Selamat Datang di Blog saya. Semoga hari anda menyenangkan dan Terima Kasih sudah mampir :)

Senin, 14 November 2011

MUSIBAH KEBERHASILAN


Kali ini saya akan melanjutkan cerita si Berixius Lestrange. Pada penasaran kan? hahaaha.. Oke  jangan lupa komentarnya ya. Enjoy It!


SEORANG AUROR DITEMUKAN TEWAS
Setelah diduga hilang beberapa bulan, salah satu auror terbaik, Jhojo Black ditemukan tidak bernyawa di pasar Muggle. Setelah dilangsir ke tempat kejadian oleh wartawan Dialy Prophet kemarin, jenazah auror tersebut ditemukan oleh seorang muggle yang hendak membuka tokonya. Jhojo Black ditemukan berbaring di trotoar dengan mengenakan gaun wanita. Muggle tersebut sempat menduga mayat tersebut adalah waria (pria muggle yang suka berdandan ala wanita) yang mengalami serangan jantung karena tidak ditemukan tanda kekerasan baginya.
Setelah meninjau kejadian ini, Kepala Auror, Harry Potter memberitahu pers bahwa Jhojo Black sebelumnya dalam penyamaran karena tugas. Dan sebab kematiannya diduga karena kecupan dementor, terlihat jasadnya mengering dengan mulut menganga dan mata mendelik terbalik yang menandakan jiwanya telah kosong. Beberapa kutukan tak termaafkan juga diduga telah dilancarkan ke tubuh auror malang itu sebelum tewas. Pelahap Maut diduga penyebab kematian auror tersebut. Warga sihir diharap hati-hati. Bersambung ke halaman 17...

Berita ditemukannya mayat Jhojo Black terpampang di tajuk utama Dialy Prophet pagi itu. Kementrian Sihir ikut berduka dengan memasang dekorasi duka cita di atrium. Foto Jhojo Black terpampang di spanduk raksasa yang melayang di atas kepala para pegawai. Sebelum dimulainya jam kantor, para pegawai kementrian disuruh berkumpul di atrium untuk mendengarkan sambutan bela sungkawa dari Mentri Sihir, Kingsley Shackelbolt. Upacara ditutupi dengan pemberian tongkat sihir Jhojo Black kepada kedua orang tuanya dan disambut dengan tangis air mata. Kondisi duka cita masih jelas terlihat ketika Berixius Lestrange berjalan masuk ke Markas Auror. Semua orang berkumpul membuat kelompoknya masing-masing dan membisikkan kematian Jhojo Black.
”Kita masih punya Acturus Biel, kita harus paksa dia memberitahukan dimana markas mereka” Berixius mendengar Denny Wallet, sahabat Jhojo Black berbisik ke kelompok kecilnya yang diisi, Adie Flamel, Ken Weasley Siti Dumbledore dan pria berbadan gemuk, Rifky.
”Selamat pagi semuanya.” sapa Berixius sembari berdeham. Semua orang yang ada disitu, mendongak dan menghentikan bisik-bisik, memandang Berixius ketika berjalan menuju kantornya. Tampang curiga terpeta jelas di wajah mereka.
Babak-babak adegan kematian Jhojo Black masih terlihat jelas diingatan Berixius. Ketika dia turut membantu menyiksanya dan melihat dementor mengecupnya. Senang, takut dan sedih bercampur satu didalam hatinya. Merasakan bersalah akan ini semua dan puas karena kematian ini cocok buat yang menghianati dirinya. Tiba-tiba terdengar kegaduhan di koridor diluar kantornya. Lama-kelamaan suaranya terdengar jelas dan menuju kantornya.
”Harus introgasi dia, Potter” terdengar suara Adie Flamel. ”Seperti Biel, gunakan Veritaserum kali ini” Berixius bangkit dari kursi dan menguping dibalik pintu kantornya.
”Tidak bisa, Adie. Belum ada bukti kuat dia turut serta” kata Harry Potter dengan cepat.
”Kau persis Jhojo saat masih hidup. Mempercayainya.” raung Adie. ”Periksa lengannya! Pasti ada tanda kegelapan disitu!”
Berixius dibalik pintu mencengkram lengan jubahnya.
”Jangan gegabah Adie, mana sopan santunmu. Kau tahu kan, dia membantu kita menangkap pelahap maut lainnya. Teman-temannya kalau menurutmu.” kata Harry tenang.
”Dan komentar mereka selalu sama. ’Aku tidak bergabung lagi’.” kata Adie kesal. ”Kau tidak mengerti ini? Dia menangkap pelahap maut yang sudah tobat!”
Suara kedua pria itu semakin jelas terdengar dan Berixius sudah cukup mendengarnya. Dia membuka pintu kantornya dan mendapati Harry Potter sudah di depan kantornya dan mengangkat kepalan tangannya, hendak mengetuk pintu.
”Pembicaraan yang seru sepertinya Tuan-tuan” kata Berixius lambat-lambat seakan menjelaskan kalau dia telah mendengar semua pembicaraan kedua pria itu.
Harry Potter tersenyum malu dan salah tingkah sementara Adie Flamel tersenyum puas seakan tindakannya benar.

’*****
”Mereka ingin mengintrogasiku lagi. Flamel dan Potter.” kata Berixius ketika dia sudah berada di ruang makan keluarganya pada malam harinya. ”Seminggu hari lagi”
Ruang makan keluarga Lestrange dipenuhi orang-orang berjubah hitam malam itu, tapi tidak seramai malam-malam sebelumnya. Semua duduk tenang di meja panjang, mendengarkan Berixius berbicara yang diselingi derik-derik api perapian yang menyala.
”Si Darah Lumpur Granger juga ingin mengintrogasiku kali ini”
Terdengar decak lidah di ujung meja. Rodolphus Lestrange mengelus pinggiran gelasnya.
”Ini berbahaya. Mereka sudah curiga denganmu. Si Flamel sepertinya ingin sekali membuktikan ucapannya benar. Katamu, Harry Potter masih sangat mempercayaimu kan?”
Berixius yang duduk di samping ibunya, Nuxagetha melirik pamannya. ”Seperti kukatakan sebelumnya, Harry Potter masih memepercayaiku. Dia sangat berterima kasih saat aku memberitahukan nama-nama pelahap maut pengecut itu”
Penyihir disebelah kiri Rodolphus berdeham. Disebelahnya, anaknya Nara tersenyum.
”Bagaimana dengan keluarga Malfoy? Kenapa sampai sekarang Harry Potter tidak menggiring mereka ke Azkaban? Mereka juga pengecut dan berkhianatkan?” kata Slyther, bolak-balik memandang Rodolphus dan Berixius.
”Aku beritahukan kepadamu” kata Berixius tenang. ”Walaupun tak pernah melihat mereka bersama, Potter dan Draco sahabat dekat. Tentu saja Potter juga mempercayai keluarganya.”
”Benarkah?” Angel Batz yang duduk paling ujung menimpal. ”Potter juga mempercayaimu, tapi kita semua tahu kalau semua keluargamu menghianatinya” katanya dengan nada lugu.
Gelak tawa terdengar keras di ruang makan. Slyther dan anaknya tertawa dengan puas. Suir-suir daging keluar dari mulut Angel Batz saat dia tertawa. Zaeful dan Nuxagetha memandang anaknya dengan tajam.
”Ehem” Wanita tua berjubah hijau di ruangan itu berdeham keras menyuruh diam. ”Masalah Keluarga Malfoy bisa kita urus nanti. Rodolphus, seharusnya kita membahas misi yang sebentar lagi” kata Chaxill.
”Aku tahu bibi Chaxill.” kata Rodolphus diujung.
Semua orang dalam ruangan itu terdiam, menunggu pria diujung meja berbicara. Rixadealah yang disebelah kakaknya, mencondongkan kepalanya ke depan.
”Mengenai ke tujuh buku si Harry Potter, aku telah menyuruh Elyana mematai muggle yang memiliki buku tersebut.” Wanita muda disebelah Chaxill beringsut. ”Kurasa mencuri buku dari muggle lebih muda daripada menerobos kastil Hogwarts.”
”Namanya Ririez Yurie. Rumahnya tak jauh dari sini. Sebenarnya aku bisa saja menghabisinya dan mencuri bukunya tapi Rudy mengatakan ada yang lebih berhak melakukannya.” Semua orang melirik Elyana kemudian kembali memandang Rodolphus.
”Benar” kata pria di ujung. ”Tugas kalian lah mencuri buku itu,” katanya kepada pria berhidung besar dan gadis berkulit coklat, yang duduk disebelah Rixadealah Lestrange. ”Pagi ini”
”Baik Paman” kata pria berhidung besar.
”Oh ya, Ahmar” kata Rodolphus. ”Kau sudah lama pergi berpetualang ke hutan-hutan, apakah kau menemukan spesies tumbuhan berbahaya”
Pria berhidung besar hanya mengangguk.
”Tak kusangka, kau mengikuti jejak ayahmu Zaeful, sebagai ahli Herbologi.” kata Rodolphus sambil menepuk bahu penyihir di sebelah kanannya. ”Dan satu lagi yang membuatku lucu. Kalau abangnya mengikuti jejak ayahnya, gadis ini mengikuti ibunya.” katanya kepada gadis berkulit coklat. ”Lia, dimana kau ditugaskan”
”Aku masih magang di St. Mungo. Tapi beberapa hari lagi, aku akan ditempatkan di Rumah Sakit Hogwarts. Menggantikan Poppy Pomfrey yang sudah tua.”
”Bagus sekali, sesuai yang ku harapkan.” kata Rodolphus sembari menepuk meja. ” Dan untuk tugas malam ini, aku serahkan kepada Berry” Berixius menunduk. ”Sepertinya Rixa sudah cukup untuk membantumu”
”Apa?” pekik Berixius kaget. ”Kau gila? Misi ini menerobos Kementrian, mencuri Jam Pembalik Waktu yang entah untuk apa dari Departemen Misteri. Asal kau tahu, ruangan ini di jaga banyak penjaga yang bersembunyi. Kau hanya menyuruh kami berdua untuk masuk ke sana?” Dadanya naik turun.
”Kau akan tahu nanti, akan ku apakan jam pasir itu.” kata pamannya santai. ”Tenang saja, masuk kesana mudah. Aku dan bibimu pernah kesana. Lagi pula, kau mengkhawatirkan satu-satunya penyihir di ruangan ini yang selalu menang dalam duelnya? ”Rodolphus memandang Rixadealah yang tersenyum lebar. ”Baiklah, sepertinya Mrs. Batz akan senang membantu kalian.”
Angel Batz yang dari tadi asyik makan, tersenyum. Dia mengelap bibirnya yang berminyak dengan lengan jubahnya.
”Ah, sudah larut malam. Sebaiknya kalian bergegas. Makan malam yang enak Nu, pandai sekali peri rumah kalian mengolah ayam ini.”

’*****

Di Atrium Kementrian Sihir, dua penyihir pria yang sedang bercanda dibalik meja bertuliskan keamanan, dikagetkan dengan tiga perapian yang mendadak menyala hijau. Sebelum mereka mengetahui siapa yang datang, dua sinar hijau menghantam tepat ke dada mereka, membuat mereka ambruk ke meja. Sosok-sosok hitam bertopeng melirik ke seluruh ruangan, kemudian bergegas menghampiri gerbang keemasan. Pintu lift menjeblak terbuka, tiga sosok bertopeng masuk.
”Kau sudah tahukan letak ruangan itu?” kata suara wanita di sudut lift.
”Aku tak tahu, Rixa” sahut Berixius. ”Tapi aku sudah menyihir seseorang, Adityo Longbottom, dia seorang Unspeakable-tak terkatakan.”
Sosok berkerudung didekat pintu lift menekan nomor sembilan. Lift bergemerincing naik. Tak lam kemudian ”Departemen Misteri”. Terdengar suara wanita tak kelihatan. Pintu lift membuka, mereka bergegas keluar.
Tak jauh dari mereka, sosok pria muncul dari kegelapan. Wajahnya tanpa emosi dan pandangannya kosong. Dua diantara tiga sosok bertopeng mengangkat tongkat tapi ditahan sosok ketiga.
”Jangan. Dia Adityo Longbottom.” kata Berixius. ”Longbottom, tuntun kami ke ruangan waktu.”
Pria itu memimpin di depan, menyelusuri isi departemen misteri. Mereka masuk ke ruangan bulat dan terlihat banyak pintu. Ketika mereka melangkah masuk, ruangan itu mendadak berputar. Kelebatan pintu-pintu mengelilingi mereka. Ketika ruangan berhenti berputar, tiba-tiba salah satu pintu menjeblak terbuka. Tiga penyihir pria muncul, salah satu dari mereka memakai turban. Yang paling tengah pertama kali yang melihat kehadiran orang lain di ruangan itu.
”Yusuf” katanya kepada penyihir berturban. ”Bukannya itu Adityo”
Penyihir berturban menajamkan matanya menembus kegelapan. ”Adityo, ngapain kau disini? Bukannya kau piket kemarin?”
”Hai Seamus, Yusuf, Uchal” sahut Adityo dengan kaku.
Tiba-tiba, penyihir yang paling belakang melihat sesuatu yang tidak dilihat teman-temannya sebelumnya. Sosok-sosok hitam bertopeng yang berdiri di bayang-bayang gelap.
”Pelahap Maut” teriak Uchal. Dia mengangkat tongkatnya, tapi sinar mantra lebih duluan meluncur dari tongkat salah satu sosok bertopeng. Uchal mengelak dan sinar hijau menghantam pintu dan hancur. Selanjutnya luncuran sinar warna-warni menerangi ruang penuh pintu itu. Angel batz maju ke depan, bertarung dengan penyihir yang di tengah. Rixadealah bertarung dengan penyihir berturban dengan gesit. Dan penyihir bernama Uchal berlindung dari rentetan mantra Berixius. Adityo Longbottom berdiri diam di ruangan itu memperhatikan pertarungan. Tak lam kemudian, penyihir berkerudung terpental ketika sinar hijau dari Rixadealah menghantam dadanya.
”Biar aku yang menghadapi dia” teriak Rixadealah, bergabung melawan Uchal. ”Tidak ada waktu lagi. Cari jam itu”
Berixius mengerti. Dia mundur lalu mengirim sinar kuning ke arah Adityo. Adityo tersentak.
”Cari pembalik waktu!” teriak Berixius.
Adityo berlari, merunduk menghindari luncuran mantra-mantra yang berseliweran. Dia masuk ke salah satu pintu, Berixius mengikuti. Ruangan itu gelap, penuh dengan jam dengan segala bentuk dan ukuran. Menempel di dinding dan tersusun di rak-rak tinggi. Adityo lari ke ujung ruangan,  menyambar sesuatu yang berkilau, lalu berbalik dan menyerahkannya ke genggaman Berixius. Berixius mengangkat benda itu, sebuah kalung dengan jam pasir kecil sebagai liontinnya, bersinar keemasan ketika tongkatnya menyinari permukaannya.
”Inilah benda yang diinginkan si Gila itu” bisik Berixius. ”Ayo” tambahnya ke Adityo Longbottom. Mereka langsung bergegas keluar ruangan. Ketika sesampai di ruangan penuh pintu. Pertarungan masih berlangsung. Angel Batz masih berduel dengan penyihir bernama Seamus. Ketika menyusuri lantai, Berixius mendapati dua penyihir tergeletak tak berdaya.
Rixadeala menghampiri kakaknya. ”Bagaimana?”
”Sudah dapat, ayo pergi” sahut Berixius.
Tepat saat itu, sinar perak menyilaukan meluncur dari tongkat Angel Batz,  topengnya telah lepas, menghantam wajah Seamus. Darah memuncrat deras dan tubuh Seamus menghantam lantai. Berixius dan adiknya menghampiri Angel Batz yang melompat kegirangan.
”Uh, kau sadis sekali Batz” kata Rixadealah. ”Pantas Andrean meninggalkanmu”
Di lantai, Seamus meringis, tubuhnya kejang-kejang seiring darah terus mengalir dari wajahnya yang rusak. Angel Batz seperti orang gila, bersorak sambil melompat-lompat. Tak ada yang menyadari salah satu pintu menjeblak terbuka kembali dan sinar hijau meluncur ke tengah ruangan dan menghantam tubuh Angel Batz yang sedang menari. Tubuh wanita itu terpental dan menghantam pintu dibelakangnya.
Berixius dan Rixadealah memandang pintu. Kaget, takut dan marah terpancang di wajah mereka. Penyihir wanita, memakai jubah merah nyentrik meluncur ke lantai diikuti beberapa penyihir pria dan wanita lainnya. Adie Flamel, Ron Weasley, Hady Moody, Rifky, Ai, Frans berlari di belakang Ken Weasley.
”Terlalu banyak. Ayo kita pergi” teriak Berixius mundur.
Rixadealah Lestrange maju, tak mendengarkan. Dia membuka topengnya dan membantingnya ke lantai. Sebelum menyentuh lantai, topeng itu menguap menjadi asap. Adie Flamel tampak bersemangat. Rixadealah mengarahkan tongkatnya ke Ken.
”AVADA..”
”JANGAN!” teriak Berixius sambil melemparkan cahaya merah. Cahaya merah menyambar cahaya hijau, ledakan warna-warni menyinari ruangan itu. Ken Weasley terpaku, nyawanya terselamatkan.
”KAU GILA” teriak Rixadealah pada kakaknya sambil mengirim cahaya ungu, Berixius menangkis.
”Kita harus pergi dari sini.” sahut Berixius. Rifky, Ai, Adie masuk ke medan pertempuran, bertempur melawan Berixius Lestrange. Tangannya mengayun tongkat secepat kilat. Di tempat lain, Rixadealah tampak bersemangat menangkis mantra-mantra lawannya, Ken, Ron, Frans dan Hady Moody.
”Halo Bos” sapa Rixadealah pada Hady. ”Merindukan aku?”
Frans membeku di udara dan jatuh. Melihat ini Hady Moody semakin bersemangat untuk melumpuhkan anak asuhnya. Cahaya warna-warni berseliweran terus menerus. Ledakan mantra menghantam tembok terus terdengar. Tubuh-tubuh yang tergeletak terus terpijak yang masih melawan. Berixius dan Rixadealah kewalahan terhadap jumlah lawan mereka. Mereka terus terdesak ke tembok. Cahaya hijau, merah, tak terhitung keluar dari tongkat Rixadealah. Karena terus terdesak mundur, Rixadealah terpeleset darah Seamus. Ken dan Hady tak membuang kesempatan ini, dua mantra meluncur dari tongkat mereka dan menghantam dada Rixadealah. Rixadealah Lestrange terpental ke udara, menabrak tembok dan tergelatak lemas. Darah mengalir dari kepalanya. Berixius langsung shock.
”FIENDFYRE” teriak Berixius.
Kobaran api meluncur dari tongkat Berixius dan menyentuh lantai. Phoenix, Chimaera, Basilisk bertubuh api terbentuk, berkobar menyerang menghalangi penyihir didepannya. Ron, Adie, Hady, Ai, Ken, dan Rifky, berusaha melawan makhluk api kutukan itu. Melihat musuh-musuh sedang berusaha melawan kutukannya, Berixius berlari menghampiri adiknya. Hembusan kehidupan masih terlihat di dada Rixadealah yang naik turun. Tanpa berpikir panjang, Berixius meraih pecahan batu di dekat kakinya dan membisikkan sesuatu dengan suara bergetar.
”portus”
Cahaya biru menyelimuti batu itu. Berixius memegang erat tangan adiknya dan kembali memegang pecahan batu. Berixius dan Rixadealah Lestrange menghilang dari ruangan penuh pintu, jatuh ke pusaran warna dan selamat dari maut.

1 komentar: