri-duri. Kemudian muncul capit besar di kepala yang lebih besar. Dan tak lama kemudian, terlihat tubuh laba-laba raksasa paling besar diantara laba-laba disana, memamerkan capitnya di mulut lubang.
”Kalian dilarang kesini. Ini wilayah kami, manusia.” suaranya terdengar seperti suara perempuan.
Berixius memberanikan diri mendekat sementara yang lainnya tetap menaikkan tongkatnya.
”Maafkan kami. Kami hanya sedang mencari sesuatu.”
”Apa yang kalian cari di sini?” kata sang laba-laba. Laba-laba yang lain memainkan capitnya. Terdengar suara klik-klik di seluruh hutan.
”Sebuah batu. Kami menyebutnya Batu Kebangkitan. Warnanya hitam dan tak terlalu besar. Apa kalian pernah melihatnya?” Berixius menguatkan suaranya karena suara klik capit beradu semakin keras terdengar.
”Seperti ini?” terdengar suara berat si laba-laba. Laba-laba itu mengangkat salah satu kaki depannya dan mengarahkannya ke salah satu mata nya yang abu-abu. Diantara ke delapan matanya yang abu-abu terdapat salah satu mata yang warnanya masih hitam.
“Itu batunya!” desis Nuxzagetha Lestrange di sebelah kiri Berixius.
Berixius memicingkan matanya, berusaha melihat mata hitam sang laba-laba. Mata hitam itu berkilau dan kilaunya berbeda dengan mata lainnya. Itu bukan mata, lebih terlihat seperti batu hitam yang dijejalkan ke rongga mata yang telah tiada. Mereka akhirnya menemukan Batu Kebangkitan.
“Halo, kau ingat kita dulu sekutu kan?” Berixius lebih dekat menghampiri laba-laba betina di mulut lubang. “Kami membutuhkan batu itu.”
”Tak bisa. Aku membutuhkan mata ini. Setiap ku mengelus mataku, arwah suami ku Aragog selalu mengunjungiku.” Laba-laba itu memainkan capitnya dan diikuti anak-anaknya. ”Lagi pula, Hagrid sahabat suamiku tidak suka dengan kalian. Hagrid marah besar saat kami menyerang sekolah.”
”Tapi kami akan memberikan makanan. Daging segar. Tak lama lagi akan banyak daging manusia yang bertebaran di tanah. Kalian lapar kan?” Berixius merasakan bahaya, dia mundur mendekati kumpulan Pelahap Maut di belakangnya.
Di sekitar lubang, banyak laba-laba lain yang muncul dan perlahan-lahan mendekati Pelahap Maut. Laba-laba raksasa itu terus memainkan capit besarnya dan diantara mereka ada yang merayap di pohon-pohon.
”Kami memang lapar.” kata laba-laba betina. ”Sudah lama rusa-rusa tidak bermain di sekitar sini. Kami harus makan. Kami harus hidup. Tapi kami tak perlu menunggu lama untuk bisa mencicipi daging manusia, karena daging segar itu sedang mengunjungi perut lapar kami sekarang. Kami takkan sia-siakan.”
Berixius dan Pelahap Maut lainnya menyiapkan tongkat dan menunggu adanya gerakan mendadak dari kerumunan laba-laba.
”Anak-anakku. Makanlah sepuasnya.”
Suara klik capit beradu langsung terdengar nyaring dan salah satu laba-laba di pohon melompat ke arah kumpulan Pelahap Maut. Rodolphus Lestrange melihatnya dan membakar laba-laba itu menjadi abu. Melihat saudaranya mati terbakar, banyak laba-laba lain menerjang dan Pelahap Maut bubar. Banyak cahaya mantra-mantra yang menerjang laba-laba dan banyak diantaranya tergeletak tak bergerak. Riska Watsorki disergap lima laba-laba. Salah satu mantranya meledakkan laba-laba itu dan laba-laba lain-lain mengerubungi saudaranya yang mati untuk menikmati cairan tubuh saudaranya. Riska Watsorki berpuas diri akan apa yang dilakukannya tapi tidak menyadari kehadiran laba-laba lebih besar dibelakangnya. Rita Watsorki dicapit diantara perutnya dan dibawa masuk ke dalam lubang sarang.
Nuxzagetha berlari menghindari laba-laba yang mengejarnya dan mengirimkan mantra ledakan ke setiap laba-laba di depannya. Akhirnya dia menemukan laba-laba betina raksasa yang berusaha mundur masuk ke lubang sarangnya. Nuxzagetha mengirimkan sinar hijau ke arah laba-laba itu dan laba-laba itu langsung tak bergerak, berhenti dari usahanya masuk ke lubangnya.
”Aku berhasil. Akan aku ambil batu nya.” teriak Nuxzagetha mengatasi suara gaduh.
”Awas!” teriak Berixius sambil mengirimkan cahaya merah ke laba-laba yang hampir menerkam ibunya.
Tanpa mengucapkan terima kasih. Nuxzagetha Lestrange mengeluarkan sebilah pisau dan mencongkel batu dalam rongga mata sang laba-laba.
”Aku mendapatkannya.” teriak Nuxzagetha sambil mengacungkan batu itu tinggi-tinggi.
Pelahap Maut tersisa bersorak kemenangan dan Berixius menghampiri ibunya dan menerima Batu Kebangkitan. Laba-laba yang lain menyadari bahwa ibu mereka telah mati dan anak-anak laba-laba itu semakin buas beraksi. Berixius menyimpan batu itu ke dalam saku jubahnya dan kembali menyerang laba-laba yang mengamuk. Tapi saat Eganda Carrow akan menghajar laba-laba di depannya, sebuah anak panah mendadak menancap di kepala laba-laba sasarannya. Tak lama kemudian makin banyak anak panah yang beterbangan dan membunuh laba-laba dan terdengar derap langkah kaki yang semakin dekat. Makhluk bertubuh dari pinggang sampai kepala mirip tubuh manusia dan dari pinggang ke kaki berupa tubuh kuda dengan bulu-bulu indah. Kumpulan Centaurus mendadak muncul dari balik semak-semak dan mengarahkan busurnya ke laba-laba di antara Pelahap Maut. Laba-laba itu menyadari kehadiran Centaurus dan mendadak lari meninggalkan sarang mereka, hanya tersisa Pelahap Maut yang kebingungan dan tubuh-tubuh laba-laba yang mati.
”Centaurus” celetuk Mei Chan. ”Kita tertolong”
Saat Mei mengatakan itu, Centaurus mendadak mengarahkan busur panahnya ke dada-dada Pelahap Maut.
“Sekarang apa?” suara Eganda terdengar gemetar.
”Kami takkan menyelamatkan manusia keji seperti kalian” kata Centaurus bertubuh putih. Centaurus itu mengecangkan tali busurnya.
”Cukup Firenze.”
Terdengar suara lain dan Berixius tak asing dengan suaranya. Muncul dibalik tubuh kuda Firenze, Harry Potter berjalan memasuki areal penuh bangkai laba-laba. Kemudian sosok-sosok lain muncul. Ron Weasley dan Adie Flamel muncul diantara pohon yang tumbang. Dibalik semak-semak, Rifky, Ghesti dan Hady Moody bersembunyi. Hermione dan Siti berjalan di paling belakang dengan seekor berang-berang perak berenang-renang di udara sementara dua sosok besar berkerudung melayang-layang tak jauh di depan Hermione dan Siti. Kehadiran dua Dementor itu membuat suasana mendadak dingin, membuat bulu kuduk tiap orang berdiri.
”Kami akan mengurus mereka. Terima kasih Firenze. Sampai jumpa” Harry Potter menengadah menatap wajah Centaurus berbulu putih.
Centaurus bernama Firenze menatap langit dan kemudian menatap Harry Potter. ”Semoga bintang-bintang salah, Harry Potter.”
”Apa maksudmu, Firenze?” tanya Harry bingung.
Firenze tidak menjawab, hanya memandang Harry lama-lama. Kemudian dia berbalik dan berderap berlari bersama teman-temannya. Harry Potter kemudian mengalihkan pandangannya dari Centaurus yang telah pergi kepada Berixius Lestrange.
”Kerja yang bagus, Berixius.” kata Harry Potter sambil mengeluarkan tongkatnya. ”Sekarang giliran kami yang kerja. Pergilah, kau bebas”
”Apa maksud dia, Berry?” tanya Nuxzagetha pura-pura tidak mengerti.
Saat masih berada di Reeves’s Hotel, Berixius mengintruksikan agar Pelahap Maut untuk berpura-pura tidak tahu kalau dirinya dan Harry Potter bekerja sama untuk menjebak mereka. Sebelumnya cukup lama, Berixius untuk membujuk mereka tapi dia menjamin dia takkan merepotkan teman-teman Pelahap Mautnya karena dia punya rencana. Sesuai rencananya, dia menghampiri Harry Potter dan menyimpan tongkat sihirnya di balik jubahnya.
”Sekarang dia milikmu.” kata Berixius Lestrange, cukup dekat berbicara dengan Harry Potter.
”Terima kasih Berixius. Ron akan mengajakmu ke suatu tempat. Sebelum kau pergi, aku ingin membicarakan sesuatu kepadamu.” kata Harry Potter. ”Tunggulah disana.”
Ron Weasley mengangguk dan membimbing langkah Berixius menyelusuri hutan gelap. Tapi saat ketiga belas langkahnya menjauhi tempatnya sebelumnya, dia mendengar jeritan panjang Nuxzagetha dan Berixius berbalik dengan degup jantung tak beraturan. Sesuatu yang buruk pastilah telah terjadi. Sesuatu yang tak direncanakannya. Dia berlari ke tempat sebelumnya sementara Ron berusaha mengejarnya di belakang.
Hujan sinar mantra dimana-mana. Rixadealah dan Meutia palsu melumpuhkan Nuxzagetha Lestrange dan Mei Chan. Eganda Carrow terpental ke udara dan pingsan. Sementara Rodolphus Lestrange berteriak ketakutan ketika salah satu dementor memegang kedua tangannya dan dementor lainnya melayang-layang di depannya.
”Apa yang kau lakukan, Potter. Ini tak sesuai dengan perjanjian kita. Kau hanya menginginkan Rodolphus. Lepaskan yang lain!” teriak Berixius.
Ron Weasley tiba di sebelah Berixius dan berusaha menarik Berixius pergi. Tapi Berixius terus berontak sambil mengeluarkan sumpah serapah.
”Memang tak sesuai dengan perjanjian kita. Tapi kau salah menafsirkannya Berixius.” kata Harry sambil melewati Hermione dan Siti yang tampak puas. ”Dalam perjanjian, aku hanya minta kau bawa pamanmu, Rodolphus Lestrange. Tapi lihat, kau bawa teman-temanmu yang lain. Jadi kami takkan menyia-nyiakannya. Aku tak salahkan, Berixius?”
”Kau licik!” desis Berixius.
Harry Potter tersenyum, Rifky dan Adie Flamel terbahak-bahak.
”Asal kau tahu, Menteri Sihir kita sempat akan masuk ke Slytherin sebelum dia meminta sendiri untuk masuk Gryffindor.” seru Adie bangga.
Berixius tak mendengarkan dan terus membebaskan diri dari pegangan Ron Weasley.
”Dementor itu. Untuk apa mereka disini?” tanya Berixius.
Dementor di depan mereka semakin mendekatkan diri dengan Rodolphus Lestrange yang tidak berdaya selain berteriak ketakutan. Tak jauh dari Dementor, berang-berang perak Hermione terus berenang-renang di udara sementara Dementor-dementor menjaga jarak dengan patronus itu.
”Anggota Wizengamot sudah memutuskan Rodolphus Lestrange, Pemimpin Pelahap Maut, akan di eksekusi dengan Kecupan Dementor.” kata Hermione. ”Eksekusi mati dengan Dementor belum dihapus dari Undang-Undang kita dan Rodolphus Lestrange patut mendapatkannya.”
”Kalian takkan ku biarkan!” Berixius berusaha mengambil tongkat dari sakunya.
”IMPEDIMENTA” teriak Rifky.
Karena Ron masih berusaha memegang Berixius, Ron ikut terpental bersama Berixius ke udara. Harry Potter menyuruh Rifky, Ron dan Siti untuk membawa Berixius pergi.
”Kau tak boleh melakukannya!” teriak Berixius saat dipaksa berdiri oleh Ron dan Rifky.
Sementara itu, Rodolphus Lestrange tiba-tiba menjerit keras dan berusaha menendang Dementor di depannya. Dementor itu marah dan tangannya yang keropeng mencekik leher Rodolphus.
”Tolong aku, Harry! Apa yang kalian lakukan?!” teriak Rodolphus. TOLONG! Hermione! RON! Aku ini...”
”SILENCIO!” pekik Ghesti tiba-tiba. Rodolphus Lestrange terdiam. Walaupun mulutnya terbuka, tapi tak terdengar suara dari mulutnya.
“Kau! Cepat lakukan tugasmu!” pekik Ghesti kepada salah satu Dementor.
Berixius merinding. Dia tidak bisa melakukan apa-apa ketika salah satu Dementor mendekatkan mulutnya ke bibir Rodolphus. Akhirnya Rifky dan Ron berhasil menggotong Berixius menjauhi tempat eksekusi. Sementara itu, Pelahap Maut yang telah sadar dari pingsannya berteriak-teriak memohon dan memanggil nama Rodolphus Lestrange, yang mendelik ketakutan saat dirinya merasakan permukaan mulut Dementor yang basah di bibirnya.
“*****
“Bagaimana kau bisa meloloskan diri dari Grimmauld Place!”
Masih di hutan yang sama, tapi di belantara yang lain. Harry Potter menghampiri Berixius yang tak berdaya dalam kekangan Ron dan Rifky Creevey. Setelah mengeksekusi Rodolphus Lestrange, Harry Potter mendadak berubah. Dirinya tampak marah menyeramkan dan tak ada pengendalian diri.
“Jawab aku! Bagaimana kau bisa keluar dari Grimmauld Place?!” Harry Potter menarik jubah Berixius.
“Aku tidak mengerti apa maksudmu?” gagap Berixius.
Harry Potter mendelik dan mencekik leher Berixius. ”Siti! Veritaserum nya!”
Dengan gemetar, Siti menuangkan cairan bening ke mulut Berixius dengan paksa, membuat Berixius terbatuk-batuk.
”Kau kenal aku?” tanya Harry kepada Berixius. Berixius mengangguk panik. ”Kenapa kau bisa keluar?” desisnya.”
”Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.” pekik Berixius ketakutan. Dia tidak mengerti apa yang di ucapkan Harry Potter yang seperti kerasukan.
”Ayolah, jangan main-main dengan aku, Lestrange! Ghesti melihatmu keluar dari rumahku di Godric’s Hallow. Saat dia mengeceknya, dia menemukan anakku James pingsan dan Hugo besimbah darah. Kau ingat?!”
”Aku di Godric’s Hallow? Kau gila? Aku tak mengerti?! Aku pun tidak tahu itu kapan?” Berixius mendelik.
”Jangan pura-pura lupa. Berita dari Patronus Ghesti saat rapat!” teriak Harry.
”Apa! Saat patronus Ghesti muncul, kau lihat sendirikan aku ada di sana? Rapat bersama kalian! Bagaimana aku bisa di Godric’s Hallow?” jujur Berixius.
”Aku tak tahu mantra apa yang kau gunakan!” seru Harry. ”Tapi aku tahu itu kau. Jubah Gaib ku hilang dan hanya ada satu orang yang tertarik mengumpulkan Hallow. Itu kau, Lestrange! Jangan bohong!”
”Kau gila! Aku tak bohong! Aku mengatakan sejujurnya.”Berixius gemetar ketakutan. Dirinya bersimbah keringat dingin.
”Dia benar, Pak Menteri!” ucap Siti hati-hati. ”Dia tidak bohong. Ingat Veritaserumnya.”
Harry Potter terdiam dan perlahan-lahan melepaskan tangannya dari leher Berixius Lestrange. Dia tampak mengatur napas dan emosinya. Tiba-tiba terdengar suara Hermione dari arah tempat eksekusi. Suaranya terdengar ketakutan.
”Harry!”
Harry berlari ke tempat Hermione diikuti Siti dan Rifky. Sebelumnya dia menyuruh Ron untuk membawa Berixius ke Markas Grimmauld Place nomor Dua Belas. Berixius Lestrange tahu apa yang telah terjadi dan dilihat Hermione di tempat eksekusi. Waktunya sudah habis dan mereka pasti telah kembali ke wujudnya semula.
Lama-kelamaan Berixius menyadari apa yang dikatakan Harry Potter. Yang tak dia mengerti adalah ada orang yang menyamar menjadi dirinya dan mencuri Jubah Gaib di Godric’s Hallow. Dia tidak pernah menyuruh Pelahap Maut lain untuk menggantikan dirinya mengumpulkan Hallow. Itu adalah tugas emasnya yang harus dia lakukan sendiri. Lagi pula, saat dia menyatakan kepada Pelahap Maut lain di markas, tak ada satupun Pelahap Maut yang ditugaskan mengobrak-abrik Godric’s Hallow. Belum saatnya. Apakah ada orang yang mengkambing hitamkan Pelahap Maut dan juga ikut mengumpulkan Hallow selain dirinya?
”Kau membuat anakku masuk ke St. Mungo” kata Ron pelan sambil memegang tangan Berixius.
Ron Weasley memimpin Berixius berdisapparate. Suasana seperti dimasukkan ke dalam pipa sempit kembali dirasakan Berixius. Tapi dia tak mau ke Grimmauld Place lagi dan kembali menjadi tahanan. Dia punya tongkat dan dia harus berjalan dalam rencana yang dibuatnya. Saat suasana seperti dijejalkan ke dalam pipa sempit berlangsung, Berixius mengeluarkan tongkatnya dan membebaskan pegangan Ron dengan mantra kejut. Kemudian Berixius beralih memegang tangan Ron dan memimpinnya muncul ke tempat lain.
”Apa yang kau lakukan!” teriak Ron ketika mendarat di tanah perbukitan.
”Imperio” desis Berixius.
Ron Weasley terdiam dan matanya tampak tak terfokus. Berixius Lestrange berhasil menguasai Ron Weasley. Dia melihat ke sekelilingnya dan dirinya berada di puncak tebing yang terjal. Didepannya ada jurang yang mengarah ke laut dan di tengah laut di depannya, tampak bangungan besar kokoh seperti menara dengan atap segitiga. Berixius berada di tebing dekat Azkaban. Angin yang bertiup malam ini sungguh kencang dan dingin. Berixius melihat sesuatu di rerumputan, sebuah sapu terbang. Sapu itu telah dipersiapkan Pelahap Maut lainnya sesuai rencananya. Berixius menaiki sapu tersebut dan juga membonceng Ron terbang ke puncak atap Azkaban.
Setelah mendarat dengan mulus di atap segitiga Azkaban. Berixius menyentuh tanda kegelapan di lengan kirinya dengan jari telunjuknya. Dia harus mengirimkan pesan kalau rencananya berhasil. Di Reeves’s Hotel, Pelahap Maut yang berkumpul mengelilingi meja bundar menerima pesannya. Mereka bersorak kemenangan dan pria di salah satu kursi berdiri dengan semangat dan mengucapkan.
”Berixius berhasil. Lepaskan mereka. Kita perang!”
Rodolphus Lestrange yang asli bersorak-sorak sambil mengeluarkan bunga api dari tongkatnya bersama Nuxzagetha, Riska, Raras, Mei Chan, Eganda dan Pelahap Maut lainnya.
Kembali di Azkaban. Berixius dan Ron dapat mendengar suara keributan di bawah kaki mereka. Lantai batu yang mereka pijak bergetar seperti akan rubuh. Sesuai pesan yang dikirimkan Berixius melalui tandanya, Pelahap Maut yang berjaga di pos masing-masing (tempat dimana mereka menjaga hewan dan makhluk hitam yang berhasil mereka kumpulkan) sibuk menggiring monster-monster ke Lemari Pelenyap yang mereka ciptakan. Susuai ukurannya, Lemari Pelenyap yang muncul di desa-desa penyihir, Hogwarts, Kementrian bahkan Azkaban, bukanlah dikhususkan untuk memindahkan Pelahap Maut melainkan monster-monster yang mereka kumpulkan. Tanaman berbahaya, berbagai naga berukuran kecil terutama Peruvian Vipertooth yang paling lincah (banyak pelahap maut yang terluka saat menangkapnya), Troll, dan Hewan berbahaya lainnya keluar dari balik pintu lemari raksasa. Menebar teror di tempat mereka muncul. Dementor, Vampire jalanan dan anak buah Fenrir Greyback turut serta dalam kekacauan ini.
Di bawah kutukan Imperius, Ron Weasley membawa Berixius Lestrange ke sebuah celah di atap Azkaban yang merupakan pintu masuk sekaligus pintu keluar penjara tersebut. Kekacauan telah terjadi di dalam Azkaban. Tak jauh dari tempat mereka, Berixius dapat melihat pintu sebuah Lemari raksasa yang terbuka, sementara monster-monster yang keluar dari dalam lemari, telah memporak-porandakan isi Azkaban. Seekor Vipertooth mengejar raksasa yang bekerja untuk Azkaban, sambil menyemburkan apinya. Tiga Troll mengamuk dan berkelahi seperti banteng dengan Raksasa Azkaban lainnya. Suaranya terdengar sangat gaduh. Walaupun Troll lebih pendek dari raksasa, tenaganya tak kalah kuat dengan raksasa yang tingginya lebih dari enam meter. Mereka mengayunkan pentungannya ke sel-sel batu yang mengurung tahanan yang hampir keseluruhan Pelahap Maut. Bahkan mereka mengeroyok salah satu raksasa dengan pentungan mereka. Ketika mantra yang melindungi Azkaban musnah, banyak Pelahap Maut lain yang berapparate di Azkaban. Mengirimkan kutukan-kutukan berbahaya kepada Sipir-sipir yang sedang berjaga. Banyak diantara Sipir Azkaban tidak memiliki kesiapan. Berixius dapat melihat Isti yang pernah dijumpainya di rapat Orde Phoenix, lari meninggalkan pertarungan sambil melindungi kepalanya. Berixius menyuruh Ron untuk membantu membebaskan tahanan lainnya, sementara dia berlari menyusuri tangga menuju lantai dasar Azkaban yang lembab. Disana dia berjumpa dengan Fenrir Greyback si manusia Serigala dan juga kedua orang yang membuat dirinya harus kesana. Dengan ayunan tongkatnya, Berixius membebaskan Meutia Slyther dan Rixadealah Lestrange dari sel yang mengurung mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar