Selamat Datang di Blog saya. Semoga hari anda menyenangkan dan Terima Kasih sudah mampir :)

Rabu, 09 November 2011

PUTIH YANG MENGHITAM

Ini adalah lanjutan cerita dari cerita sebelumnya Antara Dua Jalan. Selamat membaca ya :) dan jangan lupa kasih komentarnya. Enjoy It!




Gelombang ombak ganas menghantam batu karang. Menggetarkan papan-papan rumah di atasnya. Sesosok berkerudung turun dari sapu, menghampiri pintu rumah yang telah usang. Seekor rubah semerah api berlarian di atapnya. Dia mengetuk beringingan dengan ombak kembali menghantam batu karang. Membuat dirinya dan papan di dinding basah dengan air asin. Dia berpikir apakah ini tempat yang benar? Tak mungkin ada orang disini, mungkin ombak berikutnya langsung meruntuhkan rumah ini. Dia mengetuk pintu sekali lagi.

”Siapa?!” terdengar suara kasar dari dalam rumah.

”Aku” jawab sosok berkerudung.


Terdengar langkah terburu-buru. Pintu terbuka. Pria bersosok besar muncul dan menyuruh pria berkerudung masuk.

”Ah, kau ternyata. Ada kabar?” kata pria besar itu sembari menutup pintu.

Tanpa dipersilahkan, sosok berkerudung duduk dan memadamkan perapian yang menyala, membuat rumah itu berpenerangan remang-remang oleh cahaya bulan.

”Aku punya nama-nama yang bertanggung jawab atas kebobolan Azkaban.”

Pria bersosok besar terdiam tapi bersemangat. ”Ah, aku mendengarkan”

”Mereka yang lolos dari maut dan Kementrian mendirikan kembali kelompok onar mereka, Pelahap Maut. Buronan Kementrian yang belum berhasil ditangkap. Zaeful Lestrange, pria penjual Tanaman Ganas di Knockturn Alley. Dia pemimpinnya, maksudku dia yang mendirikan lagi dan yang memimpin saat membebaskan Rodolphus Lestrange. Tapi aku tak tahu alasan mereka mendirikan lagi. Entah itu karena sesuatu seperti kembalinya Lord Voldemort atau apa. Tapi anda benar, Mr. Adie.” sosok itu berbicara dengan semangat.


”Bagus! Selama ini dugaan ku tepat. Harry Potter pasti senang mendengar ini. Dan kuharap saja, Kingsley mau mempercayai ini dan memberi kewenangan untuk mencari semua keluarga Lestrange. Ya, semuanya.” katanya sambil menggepalkan tangannya.

”Semuanya? Tapi sepertinya Berixius tak bergabung bersama mereka. Dia memilih untuk di pihak yang benar.”

”Kau yakin?” kata Adie sambil mengerutkan dahi. ”Aku tak percaya. Dan sampai sekarang aku tak percaya Harry Potter mau meloloskan Surat Lamaran Auror nya. Kau tahu, mengingat nama belakangnya.”

”Mungkin dia yang putih dari yang hitam. Seperti Sirius Black.” kata sosok itu.

Terdengar ombak menghantam karang lagi. Adie bangkit dan menghampiri jendela yang terbuka. Memunggungi pria berkerudung itu.

”Siapa-siapa saja yang membantu Zaeful meloloskan Rodolphus?”

Pria berkerudung ikut bangkit dan menghampiri Adie.

”Sebelumnya mereka bersepuluh, tapi tinggal sembilan. Kau pasti tahu kenapa yang satunya menghilang.” Sosok itu berhenti, melihat Adie bergoyang seperti sedang menahan tawa. ”Ada Yaxley, Todd, Angel Batz, Slyther dengan anaknya Nara, Biel dan adiknya Zaeful, Elyana. Dan yang terakhir anaknya Zaeful, Rixadealah Lestrange, atlit duel kebanggaan semua orang.”

”Aku tak sabar memberitahukan ini kepada Harry Potter.” kata Adie sambil berbalik, menghadap sosok berkerudung itu. ”Pergilah dan berusahalah kembali bergabung dengan mereka. Tapi kali ini pakai Polyjuice. Kau keberatan, Jhojo Black?”

Sosok itu menurunkan kerudungnya. Senyuman tersungging di bibirnya.

”Dengan senang hati, Mr. Adie”


*****


Seperti tiap pagi harinya, Berixius masuk ke perapian yang menyala hijau dan muncul di salah satu perapian diantara puluhan di ruangan itu. Ruangan itu sangat besar, sangat besar dari segala tempat. Atapnya tinggi dan selalu dipenuhi orang yang bolak-balik masuk dan keluar di perapian. Seperti tiap harinya dia melihat orang-orang berwajah suram masuk ke dalam lift, melewati tanpa memperhatikan patung sepasang penyihir, centaurus, goblin dan peri rumah yang didirikan lagi. Kementrian Sihir selalu tetap sibuk apalagi ditambah dengan kejadian-kejadian aneh ini, seperti kejadian Azkaban dua hari yang lalu.

Spanduk sangat besar melayang di atas semua kepala orang. Melayang mengelilingi foto besar sang Menteri Sihir. Semua orang yang sedang menuju kantornya pasti menyempatkan melirik untuk mengetahui informasi pagi itu.

Tanda kegelapan diatas Azkaban. Itulah judul dalam spanduk besar itu. Walaupun berita ini untuk dua hari yang lalu, tapi sepertinya belum ada informasi lain yang dapat menggantikan posisinya. Orang-orang masih terus membicarakan peristiwa besar ini, menjelek-jelekkan kebodohan mereka.

”Aku tak habis pikir, Azkaban berhasil dibobol, padahal proteksinya sudah diperketat. Siapa yang bisa melakukan itu?” kata pria pendek ketika Berixius sedang akan menuju lift. Dia memperlambat langkahnya dan mencuri dengar.

”Bodoh! Kau tak baca judul spanduk diatas kepalamu, Adityo? Pelahap Maut pelakunya.” kata wanita lawan bicaranya.

”Aku tahu itu, Tintin. Aku pikir mereka tidak berani lagi muncul. Apakah Dia telah muncul kembali?” kata Adityo dengan bergetar.

”Kau memang bodoh. Tak mungkin Voldemort bangkit lagi. Tepat tiga puluh menit ketika pihak Azkaban memberitahu kalau mereka berhasil dimasuki, Orde Phoenix dan para petinggi membongkar kuburan Voldemort untuk memastikan. Dan mereka menemukannya, tengkorak yang memegang tongkat. Mereka pasti hanya mencari perhatian dengan membebaskan pemeran lama karena mereka sudah bosan tak buat kekacauan.” kata Tintin.

”Setelah kejadian ini, aku baru tahu mereka menggunakan apa untuk menjaga tawanan Azkaban setelah Dementor gulung tikar. Raksasa. Raksasa untuk dua sel yang dijaganya. Dan mereka berhasil melaluinya” kata Adityo dramatis.

”Jangan heran, perang kemarin mereka menggunakan raksasa jugakan? Tak heran dong kalau raksasa masih mengingat mereka dan tidak melawan.” kata Tintin galak. ”Yang kuherankan, kenapa mereka tidak mengganti spanduk ini dengan berita heboh hari ini.”

”Berita apa?” kata Adityo heran.

”Uh, aku heran kenapa kau bisa masuk ke Kementrian. Apa kau tak dengar berita yang selalu dibicarakan semua orang ini tiap tegur sapa? Memang sih, Dialy Prophet belum membuat cerita ini karena masih dilarang Kingsley. Oke dengar, Minerva McGonagall tewas kemarin. Di rumahnya. Sehari sebelum tahun baru ajaran Hoqwarts dimulai hari ini.”


Jantung Berixius berdegup keras. Mereka berhasil, bisiknya. Dia berusaha mendekati mereka, tapi tetap tersembunyi. Orang-orang disekitarnya semakin ramai.

”Apa?” kata Adityo dengan wajah pucat. ”Dia dibunuh?”

”Aku tidak tahu” kata Tintin

Berixius mendadak terhuyung. Dia telah ditabrak seseorang dengan keras. Sedangkan orang yang menabraknya terjungkal. Dia sepertinya habis berlari dan tidak melihat jalan.

”Apa kau gila? Dikejar Cerberus!” pekik Berixius.

Ternyata dia seorang wanita, memakai jubah merah nyentrik dan dibantu temannya berdiri.

”Maaf Sir, maafkan saya. Saya tidak melihat anda.” kata wanita itu.

Sekilas Berixius melihat pipi wanita itu memerah ketika memandangnya.

”Sekali lagi gunakan matamu. Kau!” kata Berixius ke temannya, wanita dengan rambut dikepang. ”Sekali lagi tuntun temanmu ini.”

”Maafkan teman saya Sir.” katanya.

”Tunggu” kata Berixius ketika dua wanita itu hendak pergi. ”Kau yang pakai jubah merah, bukannya kau Auror? Auror bagian pembukuan kan? Ken Verity Weasley?”

Wanita berjubah merah, memerah. ”Benar Sir Berixius”

”Ngapain kau? Terburu-buru di tempat ramai ini?” katanya.

”Saya mau mengubah informasi spanduk. Mr. Potter menyuruh saya. Permisi Sir, saya harus pergi. Ayo Siti.” kata nya dan pergi.


Berixius memperhatikan mereka. Wanita berjubah merah nyentrik mengacungkan tongkatnya ke arah spanduk raksasa. Mendadak spanduk itu terbakar habis di udara. Berixius dapat merasakan area pipinya mendadak menghangat. Kemudian temannya membuka gulungan di tangannya dan melayangkan di udara dengan tongkatnya. Kemudian menyihirnya menjadi sangat besar. Terpampanglah informasi baru dan semua orang berhenti untuk membacanya. Kedua wanita itu pergi dan Berixius merasakan wanita berjubah merah sembunyi-sembunyi meliriknya.


KEPALA SEKOLAH HOGWARTS MANGKAT

Profesor Minerva McGonagall ditemukan tak bernyawa oleh sanak keluarganya di dalam kamarnya. Sebab kematian belum dipastikan karena jasadnya ditemukan diatas tempat tidur. Jasadnya sekarang disimpan di St. Mungo dan dijaga beberapa Auror. Karyawan Kementrian Sihir diminta untuk menghadiri upacara penghormatan untuk mengenang jasa Kepala Sekolah itu nanti malam di Aula Hogwarts. Kedudukan Kepala Sekolah sekarang digantikan wakilnya. Rizka Issabela Wildman. Tak ada tanda Pelahap Maut dalam kematiannya. Minerva McGonagall mati dengan tenang.


Terdengar bisik-bisik ketika semua orang selesai membacanya. Tiba-tiba sebuah memo berbentuk pesawat kertas menghampiri Berixius, melayang di kepalanya kemudian jatuh di tangannya. Berixius membukanya dan membaca.

”AUROR. KANTOR AUROR. SEGERA”

Berixius segera menuju kantor Auror, dan ketika sampai, semua Auror telah berkumpul. Berixius dapat melihat wanita berjubah merah duduk diantaranya. Jubahnya yang paling cerah di ruangan itu. Kemudian seseorang muncul dari pintu, pria memakai kaca mata, diikuti pria berambut merah menyala dan ada bekas luka sambaran petir di dahi kepala pria berkacamata itu. Orang yang berhasil mengalahkan penyihir hitam paling berbahaya. Harry Potter dan teman akrabnya Ronald Weasley. Semua orang dalam ruangan berdiri.

”Tak perlu basa-basi teman-teman. Aku mendapat kabar dari Mr. Adie. Nama-nama pelahap maut yang memporak-porandakan Azkaban. Kerja yang bagus Mr. Adie Flamel.” kata Harry. Berixius lemas. Adie yang bertubuh besar membusungkan dadanya. ”Harap diingat teman-teman, mereka adalah Yaxley, Todd, Acturus Biel, Angel Batz, Samuel dan Nara Slyther, Zaeful, Elyana dan Rixadealah Lestrange.”

Jantung Berixius berdegup kencang. Semua orang memandangnya dan berbisik-bisik. Harry Potter sepertinya mengetahui apa yang dibisikkan semua orang dalam ruangan itu karena dia langsung menyuruh mereka tenang.

”Belum ada bukti Mr. Berixius Lestrange salah seorang dari mereka. Mohon jangan berburuk sangka. Aku percaya dia bukan seperti mereka. Tugas kalian adalah, temukan dan tangkap mereka. Oke, bubar”

Dia keluar, diikuti Ron dan Adie. Bisik-bisik semakin keras terdengar dan tanpa basa basi semua orang memandangnya. Tanpa berlama-lama, Berixius pergi masuk ke ruangannya. Mengharapkan tak ada yang mengikutinya. Ketika dia menutup pintunya, dia langsung menyalakan perapian dan mengambil sejumput bubuk dari guji. Dia masuk keperapian hijau dan muncul di perapian yang sangat dikenalnya.

”Ah, akhirnya kau datang juga. Bagaimana? Semua orang melayat ke Hogwarts? Mereka percaya kalau McGonagall mati karena umur?” kata adiknya Rixa ketika Berixius keluar perapian dengan wajah pucat.

”Aku tak punya waktu untuk itu, mana Paman Rudy?” katanya tergesa-gesa.

”Dia sedang pergi, bersama semua orang. Aku sendirian disini.” Kata Rixa santai.

”Apa?” jantung Berixius mencelos. ”ada yang tahu, ada mata-mata yang mengetahui gerak-gerik kalian. Ada yang tahu perbuatan kalian. Kalian akan di tangkap.”

”Kami tahu. Jangan khawatir.” katanya lebih santai. Berixius mengkerutkan alisnya. ”Mereka sedang mencari mata-mata itu sekarang. Kau pasti kaget, orang itu adalah teman kerjamu, dia pernah kesini juga. Tak heran kalau dia membocorkannya. Dia adalah Jhojo Black.”

Berixius terperanjat, terdiam dan pucat.

”Kenapa Bey, bingung? tak percaya? Percayalah. Kita juga punya mata-mata. Mereka tidak memperhatikan ada rubah lucu di atap rumahnya. Kau tahukan, kami semua terus memata-matai setiap Auror, seperti kata Rudy. Mrs. Batz mendengar semua pembicaraan Jhojo dengan Adie.”

Berixius terduduk lemas.

”Merasa kecewa Berry. Bagaimana? Ingin tetap bersama mereka? Atau bergabung dengan kami. Bibi Bella, ayah dan semua keluargamu pasti menginginkan kau menjadi salah satu dari mereka.”

”Baiklah, aku bersedia. Tapi aku harus menunggu paman.”

”Tak perlu. Kau ingin menunggu tanda nya kan? aku bisa membuatnya. Pangeran Kegelapan yang membuat tanda ini, mengajarkannya ke bibi Bella. Dan bibi Bella mengajarkan ini ke paman Rudy. Dan Paman Rudy baru saja mengajarkannya padaku. Dia tahu kau akan datang dan pasti ingin bergabung setelah mendengar ini semua. Ciri khas keluarga. Siap?”

kata Rixa kekanak-kanakan.

Tanpa berpikir panjang, Berixius menggulung lengan jubahnya. Rixadealah dengan semangat mengangkat tongkatnya dan menggumamkan sesuatu. Berixius menjerit sekencang-kencangnya ketika cahaya panas dari ujung tongkat menyentuh kulit tangannya. Melepuh. Ketika asapnya menghilang, Tanda Tengkorak dan Ular terukir di tangan kirinya.

1 komentar: