Selamat Datang di Blog saya. Semoga hari anda menyenangkan dan Terima Kasih sudah mampir :)

Senin, 14 November 2011

BAYANG-BAYANG GELAP


Daripada bengong, kita lanjutkan baca kisah Berixius Lestrange yuk! Cerita makin seru loh.. Mau tau? Mau tau? Mau tau? Jamaaaah oooh Jamaaah... Alhamduulillaah.. hihihihi #digampar ustadz Maulana. Heheheh.. Enjoy It ya!


Rombongan penyihir berjubah hitam berkumpul memenuhi ruang meja bundar. Sebelum matahari menunjukkan sinarnya shubuh itu, mereka berapparate. Pergi menuju lokasi-lokasi yang telah mereka tentukan untuk menjalankan tugas dari pemimpin mereka yang takkan mereka puja seperti pemimpin sebelumnya, Rodolphus Lestrange. Secara diam-diam, Rodolphus Lestrange sangat menginginkan dirinya dipanggil ‘Yang Mulia’ oleh anak buahnya dan tiap mereka berbuat salah, dia tak segan menghukum mereka dengan kutukan krusiatus. Tapi hukuman ini tak berlaku untuk keluarganya, terutama Chaxill Lestrange, bibinya. Bukan karena menghormati, tapi karena takut akan ucapan Chaxill dua minggu yang lalu.
“Kalau kau berani melukai saudaramu gara-gara kesalahan yang mereka perbuat saat menjalani tugas bodohmu. Aku tak segan-segan menghasut mereka untuk menggulingkan tahta kotormu, Rudy!”
Chaxill Lestrange bukanlah seorang Pelahap Maut. Dia tak memiliki tanda kehormatan seperti yang dimiliki Pelahap Maut. Walaupun begitu, kharisma dirinya lebih unggul dibandingkan Rodolphus Lestrange, dimata Pelahap Maut.
Menjelang siang hari, rombongan terakhir yang dipimpin Berixius Lestrange berangkat ke Black Forest bersama Elyana dan Rixadealah Lestrange serta Meutia Slyther. Mereka berangkat untuk mengintrogasi Luna Scamander dan suaminya yang sedang berexpedisi di dalam pedalaman Black Forest yang liar. Mereka berangkat lebih awal dari jadwal sebelumnya karena Ahmarisius Lestrange sepertinya tidak berhasil mengetahui keberadaan Luna dan suaminya. Sesampai di pinggiran Black Forest, Berixius bersama rombongannya mulai mencari di dalam hutan yang gelap, mengabaikan rasa takut dan mempertahankan keberanian. Mereka sudah tahu akan hal-hal yang akan mereka hadapi saat bergabung menjadi Pelahap Maut, mulai dari rasa sakit hingga kematian. Dan tak ada pentingnya membawa jasad teman pulang saat musuh mendesak mundur di medan pertempuran. Chaxill bercerita akan hal yang terjadi setelah kejadian di Markas Besar lama.
”Kata mereka yang bertahan hingga akhir sebelum memilih kabur, mayat berserak di seluruh ruangan. Teman dan musuh, entah pingsan atau mati. Auror dan Orde membawa mayat mereka ke St. Mungo untuk disimpan. Sepertinya mereka berharap kita untuk mengambil jasad saudara kita disana. Itu sama saja menyerahkan mayat kita kan?”
Mendengar kabar ini, wajah Nara Slyther merah padam dan adiknya, Meutia menangisi kepergian ayahnya yang turut tewas dalam kejadian itu. Berixius juga baru tahu bahwa Anjeli, peri rumah yang merawatnya saat kecil, tewas dalam kejadian dan Keken si Peri Rumah. dikabarkan ditangkap dan dijerumuskan ke Azkaban bersama selusin Pelahap Maut lainnya.
“Mereka takkan repot-repot menyimpan mayat Anjeli ke Lemari Pengawet. Dia dibiarkan disana dibawah puing-puing rumah kita. Pasti bakal menjadi makan malam ularnya Batz yang kita kurung dibawah tangga.” komentar Nuxzagetha Lestrange pada malam setelah kejadian.
Kembali ke hutan Black Forest, Berixius dan lainnya menyelusuri semak-semak berduri dan penuh akar-akar pohon besar. Langit tak kelihatan sedikitpun dan cahaya hanya datang dari ujung tongkat mereka yang menyala. Sudah berjam-jam rasanya mereka menyelusuri hutan gelap itu dan heran sendiri tak menemukan apa-apa selain seorang Hack, nenek sihir tua sinting, terbang di atas sapu yang menjerit marah ketika mereka melewati gubuknya –rangka-rangka anak kecil tampak menempuk di belakang gubuknya. Untuk hiburan, Rixadealah mengirim sinar hijau ke tubuh ringkih itu, -sejenak hutan disinari sinar hijau terang- dan sang nenek sihir kanibal jatuh dari sapunya dan hutan kembali senyap.
Ketika mereka berempat melompati sungai kecil yang penuh lintah dan ular, mereka mendengar suara-suara orang berbicara. Melalui celah semak-semak berduri, mereka mengintip sepasang wanita dan pria sedang bercengkrama di depan api unggun yang hangat. Topeng Kegelapan mereka seketika langsung dipakai.
”Luna sayang, kau harus mengobati tanganmu. Bowtruckle itu membuat tanganmu semakin bengkak.” kata seorang pria dengan wajah seperti tikus.
”Tak usah Rowl ku, kata ayah gigitan Bowtruckle akan membuatmu hebat dalam duel. Tapi aku takut, ini bowtruckle cowok yang sedang patah hati, yang malah mengakibatan kemalangan ke korbannya.” kata Luna murung.
Sang Pria tampak meneteskan ramuan dalam botol kecil ke tangan pucat wanita yang bengkak dan berdarah hebat. Dalam sekejap, tangan Luna Scamander mengempis dan sehat.
”Terima kasih sayang” ucap Luna dan hendak mencium Rowl, tapi langsung berhenti ketika melihat wajah suaminya yang mendadak pucat ketika sapuan matanya melihat sosok-sosok yang berdiri dibalik semak-semak berduri.
”Pelahap Maut” jerit Rowl, menyingkirkan istrinya ke samping dan segera mencabut tongkatnya.
Tapi sebelum sempat sepatah mantra pun terucap dari mulutnya, sinar hijau kembali bercahaya dalam hutan itu dan menghantam wajah Rowl. Luna menjerit sedih memeluk tubuh Rowl Scmander, suaminya yang tergeletak di tanah tak bernyawa.
”Bagus sekali Meutia!” pekik Rixadealah dan bersama yang lainnya, melenggang ke arah Luna.
”Kita tak butuh yang laki-lakinya kan?” kata Meutia sambil tertawa.
”KALIAN JAHAT” tanpa mereka sadari, Luna mengambil tongkat ditangan suaminya dan mengarahkan mantra bius ke Meutia. Meutia menghindar dan mantra itu hanya membuat lubang di pohon Ek besar. Elyana dan Berixius serta Rixadealah Lestrange mengirim tiga mantra berbeda ke Luna dan tertahan mantra pelindung Luna yang kuat.
”Expecto Patronum”
Seekor kelinci perak muncul dari tongkat Luna dan melompat-lompat di udara dan menembus tubuh Meutia.
”Mereka ada disini! Tolong aku!” pekik Luna sambil terus mengajungkan tongkat sihirnya ke sosok kelinci yang melompat-lompat.
“Dasar perempuan gila” tawa Meutia. “Expelliarmus”
Tongkat di tangan Luna terpental dan sosok kelinci perak menghilang.
“Kalian lihat dia? Dia sinting. Dia pikir aku dementor apa?” Meutia kembali bergelak tawa.
”DIAM BODOH!!” teriak Rixadealah mengatasi tawa Meutia. ”Dia bukan bermaksud seperti itu. Dia sedang memanggil bantuan. Itu cara berkomunikasi para Orde.”
Rixadealah tampak pucat dan memandang Berixius minta penjelasan. Berixius terdiam dan terus menghampiri Luna yang berdiri diam dengan air mata bercucuran. Jantung Berixius berdetak tak karuan. Waktu mereka sedikit, cepat atau lambat orde dan auror pasti mendatangi mereka. Tapi butuh berapa lama yang dibutuhkan mereka untuk sampai membantu Luna? Apakah sama seperti mereka menemukan Luna bersama suaminya yang sekarang tergelatak mati di tanah?
”Dimana Potter tinggal?” kata Berixius. ”Kami takkan membunuhmu, kami hanya ingin tahu dimana rumah Potter?”
”Jadi kalian telah merekrut Ahmar juga?” kata Luna. ”Takkan kuberitahu, kalian akan membunuhnya juga seperti kalian membunuh suamiku dan mungkin kalian akan bunuh aku nanti!” pekik Luna mantab namun suaranya bergetar.
”Jangan banyak cincong! Dimana rumah Potter! CRUCIO!” kata Rixadealah.
Luna Scmander menjerit kesakitan, tubuhnya menggeliat di udara menahan sakit.
”Takkan kuberitahu! Bunuh aku!” kata Luna saat dirinya jatuh ke tanah , tersengal-sengal.
Rixadealah melancarkan kutukan yang sama dan Luna kembali menjerit kesakitan didalam hutan yang sunyi. Suaranya bergema keras dan seakan membuat pohon-pohon mengamati penyiksaan itu. Waktu mereka semakin menipis.
”Itu hanya mebuang waktu saja” kata Berixius. Dia kemudian mengarahkan tongkatnya ke kepala Luna yang tergeletak di tanah. ”Legilimens”
Mendadak Berixius sudah berada di dalam sebuah ruangan bulat sempurna, dan dilihatnya Luna dan suaminya yang masih sehat bercengkerama dengan pria tua dekil di kursi goyang. Di halaman, dilihatnya anak-anak mengejar Jembalang-jembalang yang kabur. Bukan ini yang dibutuhkannya, pikirnya dalam hati. Dan mendadak dia sudah berada di ruangan berbeda. Panji Gryffindor tampak menghiasi dinding yang dipenuhi orang-orang berambut merah. Diantaraya tampak pria berambut hitam dan berkacamata. Dia sudah berada ditempat yang benar. Tak jauh dari tempat dia berdiri, duduk Luna bersama suaminya dan mengobrol dengan orang yang ingin ditemuinya. Harry Potter dan istrinya Ginny.
”Oh ya Ginny, kami akan berangkat ke Black Forest mencari jenglot” kata Luna.
Berixius bergeser ke jendela dan memerhatikan dimana rumah ini berada. Dari jendela, dia dapat melihat reruntuhan rumah bersejarah diseberang jalan dan juga dapat terlihat areal pekuburan di belakang Gereja tua. Dia tahu dimana dia sekarang. Dia pernah mengunjungi kuburan itu yang dipenuhi kuburan para keluarga penyihir tertua dan juga disanalah tempat bersemayam Bellatrix Lestrange, bibinya.
Tiba-tiba suasana berubah. Dia berdiri di hutan gelap persis dia berada sekarang. Dia tahu dia belum kembali dari pikiran Luna karena Rowl suami Luna tampak sehat dan sedang memeriksa Bowtruckle mati. Tiba-tiba dari udara kosong, muncuk seekor rusa jantan perak gagah dan berbicara seperti manusia. Berixius mendengarkan dan mengetahui itu suara Harry Potter.
”Jauhi semua Lestrange. Termasuk sahabat karibmu si Ahmarisius Lestrange. Kami sudah melihatnya terang-terangan membantu keluarga Pelahap Mautnya merepoti Kementrian. Kami juga akan mengintrogasi adiknya Draxillia Lestrange apakah dia turut serta dalam Pelahap Maut atau tidak. Itu sebabnya Hermione turut meloloskan Draxillia menjadi Matron Rumah Sakit Hogwarts. Dan sesuai informasi dari orang terpercayaku yang telah kusisipkan dalam diri mereka, nyawa kalian terancam. Mereka akan mengintrogasi kalian dimana rumah aku. Kumohon jangan beritahu. Aku tak bisa beritahu alasannya sekarang tapi jaga diri kalian.” Rusa perak itu kemudian menghilang dan bersama menghilangnya sosok perak itu, meluncur seekor burung hantu gelap membawa amplop dan menjatuhkannya ke tangan Luna yang terbuka. Berixius segera mengintip dari balik tubuh Luna dan dia tahu itu tulisan adiknya Ahmarisius Lestrange. Tiba-tiba terdengar suara wanita kasar memanggil namanya. Dia menoleh dan tak tahu siapa yang memanggilnya. Suara itu terdengar lagi dan tetap dia tak melihat wanita yang memanggilnya. Ketika pukulan sakit menusuk rusuknya, dia terasa melompat dari pikiran Luna dan kembali ke dunia sadar. Ternyata Rixadealah yang telah terus memanggil namanya dan dia jugalah yang telah membuat rusuknya sakit.
”Ngapain saja kau? Lihat, mereka datang. Orde Phoenix.” kata Rixadealah.
Otaknya terasa lambat mencerna ucapan Rixadealah karena rasa sakit di dadanya dan ketika Elyana memaksakan kepalanya melihat sosok-sosok penyihir berdiri di dekat pohon Ek besar dengan tongkat sihir mengancam, barulah dia sadar sepenuhnya dan membuat jantungnya berdetak kuat yang membuat rusuknya semakin sakit.
”Kalian?” desis Berixius sambil mencengkram mantab tongkatnya.
Jumlah mereka melebihi jumlah anggotanya. Harry Potter yang asli tampak paling depan. Di belakangnya tampak Ron Weasley memandang mereka dengan wajah bego. Di ujung lainnya tampak Uchal bersama wanita keturunan Asia, Vania Chang. Penyihir wanita bernama Titin berada di belakang Ken Weasley. Berixius menyipitkan mata ke arah semak-semak dan terlihat penyihir bertubuh besar, Adie Flamel dan Hady Moody yang pucat.
”Hai Berixius” sapa Harry Potter ramah. ”Apa yang ingin kau cari didalam rumah ku? Ceret tembaga atau hallow? Luna, kami telah menerima pesanmu” Luna tergeletak di tanah dan tak memperhatikan. Ekspresi wajahnya tampak terguncang.
Tanpa diketahuinya, mulut Berixius menganga. ”Dari mana kau tahu?”
”Apakah kau tidak menyangka kami berhasil mengetahui kenapa seorang muggle ditransformasi menjadi vas bunga? Apa alasannya muggle itu diserang penyihir. Kami tahu semuanya setelah kami mengambil memorinya dan melihat dengan jelas siapa yang telah menyerangnya. Dia adalah kau, Berixius Lestrange. Dan aku juga tahu apa yang ingin kau cari. Mungkin sekarang kau juga sedang mencarinya. Kau hanya buang waktu saja mencari Hallows, Berixius.”
”Bukan urusanmu” balas Berixius santai.
”Jangan banyak bicara, Berry!” kata Rixadealah tak sabar. ”Ayo serang mereka! Aku sudah tak sabar ingin menghajar wanita berjubah merah itu! dia yang telah membunuh Batz!” tongkat sihir Rixadealah mengeluarkan percikan api saat dia berbicara.
Ken Weasley tersenyum dan tampak mencengkram tongkatnya kuat-kuat. Tapi tiba-tiba terdengar suara jerit marah perempuan.
”Aku yang akan membunuhmu wanita jahanam!” Vania Chang maju mendekat. ”Kau pasti juga telah membunuh Jhojo Black. Aku tak bisa terima!”
”Ow, apakah Jhojo pacarmu? Kau lihat gaun yang dia kenakan?” Rixadealah tersenyum lebar. Dan senyumnya langsung menghilang ketika Vania Chang mengirimkan sinar hijau mematikan dan dengan lihai, Rixadealah mengelak.
Dan pertempuran terjadi. Bersama Ken Weasley, Vania Chang menyerang Rixadealah Lestrange dengan mantra-mantra mematikan. Rixadealah Lestrange tertawa lebar sambil menangkis mantra mereka. Berixius melancarkan mantra bius ke arah Harry Potter yang menangkisnya. Bergantian terus menerus, Berixius juga menyerang Uchal. Di balik pohon Ek, Meutia langsung menjatuhkan Titin dan sekarang berhadapan dengan Hady Moody. Sementara itu. Adie dan Ron mengejar Elyana sampai ke dekat sungai dan berduel sampai mati. Mantra-mantra beterbangan, warna-warni cahayanya menerangi hutan gelap itu. Hewan-hewan yang bersembunyi di balik pohon kabur menyelamatkan diri, takut terkena mantra yang meleset. Suara tabrakan saat mantra menabrak satu sama lain, menciptakan ilusi warna yang indah tapi berbahaya dan bahkan mematikan. Uchal terpental menabrak pohon Ek dan pingsan. Kini Berixius berhadapan dengan Harry Potter sendirian yang terus menerus mengirimkan mantra bius. Topeng Rixadealah sudah terlepas dan tampak bulir-bulir keringat dalam wajahnya yang mendadak menyeramkan. Dua wanita yang dihadapinya sangat lihai tapi baginya itu belum seberapa.
Di bawah berlangsungnya pertempuran, Titin yang telah sadar, merangkak menghindari seliweran mantra yang beterbangan, menghampiri Luna yang tergeletak pingsan dan membawanya berdisapparate bersama mayat suaminya. Didekat sungai, Ron pingsan dengan wajah bersimbah darah segar tapi masih bernapas. Dengan cekatan, Adie Flamel membalas dan mengirimkan kutukan ikatan tubuh sempurna ke Elyana Lestrange. Elyana membeku seperti papan dan jatuh ke dalam sungai penuh ular dan lintah. Keadaan semakin memburuk ketika Meutia terbang ke udara berusaha menyerang Hady dari atas, tapi langsung terpuruk ke tanah ketika mantra perintang menghantamnya.
”AVADA KEDAVRA” teriak Vania ke arah Rixadealah. Rixadealah tidak mengelak dan mengirim kutukan mematikan yang sama.
Dua sinar hijau menghantam di udara diantara mereka. Pecahan ledakannya seperti lahar hijau yang muncrat kemana-mana. Diantaranya menghantam semak-semak berduri yang langsung menyala terbakar dan ada yang menuju Ken Weasley.  Dengan cukup cepat, Ken mengucapkan mantra pelindung tapi tidak begitu kuat sehingga dirinya terlontar ke udara, menabrak pohon besar dan pingsan. Sementara itu, sedikit lahar hijau mengenai rambut panjang Vania yang berkibar dan mendadak rambut itu terbakar hingga abis di kepalanya. Vania Chang terjatuh dan tergeletak di tanah sambil menjerit kesakitan luar biasa. Berixius dan Harry Potter tak memperhatikan dan terus asik berduel. Hady dan Adie masuk ke lapangan dan berusaha menolong Vania. Dengan kegembiraan luar biasa, Rixadealah tertawa dan mendadak pingsan ketika tidak mengetahui saat Uchal yang telah sadar dari pingsannya menyerangnya dari belakang.
Berixius melihatnya dan segera berusaha menyelamatkan adiknya. Harry Potter terpental ketika Berixius membuat ledakan di antara mereka.
Berlari mengejar adiknya yang pingsan, Berixius mengancungkan tongkatnya ke arah musuh dan berteriak ”FIENDFYRE”
Api berkobar panas muncul dari tongkat Berixius dan ketika menyentuh tanah, kobaran api itu menjelma menjadi Phoenix raksasa dan mengatup-ngatupkan paruh apinya.
”TIDAK KALI INI LESTRANGE!”  teriak Adie sambil mengirim sinar ungu ke tubuh Berixius yang berlari. Phoenix api raksasa menukik turun dan melahap sinar ungu dan meledak menjadi puluhan bola-bola api yang jatuh dan melahap pohon-pohon besar. Black Forest terbakar.
Berixius telah disamping adiknya dan siap-siap berdisapparate membawa adiknya pergi, tapi tiba-tiba terdengar suara ”SECTUSEMPRA” dan dirinya terasa terpental dan rasa sakit panas menjalari dadanya. Dia tak bisa berteriak dan hanya bisa meringis. Dia dapat merasakan dadanya berlumuran darah dan pandangannya berkunang-kunang. Dia merasa dirinya akan mati.
”Apa yang telah kau lakukan terhadapnya?” Berixius mendengar suara Hady. Suaranya terasa terdengar dari jauh dan derak api yang mulai melahap pohon-pohon nyaris tak terdengar di telinga Berixius.
”Dia takkan bisa kabur dengan begitu” kata Harry Potter. ”Apa yang telah terjadi dengan Vania? Mana Ron?”
”Ron pingsan di ujung sana.” kata Adie. ” Aku baru melihat ini, sepertinya sedikit kutukan maut telah menyambar rambutnya. Lihat. Dia akan selamat, oh tidak-”
Apa yang terjadi selanjutnya dengan Vania Chang, Berixius tidak tahu. Rasa sakit di dadanya semakin meraja lela dan matanya terus berkunang-kunang. Dia pingsan dan ketika sadar kembali, dia menemukan dirinya terbaring di tempat tidur keras dan kedua tangannya terikat rantai. Jubah depannya di sobek paksa dan dadanya  dililiti perban. Tapi selebihnya dia merasa baikan.
Dia memperhatikan sekeliling dan sepertinya dia mengenal tempat dia berbaring sekarang. Ruangan segi empat tinggi tanpa jendela. Sebuah lilin menyala di meja di sampingnya. Lantainya hitam dan langit-langitnya tak kelihatan. Ketika dilihatnya satu-satunya pintu di ruangan itu, dia tahu dimana dia berada ketika melihat pegangan pintunya yang bulat dan bermotif aneh di pintu hitam. Dia ada di salah satu ruangan di Departemen Misteri.
Terdengar pintu mengklik terbuka dan tampak sepasang penyihir berdiri diluar pintu. Penyihir pendek gemuk melangkah masuk dan penyihir wanita dengan kuncir kuda dibelakangnya.
”Ah, akhirnya sadar juga kau” kata pria dengan lehernya yang bergelambir.
”Sudah lama aku tak melihatmu, Rifky” sahut Berixius. ”Kau semakin bulat saja”
”Tutup mulutmu, Berixius” kata Siti Dumbledore.
”Kenapa aku bisa disini?”
”Kau pingsan cukup lama. Dan karena kau sudah sadar, kami akan memberitahu Adie untuk bersiap-siap memberikan hukuman berat untukmu dalam sidang.” kata Rifky.
”Sudah berapa lama aku disini?”
”Tiga hari” balas  Siti santai.
”APA!” pekik Berixius. ”Mana yang lain? Apa yang terjadi pada mereka?”
”Siapa maksudmu? Teman Pelahap Mautmu?” kata Rifky. ”Perempuan bernama Meutia Slyther ada di Azkaban dan adikmu juga menemaninya disana dan khusus adikmu, dia mendapat dua raksasa penjaga.” Rifky dan Siti tertawa.
”Itu sudah sepadan karena dia telah membunuh Vania Chang” kata Siti mendadak sedih.
”Oh, wanita itu akhirnya mati juga” komentar Berixius. ”Mana Elyana?”
”Mayatnya ada di St. Mungo. Dia mati karena tenggelam. Kau pasti tahu kalau saat dia terjebur ke dalam sungai, dia dalam keadaan terikat mantra ikat tubuh sempurna.” jawab Siti.
Jantung Berixius berdetak kencang dan rasanya, suara detaknya bertalu-talu di dalam telinganya. Tubuhnya kembali lemas dan keringat dingin mengucur di seluruh tubuhnya. Elyana Lestrange, bibinya, telah tewas dalam tugas dan dia juga tak tahu bagaimana kondisi adiknya.
Setelah memastikan rantai Berixius Lestrange masih mengikat kuat kedua pergelangan tangannya, Rifky dan Siti Dumbledore keluar ruangan dan menutup pintu. Hempasan angin saat pintu menutup membuat cahaya dari satu-satunya lilin dalam ruangan itu padam, meninggalkan Berixius dalam kegelapan yang pekat.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar